Di saat genting seperti ini, tak ada pilihan lain kecuali kompak dan bersatu. Perjuangan melawan coronavirus bukan semata tanggung jawab pemerintah, tapi juga kita semua sebagai rakyat.
Coronavirus mengajarkan banyak hal untuk kita semua. Di antaranya adalah melatih empati. Di berbagai negara kita lihat betapa #coronavirus bukan cuma membuat orang mengeluh, tapi juga membangkitkan kepedulian sosial.
Gerakan memberi makanan, masker, hand sanitizer, dan obat-obatan gratis untuk sebagian masyarakat yang kurang beruntung. Beberapa artis internasional kompak untuk mengadakan hiburan konser gratis. Bahwa berada dalam karantina bukan akhir segalanya. Dan keadaan ini akan berlalu pada masanya.
Di Wuhan dan Italia, penduduk yang harus terkunci secara harafiah, kompak bernyanyi dan meneriakkan yel-yel penyebar semangat.
Indonesia tercinta juga membuat bangga dengan Ruang Guru yang membuka program sekolah online gratis, demi membantu para pelajar yang harus belajar dari rumah.
Norwegia punya tradisi "dugnad" (gotong-royong / kerja bakti). Di saat wabah di mana para manula dan sekian ribu orang harus dikarantina karena positif terkena coronavirus, segera muncul banyak gerakan yang intinya ingin membantu meringankan beban.
Yang sehat akan berbelanja ke supermarket dan kemudian meletakkan barang belanjaan di depan rumah penderita #covid_19.
Para guru dan profesi lain juga berkumpul di grup-grup facebook untuk saling membantu tentang materi pengajaran.
Juga para petugas kesehatan yang saling menguatkan, karena merekalah sejatinya pasukan infanteri yang berada di garis terdepan dalam perang melawan si virus.
Para bos perusahaan seperti SAS sukarela memotong gaji mereka demi mengurangi krisis perusahaan. Mereka mengajak para bos perusahaan lain untuk melakukan hal yang sama.
Melihat langkanya persediaan sanitizer di pasaran, salah satu perusahaan alkohol Norwegia tergerak untuk memproduksi hand sanitizer untuk rumah sakit, panti jompo, dan masyarakat luas.
Berbagai supermarket membuat iklan yang menyampaikan pesan tentang pentingnya empati pada sesama. Mereka juga meyakinkan bahwa stok barang aman, jadi tidak perlu ada yang memborong / menimbun barang keperluan sehari-hari.
Mereka juga menawarkan home delivery dengan menggratiskan ongkos kirim.
Intinya, siapapun bisa berkontribusi untuk membantu. Apakah dalam bentuk uang, produk, tenaga, waktu, hingga sumbangan pemikiran.
Humanity is still very much alive, alhamdulilah.
Baca Juga: Norwegia Pusat Episentrum Persebaran Virus
Semangat gotong-royong seperti ini sangat bisa diaplikasikan di manapun. Tinggal bagaimana kita melatih kepekaan di lingkungan sekitar kita.
Di saat genting seperti ini, tak ada pilihan lain kecuali kompak dan bersatu. Perjuangan melawan coronavirus bukan semata tanggung jawab pemerintah, tapi juga kita semua sebagai rakyat.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews