Proficiat Pak Presiden Jokowi dan Pak Wapres Kyai Ma’ruf Amin. Jangan lupa, menang jangan sombong, kalah jangan songong!
Sehari sebelum keputusan MK, MA (Mahkamah Agung) menolak gugatan Kubu Capres 02, yang menggugat keputusan Bawaslu mengenai pelanggaran administratif Pemilu 2019 (26/6).
Jadi, lengkap sudah. Setelah (1) faktual Capres 02 kalah dari Capres 01 pada 17 April 2019, (2) upaya menuntut Bawaslu ditolak MA, (3) dan terbaru: gugatan pada KPU pun, yang antara lain untuk mendiskualifikasi Capres 01, ditolak oleh MK (27/6).
Tuntutan agar MK menyatakan Presiden RI 2019–2024 adalah Prabowo dan Sandi, gugur sudah. Boro-boro tuntutan PSU (Pemungutan Suara Ulang) pula. Kelengkapan yang pedih. Terus? Mau ngemeng apa lagi? Yang sinis akan meneruskan; biarlah kalah karena dicurangi, tapi kita dimenangkan Allah. Itu lebih mulia. Ehm.
Baiklah, sila ambil kemuliaan. Gratis. Tapi jangan ngedumel terus, jadi nggak mulia nanti. Kalau mengutip Dylan, kangen itu berat. Biar Prabowo saja yang kangen. Toh, syarat Titiek Soeharto jadi Ibu Negara juga tidak ringan? Maukah Prabowo menerima kembali Titiek, sekiranya MK menjadikan Prabowo Presiden?
Dalam penutupan sidang sebelum para hakim bermusyawarah, sangat religius. Dari Pemohon, Termohon, Terkait, bahkan Hakim, semua mengutip ayat Alquran. Religius ‘kan? Apalagi Hakim Ketua juga mengutip kitab suci dari hakim yang beragama Protestan dan Hindu. Aduhai religiusnya kita. Sangat wow bukan?
Itu mungkin mangsud BW, biar Allah yang melengkapi bukti-bukti. Dan sudah terbukti pelengkapan itu? Apalagi doa para pendukung Prabowo, yang halalbihalal dan shalat di aspal jalanan tak jauh dari Gedung MK. Mereka memohon pada tuhan, agar MK tidak diintervensi. Doa mereka makbul. MK benar tak bisa diintervensi, baik oleh Rizieq Shihab dan apalagi Novel Bamukmin. Makanya, tetap saja Jokowi yang menang.
Apa yang dikatakan Abdullah Hehamahua, yang menyatakan aksi massa dilakukan bukan karena siapa. Bukan membela Prabowo, Sandi, Jokowi, Ma’ruf. Katanya, yang dibela adalah NKRI. Ini juga terkabul, dengan menangnya Jokowi, bukan Donald Trump atau Putin. NKRI tetap utuh, sesuai keinginan Abdullah Hehamahua yang heroik.
Baca Juga: Prabowo Sudah Berjuang Sampai Titik Darah Penghabisan
Marilah bersyukur. Doa-doa Amien Rais, Neno Warisman cum-suis, terkabulkan. People power yang menang. Yakni people power yang menginginkan Jokowi dua periode. Mereka bisa mengumpulkan 55,50% suara untuk Jokowi. Sementara kubu Prabowo mendapat 44,50%. Adil ‘kan? Kalau Jokowi dapat 55% terus Prabowo juga dapat 55%, justeru nggak adil. Nombok dari mana?
Sekali lagi, kekalahan bukan kemenangan. Demikian sebaliknya. Kalau kalah tapi ngakunya menang, itu sok puitis saja. Aselinya sih, mringis!
Proficiat Pak Presiden Jokowi dan Pak Wapres Kyai Ma’ruf Amin. Jangan lupa, menang jangan sombong, kalah jangan songong!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews