Jadi, para pendukung Rusia, yang senang mendengar ada perang, setidaknya ingat-ingatlah dua ini: Rusia masih komunis dan teriakanmu yang rutin setiap September tiba.
Rusia menyerang Ukraina, debu misilnya pun tak tercium sampai ke Indonesia yang jaraknya lebih 10.000 kilometer, tapi urusan dukung-mendukung di negeri ini jangan dikata: bisa membuat urat-urat leher sampai menegang.
Saya membacai beberapa pertengkaran sengit di pojok-pojok media sosial dan kolom komentar portal berita online. Yang aneh, banyak juga yang mendukung Rusia dengan narasi yang dicocokkan. Para pendukung perang ini pula yang saya tahu benar, setiap bulan September, rutin meneriakkan sikap anti-komunis.
Selain itu, mereka tak mengenal Rusia benar-benar selain dari cerita tentang Putin dan kemarahannya kepada Ukraina lewat kisah sinetron keluarga yang dibangun dengan membuai oleh seorang penulis. Bukan main.
Rusia menuai dukungan, setidaknya di media sosial, lewat sebuah karangan singkat itu. Komunisme bukan lagi masalah, yang penting perang. Entah nanti di bulan September.
Oh ya, ini sebuah cerita yang sudah pula saya tuangkan dalam buku tentang hubungan Indonesia dan Rusia yang saya susun beberapa tahun lalu.
Alkisah, di tahun 1956, rombongan DPR RI yang dipimpin Sartono, berkunjung ke Moskow dan Leningrad (sekarang St. Petersburg). Ini kunjungan serius: mereka datang untuk menekuri persamaan dan perbedaan pandangan ideologis kedua negara.
Inilah cerminan dari sikap pimpinan komunis Rusia.
Jadi, para pendukung Rusia, yang senang mendengar ada perang, setidaknya ingat-ingatlah dua ini: Rusia masih komunis dan teriakanmu yang rutin setiap September tiba.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews