Angincourt, 25 Oktober 1415. Sekitar 6.000 tentara Inggris, sebagian besar adalah lelaki miskin yang bersedia mengenakan baju besi sederhana demi sesuap nasi, berbaris gentar menyambut kedatangan 25.000 bala tentara Perancis, para prajurit terlatih berbungkus zirah kemilau sejak ubun-ubun hingga mata kaki.
Henry V tahu, pasukannya kalah segala-galanya. Hanya kata-kata menghibur dan doa yang mungkin bisa menyelamatkan keadaan.
Sandiga Uno mungkin dalam posisi Henry V kini. Ia tahu pasukannya sedang patah semangat, kehilangan moral juang. Banyak politisi di parpol-parpol aliansi sudah terbuka nyatakan tidak akan ikut berbaris. Hanya kejatuhan moral luar biasa oleh terang-benderangnya kenyataan akan kalah yang bisa menyebabkan ini, wabah desersi yang menular cepat ke daerah-daerah.
Maka berserulah Sandiaga kepada tim-nya. Jangan cengeng, jangan mengeluh, terimalah kondisi ini sebagai bagian dari tantangan perjuangan. Demikian Detik.com mewartakannya 18 Oktober lalu.
Rupanya Sandiaga Uno sampaikan ini agar tim-nya tidak berkecil hati melihat banyak pengusaha nasionalis bergabung ke kubu capres-cawapres Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
Kenyataan ini memang getir. Sandiaga Uno yang digadang-gadang sebagai pengusaha muda berbakat justru lebih sedikit memperoleh dukungan kalangan pengusaha dibandingkan Joko Widodo dan Ma'ruf Amin.
Bertambah-tambah pedih dan menggentarkan hati, para pengusaha yang bergabung ke tim Joko Widodo adalah orang-orang dekat Sandiaga Uno.
Seperti yang kita ketahui, Erick Thohir yang merupakan teman sekolah Sandiaga Uno sejak SD hingga SMA, bahkan teman main basket dan kumpul-kumpul hingga kini, ternyata lebih nyaman mendukung Presiden Jokowi bahkan menjadi Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN).
Tidak lama berselang, Rosan Roeslani, Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADIN) yang merupakan teman Sandiaga Uno semasa SMA dan teman membangun bisnis sejak susah hingga akhirnya jaya juga bergabung ke TKN Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Posisi Rosan di TKN tidak tanggung-tanggung, wakil ketua.
Kita tahu, setelah Sandiaga Uno di-PHK perusahaannya pada 1997, ia dan Rosan Roeslani merintis perusahaan yang dinamakan PT Republik Indonesia Funding. Dari awalnya dipandang sebelah mata dan dicibir, perusahaan ini membesar. Sandiaga dan Rosan mengganti namanya menjadi PT Recapital Advisors.
Recapital Advisors adalah perusahaan yang paling Sandiaga banggakan. Kini teman sekaki Sandiaga dalam mendirikan perusahaan ini, sahabatnya, Rosan Roeslani mengikuti jejak Erik Thohir, mendukung Joko Widodo-Ma'ruf Amin, meninggalkan Sandiaga seorang diri. Padahal Sandiaga Uno juga pernah menjadi wakil ketua yang membantu Rosan Roeslani di Kadin.
Tak ada lagi yang lebih meruntuhkan moral. Dua sahabat sekaligus, berdiri dengan pedang terhunus mengibarkan bendara perang musuh, menghadang Sandiaga di garda depan medan pertempuran.
Selain Erick Thohir dan Rosan Roeslani, pengusaha muda yang juga bergabung di TKN adalah Bahlil Lahadalia.
Bahlil adalah Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesai (HIPMI), organisasi tempat Sandiaga Uno pernah menjadi ketua salah satu bidang.
Di TKN Jokowi-Amin, Bahli menjabat Direktur Penggalangan Anak Muda Milenial dan Kepemudaan, sebuah posisi yang berhadapan langsung dengan Sandiaga Uno yang oleh kubunya dijadikan magnet penggaet suara kalangan milenial. Padahal Bahlil seharusnya kolonel yang berbaris di samping Sandiaga, memimpin satu detasemen pasukan, bergerak di bawah komando Sandiaga.
Sandiaga tentu tahu jika tim-nya terpukul dengan kenyataan ini. Ia bisa menduga nilah salah satu penyebab mengapa parpol koalisi seperti Partai Amanat Nasional (PAN) akhirnya mengikuti jejak Partai Demokrat untuk lebih fokus mengurus pemilu legislatif dibandingkan pilpres.
Siapapun tentu meragukan peluang kemenangan Prabowo Subianto dan Sandiga Uno dalam pemilihan umum presiden 2018 jika para sahabat dekat Sandiaga dan komunitas pebisnis justru mendukung pihak lawan. Padahal Sandiaga diharapkan mampu menambah darah segar dukungan dari kelompok-kelompok lain setelah aliran dukungan kepada Prabowo Subianto dinilai mandeg.
Karena inilah Sandiaga Uno harus menghibur tim-nya, memberi mereka kekuatan untuk terus melangkah meski hati penuh keraguan. Jangan mengeluh, jangan cengeng, ini bagian dari tantangan perjuangan.
Begitulah. Seharusnya Sandiaga Uno tambahkan pesan agar timnya jangan berbohong, jangan bicara tanpa fakta, jangan fitnah, jangan melakukan kampanye hitam.
Sandiaga Uno mungkin tak seberuntung Henry V. Ia dan Prabowo sangat mungkin kalah telak dalam pilpres 2019 ini. Namun ia harusnya mengingatkan pasukan, sekritis apapun kondisi pertempuran, kehormatan dalam berjuang harus tetap dijaga. Akan sangat memalukan jika sejarah pilpres ini kelak diceritakan kepada generasi masa depan sebagai peristiwa kekalahan telak politik negatif.
Sumber:
Dipublikasi sebelumnya di Kompasiana.com/tilariapadika
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews