Suleyman Soylu, Sosok yang Layak untuk Gantikan Erdogan?

Cukup masuk akal hari ini apabila dia dianggap sebagai salah satu tokoh Turki yang sangat layak mengantikan Erdogan.

Selasa, 11 Januari 2022 | 06:23 WIB
0
134
Suleyman Soylu, Sosok yang Layak untuk Gantikan Erdogan?
Suleyman Soylu (Foto: istimewa)

Menteri Dalam Negeri Turki ini adalah contoh politisi yang mampu melakukan transformasi pemikiran dengan baik dan elegan.

Awalnya Suleyman Soylu adalah pimpinan partai Demokrat untuk wilayah kota Istanbul.

Lalu dia pindah ke AKP 10 tahun setelah AKP berdiri, artinya dia termasuk kader AKP yang bergabung di akhir akhir.

Pemikiran Soylu di awalnya adalah Demokrat-Nasionalis. Lalu pindah jalur ke AKP yang berhaluan Nasionalis-Religius-Moderat.

Kenapa Soylu tidak pindah ke partai Islam yang haluan kanan? Karena dia pernah bilang, haluan kanan itu terbuka peluang menjadi seorang yang ekstrem.

Iya, faktanya memang begitu. di hampir seluruh partai politik haluan kanan khususnya di negara negara muslim mayoritas baik di Asia tengah, Asia Selatan, Asia tenggara, Afrika juga timur tengah. Partai haluan kanan memang selalu sering terjebak pada ekstremitas.

Inilah mengapa mereka gagal besar, gagal tumbuh, gagal memimpin, gagal leading, dan gagal mencapai puncak kekuasaan di sebuah negara.

Partai haluan kanan yang agamis justru kadang selalu berkutat di tema ideologis dan tema tema sampul cover lain. Jarang yang berhasil menampilkan isi narasi yang substansial.

Begitu banyak aktivis Islam yang memilih partai haluan kanan karena dua faktor utama: takut dianggap liberal, dan faktor paling penting adalah tidak paham cara memahami demokrasi dengan benar dalam kosteks Islam.

Aktivis aktivis Islam dengan dua ciri diatas akan selalu memiliki gaya gaya kanan yang mencolok. Baperan, punya istilah khusus internal, cenderung agak emosional, lebih suka lingkungan yang nyaman, lebih suka kosakata yang lembut, Hanif, dll.

Aktivis aktivis Islam dengan dua ciri diatas, biasanya akan mencari kawan dan teman yang juga mantan aktivis Islam. Setidaknya akan mencari kawan yang istilah mereka se-frekuensi.

Telinga mereka belum terbiasa dengan debat panas, bahasa kasar, tidak siap menerima kritik, masih suka memakai istilah istilah perjuangan, jihad, ikhlas, demi tuhan dst. Yang pada dasarnya itu semua tidak ada kaitannya dengan frame berpikir demokrasi.

Aktivis aktivis Islam atau mantan aktivis Islam cenderung akan terus mencari lingkungan yang nyaman dengan kebiasaan mereka. Walaupun mereka kadang sudah bicara kolaborasi, tapi pada prakteknya masih belum bisa move on.

Kesukaan nya adalah berkumpul bersama aktivis Islam, berbicara soal kajian Islam, nyaman dengan ceramah ceramah agama. Tapi disaat yang sama melupakan upgrade skill diri secara pribadi sebagai politisi yang memang sangat dibutuhkan untuk menjadi pejabat publik. 

Seperti skill komunikasi, skill manajemen, skill leadership, skill negosiasi, dan banyak skill skill lain yang ril dibutuhkan apabila besok menjadi pejabat publik yang mengurus negara.

Kembali ke Turki. Pilihan Soylu ke AKP adalah pilihan rasional. Mengingat Soylu adalah politisi yang juga punya jam terbang yang memadai. Cukup matang.

Apakah Soylu jauh dari lingkungan aktivis Islam? Jawaban nya tidak. Bisa dibilang Soylu adalah kader luar AKP yang bergabung ke AKP tapi lebih AKP daripada banyak kader AKP.

Tapi pilihan Soylu yang masuk AKP dan tidak memilih masuk ke partai Islam haluan kanan di Turki juga sangat masuk akal. Karena kapasitas Soylu memang tidak cocok berada di lingkungan sempit yang simpel dengan kebisingan perdebatan.

Dari sini kita bisa nge-track record sang Mendagri ini. Dari semua pilihannya dengan kapasitas yang dia miliki lalu dia memilih AKP dengan profesional. Maka cukup masuk akal hari ini apabila dia dianggap sebagai salah satu tokoh Turki yang sangat layak mengantikan Erdogan.

Aktivis Islam atau mantan aktivis Islam memang perlu banyak belajar kepada siapa saja. Terutama kepada para politisi lintas negara muslim dalam hal transformasi pemikiran dan transformasi style agar benar benar mampu tampil sebagai pengelola negara kelak. Bukan terus menerus berada pada level pemimpin komunitas.

Tengku Zulkifli Usman

***