Erdogan: Beyond a Politician.

Karena sosoknya yang kuat lah, maka Erdogan bisa pasang badan didepan eropa saat berani menampung 4 juta lebih pengungsi dari Suriah dll.

Kamis, 2 Januari 2020 | 09:39 WIB
0
191
Erdogan: Beyond a Politician.
Erdogan (Floto: Facebook/Tengku Z. Usman)

Kesalahan Erdogan mungkin karena dia menjabat terlalu lama, tapi dia selalu menang lewat kotak suara tanpa kebohongan. Apakah itu salah rakyat Turki?

Kalau mau melihat Erdogan sebagai malaikat, ya salah. Erdogan tetap manusia biasa dengan kelebihan dan kekurangannya.

Apakah Erdogan gak mau turun tahta? Pasti mau, toh mau gak mau, Erdogan tetap akan turun maksimal 2028 gak bisa diperpanjang lagi.

Masalahnya sekarang, persoalan Turki begitu kompleks, domestik dan internasional. Dan Erdogan masih diberi mandat oleh rakyat untuk menuntaskan masalah masalah ini.

Apakah gak ada kader AKP yang siap menggantikan erdogan? Ada, tapi yang bersangkutan memilih mendukung Erdogan dan membantu Erdogan bukan menggantikan Erdogan.

Siapa orangnya? Salah satunya Mendagrinya sendiri Sulayman Soylu. Yang dalam survei memperoleh elektabilitas tinggi untuk menggantikan Erdogan, tapi ybs gak mau.

Orang yang terpilih di kotak suara dengan pemilu yang jujur, gak adil kalau kita sebut diktator dan ambisius. Karena Erdogan bukan tipikal pemimpin yang mikirin dirinya sendiri.

Soal kolega koleganya mau buat partai baru, ya itu hak konstitusional masing masing. Sah saja. Dan Erdogan tidak mempermasalahkannya.

Toh nanti rakyat yang akan memilih lagi 2023, kalau Erdogan kalah ya kalah, tapi nanti kalau menang lagi ya jangan juga dituduh macam macam tanpa bukti.

Sosok Erdogan menarik sejak awal karena hadirnya dia ke panggung politik nasional Turki bukan ujug ujug bim salabim, tapi berproses dan dengan prestasi, bukan hasil pencitraan.

Masalah masalah Turki memang membutuhkan orang kuat yang berkuasa, ini soal momentum, namanya juga politik. Dengan semua kondisi dan histori nya turki memang butuh orang kuat.

Kalau gak kuat maka akan dikudeta, kalau berbuat curang pasti dikudeta, kalau diktator pasti dilawan, rakyat Turki sudah membuktikan itu dimasa lalu.

Posisi geografis Turki yang terletak antara Balkan-Kaukasus-Timur Tengah juga mempengaruhi kerasnya kehidupan politik di sana.

Maka jangan heran telah terjadi 4 kudeta besar dalam sejarah Turki yang berdarah darah, pemimpinya pernah digantung (Menderes) pernah dikudeta (Demirel dan Erbakan) .dst.

Jenderal jenderal di Turki di masa lalu juga adalah jenderal jenderal sekuler yang bengis. Semua orang tau record Janderal Celal Bayar, Cemal Gursel, Kenan Evren dll.

Perseteruan antar pemimpin di masa lalu juga luar biasa panas, coba aja cek bagaimana perseteruan antara demirel dan Fahri Katoruk? Hasilnya? Naiknya Jenderal Kenan Evren ke tampuk militer yang kemudian melakukan kudeta.

Bahkan Turki pernah ganti perdana menteri dalam 1 tahun sebanyak 11 kali di tahun 70 an. Karena kerasnya kehidupan politik di sana.

Kalau saja bukan Erdogan yang menang 2002 maka bisa jadi telah berhasil dikudeta militer. Erdogan sendiri juga dikudeta 2 kali  dan diupayakan pembubaran partainya AKP oleh militer.

Sosok erdogan yang kuat membuat negara stabil 17 tahun belakangan ini, minimal kudeta tidak berhasil dan demokrasi tetap hidup di sana dengan semua masalahnya.

Kalau saja sosok sosok lemah memimpin Turki, pasti sudah selesai di tangan Fathullah Gulen. Atau kalau Gulen pimpin Turki, sudah pasti dibawa ke kamar AS-Israel cs. Karena mereka semua memang jaringan Gulen.

Jadi jangan heran Gulen sampai saat ini masih dilindungi di AS bahkan pesawat tempur pun gak boleh terbang di atas rumah Gulen di Pensylvania.

Sosok Erdogan berbeda dengan pemimpin Turki selama ini pasca attaturk. Kalau era attaturk memang era diktator, tapi era Erdogan adalah era demokratis. Bertahan di kotak suara dengan bertahan dengan senjata dan bayonet jelas sangat beda.

Karena sosoknya kuat makanya Turki bisa menyatukan Kurdi minimal tidak sama dengan cara cara pemimpin Turki lain menangani Kurdi sebelumnya.

Karena sosoknya yang kuat, makanya Erdogan bisa menggagalkan kudeta militer besar juli 2016, jarang sekali sekarang kudeta militer bisa gagal di negara model Turki, Mesir, dkk.

Karena sosoknya yang kuat, makanya oposisi Turki kalangan sekuler sekarang agak susah melakukan konspirasi. Erdogan bukan politisi lugu dan polos.

Karena sosoknya yang kuat efek integritasnya yang tinggi, makanya erdogan bisa melakukan 3 kali serangan militer di perbatasan Suriah melawan PKK komunis walaupun di bawah bayang bayang ancaman rusia-suriah.

Karena sosoknya yang kuat, makanya Turki bisa membuat KTT istanbul melawan kebijakan donald trump yang mendukung pencaplokan Yerussalem, lalu bisa hadir ke KTT Malaysia tanpa beban. Padahal PM Pakistan saja batal hadir karena tekanan Arab Saudi.

Karena sosoknya yang kuat, makanya Erdogan bisa menggalang kekuatan dan mencegah kudeta Emir Qatar oleh Arab Saudi 2017 lalu yang sudah direncanakan matang.

Karena sosoknya yang kuat, makanya Erdogan saat ini memperoleh dukungan parlemen untuk mengirim pasukan ke Libya mendukung pemerintah yang sah melawah para pemberontak yang didukung Saudi, Emirat, AS, Israel dkk.

Karena sosoknya yang kuat, makanya parlemen Turki juga akan membahas pengiriman pasukan turki ke Yaman yang di invasi Arab Saudi dengan dalih perang lawan Syiah.

Turki akan masuk Yaman dan akan berupaya terlibat menghentikan tragedi kemanusiaan disana yang luar biasa efek perang.

Karena sosoknya yang kuat lah, maka Erdogan bisa pasang badan didepan eropa saat berani menampung 4 juta lebih pengungsi dari Suriah dll.

Jadi, untuk fair dalam menilai sesuatu itu butuh pemahaman mendalam, karena kalau untuk sekedar memvonis hanya butuh nalar nekat dan ngotot.

Tengku Zulkifli Usman.

***