Kesepakatan Arab Saudi-Israel, Warga Palestina Tak Boleh Berhaji dan Umroh

Selasa, 13 November 2018 | 07:41 WIB
0
733
Kesepakatan Arab Saudi-Israel, Warga Palestina Tak Boleh Berhaji dan Umroh
Salman dan Netanyahu (Foto: Tempo.co)

Sebagian besar umat Islam khususnya di Indonesia meyakini bahwa Yahudi atau bangsa Israel merupakah musuh abadi sampai datangnya hari kiamat. Bahkan tidak ada kata damai untuk keduanya, satu sama lainnya ingin saling menghilangkan atau memusnakan.

Tetapi  tidak usah menunggu sampai datangnya hari kiamat, rupanya Kerajaan Arab Saudi sekarang berdamai dengan Israel, bahkan hubungan kedua semakin mesra dan saling membutuhkan.

Kedua negara melakukan normalisasi hubungan. Tapi, ada dampak negatif dari hubungan kedua negara tersebut, yaitu kemerdekaan Palestina. Kemerdekaan Palestina seakan semakin jauh karena dikhianati sendiri oleh saudaranya, oleh negara-negara Arab, terutama Arab Saudi.

Baru-baru ini Kerajaan Arab Saudi melarang warga Palestina, baik yang ada di Israel, Yordania, Lebanon dan Yerusalem Timur untuk melakukan ibadah haji atau umroh. Kerajaan Arab Saudi mengeluarkan kebijakan larangan menerbitkan visa haji atau umroh. Hal ini dilakukan sebagai konsekuensi kesepakatan antara Kerajaan Arab Saudi dengan Israel.

Seperti kita ketahui sejak dicaploknya tanah Palestina oleh Israel, banyak warga Palistina yang akhirnya mengungsi ke beberapa negara sampai saat ini. Seperti mengungsi ke negara Yordania, Suriah, Lebanon dan statusnya sebagai pengungsi yang tidak punya status sebagai warga negara.

Selama ini warga Palestina kalau ingin melakukan haji atu umroh baik yang ada di Israel, Yordania Lebanon dan Yerusalem Timur memakai paspor sementara.

Larangan berhaji atau umroh untuk warga Palestina merupakan sebagai hasil kesepakatan Kerajaan Arab Saudi dan Israel.

Apa sih kesepakatan yang mereka capai atau sepakati?

Menurut berita yang dilansir Middle East Eye (MEE) dari sumber informasi diplomatik Yordania, salah satu kesepakatan antara Kerajaan Arab Saudi dan Israil yaitu menghapus status kewarganegaraan Palestina dan hak pengungsi Palestina untuk kembali ke negara asal.

Kesepakatan itu tentu sangat merugikan warga Palestina. Israel sepertinya ketakutan dengan pengungsi warga Palestina yang tersebar di beberapa negara. Karena kalau Palestina merdeka, maka pengungsi-pengungsi warga Palestina akan kembali ke negara asalnya yang saat ini dijarah oleh Israel. Dan ini tentu tidak diharapkan oleh Israel.

Yang bikin konyol dan aneh, Arab Saudi menekan Yordania untuk menaturalisasi pengungsi warga Palestina baik yang berada di Yordania, Yerusalem Timur dan warga Palestina di Israil. Bahkan pengungsi warga Palestina yang berada di Lebanon juga minta dinaturalisasi.

Menaturalisasi sama saja memberi kewarganegaraan atau menjadi pengungsi Palestina bagian rakyat yang sah dari negara Yordania. Kebijakan untuk memberikan kewarganegaraan dengan menaturalisasi tentu saja ditolak mentah-mentah oleh Yordania.

Arab Saudi dan Israel selain menyepakati larangan berhaji dan umroh untuk warga Palestina, juga menyepakati kontrak pembelian peralatan militer, seperti peralatan mata-mata dan sistem perlindungan atau pertahanan Iron Dome dengan Israel. Bahkan alat mata-mata yang digunakan untuk menguntit Jamal Khashoggi dibeli dari Israel.

Dan Arab Saudi juga membeli tank Merkava Israil yang sangat legendaris itu, dan tidak tanggung-tanggung. Arab Saudi membeli tank Merkava Israil sebanyak 500 unit. Tapi pemebelian tank Merkava tersebut melalui pihak ketiga, yaitu melalui perusahaan di Spanyol, tapi sumber uangnya atau pembayarannya dari Kerajaan Arab Saudi.

Kesepakatan antara Arab Saudi dan Israel yang merugikan warga Palestina mendapat kecaman atau sindiran dari pemimpin kharismatik Hizbullah, Sayyed Hassan Nasrallah. Sekjen Hizbullah mengecam negara-negara regional tertentu yang ingin menormalisasi dengan rezim Israel. Kecaman itu disampaikan dihadapan para pendukungnya gerakan perlawanan di Beirut Lebanon, Sabtu sore (10/11/2018).

"Bangsa Palestina yang terhormat, jangan bersedih atas tawaran normalisasi! Apa yang telah terjadi di belakang layar untuk waktu yang lama sekarang terjadi secara terang-terangan dan tanpa malu-malu. Upaya normalisasi saat ini akan mengakhiri kemunafikan Arab, dan akan menghancurkan topeng penipu dan orang-orang munafik," kata Nasrallah mengacu pada kemesraan beberapa negara Arab dengan Israel saat ini.

Bahkan pemimpin Hizbullah itu juga menyindir Israil dengan mengatakan: Seadainya rakyat Suriah dan Pemerintah (suriah) tidak bertahan terhadap tekanan Israel, maka Perdana Menteri Benjamin Netanyahu akan berpawai di Damaskus.

"Seandainya rakyat Suriah dan pemerintah tidak bertahan dengan tekanan oleh Tel Aviv, maka (saat ini) kita akan menyaksikan (Perdana Menteri Israel Benjamin) Netanyahu berpawai di Damaskus," ujar Nasrallah.

Negara yang konsisten dan serius mendukung Kemerdekaan Palestina adalah Suriah, Iran dan Hizbullah. Makanya Israil sangat khawatir keberadaan tentara Iran dan Hizbullah di Suriah. Karena jaraknya sangat dekat apabila terjadi perang. Dan kekuatan Hizbullah tidak bisa dianggap remeh. Bahkan Israel sering dibuat kewalahan atas keberadaan Hizbullah.

Dan tiga kekauatan Suriah, Iran dan Hizbullah juga tidak disenangi oleh Arab Saudi. Makanya Arab Saudi bersekutu dengan Israil untuk melawan tiga kekuaatan tersebut.

***