Jadi siapapun dia, yang tidak hafal PANCASILA memang kayak dihujat. Dan belajar menghafal lagi Serta menelusuri maknanya.
Demam panggung atau apakah namanya sama sekali tidak bisa dijadikan alasan. Jika dogma melekat di benak dan hati, lidah sudah terpatri. Jadi ketika ditanya 5 sila PANCASILA, pastilah lancar. Jikapun terkial saat pengucapan baru itu dibilang gugup asalkan kalimatnya benar.
Jelas dara Sumbar yang ikut kontes putri-putrian itu tidak hafal PANCASILA. Bukan gugup.
Kita hendaknya tidak boleh toleran pada mereka yang tidak hapal PANCASILA.
Masalahnya, ini ideologi bernegara dan berbangsa. Dia merupakan mukadimah inti konstitusi kita. Dan merupakan panduan tata cara bertindak dalam berbangsa dan bernegara.
Jika dikaitkan dengan Islam, maka PANCASILA dapat disampaikan dengan rukun Islam yang lima serta bacaan Al Fatihah. Tanpa hapal diluar kepala, belumlah orang bisa dikatakan sebagai seorang Muslim.
Membela seorang yang tidak hapal dengan aneka alasan dengan tujuan pembenaran dan pemakluman, berarti membolehkan pembiaran.
Pembiaran tidak hapal PANCASILA yang pada akhirnya menuju korosi makna berbangsa dan bernegara.
Jika dibiarkan, Indonesia nanti cuma sekedar nama tanpa rasa bangga memilikinya. Dan ketika ada yang salah melafalkan PANCASILA, maka itu bukan dianggap sebagai cacat rasa kebangsaan yang harus disedihkan dan diprihatinkan. Malahan yang bersangkutan dan khalayak ramai memperlakukannya sebagai mainan dan dagelan.
Jadi siapapun dia, yang tidak hafal PANCASILA memang kayak dihujat. Dan belajar menghafal lagi Serta menelusuri maknanya.
Agar nantinya mereka mengerti bahwa utuhnya bangsa ini karena ada PANCASILA.
Agar mereka paham bahwa tidak sah seseorang , secara ideologi, menjadi orang Indonesia jika tidak hafal PANCASILA.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews