Aku bahagia karena wartawan Washington Post berkebangsaan Iran yang disiksa di Teheran didengar pengaduan dan tuntutannya oleh negara barunya, pengadilan di Washington DC.
Baca berita ini bikin aku bahagia, terharu sekaligus bikin aku iri dan sakit hati.
Aku bahagia karena wartawan Washington Post berkebangsaan Iran yang disiksa di Teheran didengar pengaduan dan tuntutannya oleh negara barunya, pengadilan di Washington DC baru-baru ini. Hakim memenangkan gugatan Jason Rezaian dan keluarganya sebesar US$ 180 Juta untuk dibayar negara Iran padanya.
Bagaimana kisah seorang Warga Negara Indonesia -- seperti saya misalnya-- yang mengadu ke pemerintah Indonesia kalau disiksa di Amerika? Sedih pilu sekali kalau dicuekin, dianggap tidak ada, kalau perlu dibiarkan mati pelan-pelan atau diplot dibunuh dengan skenario kecelakaan atau terminal illness.
Jujur, saya iri hati, cemburu, sakit hati baca berita ini.
Saya tahu, mungkin saja Jason Rahazian TIDAK memperoleh US$180 Juta ini dari negara Iran. Mungkin dia harus menunggu kasus ini masuk ke pengadilan HAM di Den Haag, Belanda atau lembaga HAM di PBB New York. Tetapi, merasa didengar, diperhatikan dan dibela serta didukung negara yang dia cintai itu sungguh sesuatu sekali. Itu luar biasa dan bikin bangga punya negara hebat yang berjuang serius untuk membela hak-hak warga negaranya yang disiksa dan ditindas.
Indonesiaku, oh Indonesia. Indonesiana. Kalau hukum tak dapat kau tegakkan atas nama kemanusiaan, kebenaran dan keadilan di tanahmu sendiri, bagaimana mungkin kau dapat membantu menegakkan hukum di negara-negara lain?
Munafik namanya.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews