The Strong Man and The Brave Man

Apa pun cerita tentang Putin, sekarang orang angkat topi pada Zelensky atas keberaniannya melawan Putin dan tentaranya. Hasilnya nanti seperti apa, semua berharap segera ada perdamaian.

Selasa, 1 Maret 2022 | 06:58 WIB
0
217
The Strong Man and The Brave Man
Zelensky dan Putin (Foto: wahananews.co)

Dua tokoh utama Perang Ukraina saat ini adalah Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Angus Roxburgh (2012) menyebut Putin sebagai “The Strongman.” Banyak orang menyebut Zelensky sebagai “The Brave Man,” berdasarkan apa yang dilakukan.

Kedua sebutan itu, tidak salah. Pemimpin Redaksi situs berita Novoye Vremnya, Yulia McGuffie pada April 2019, kecewa dengan terpilihnya Zelensky sebagai presiden, karena meragukan kemampuannya. Tetapi, beberapa hari terakhir berubah sikap dan pendapatnya. Ia menyatakan, dalam seminggu terakhir orang-orang Ukraina dengan cepat menyambut dan mengelu-elukan Zelensky.

Kata McGuffie, “Dukungan penuh dan rasa hormat bermunculan. Saya pikir setelah Rusia memulai perangnya, semua orang Ukraina merapatkan barisan di sekitar Zelensky. Dia memainkan peran pemersatu dan saya akan mengatakan peran yang menginspirasi, sebagian oleh teladannya sendiri. Dia memimpin pemerintahan yang mengusir tentara Putin. Dan, untuk itu banyak yang dengan tulus mengagumi dan menghormatinya.” Seperti dikatakan Lucius Annaeus Seneca (4 SM – 65 M), seorang filsuf Romawi, negarawan, orator, dan penulis cerita-cerita tragedi.

Tokoh intelektual terkemuka Roma ini mengatakan, “Longum iter est per praecepta, breve et efficax exempla”, melalui perintah jalannya panjang, melalui teladan jalannya pendek dan efektik. Dalam sebuah video (@zelenskyyua/twitter) yang diberi judul “We are here. We are in Kyiv. We are protecting Ukraine,” Zelensky yang menolak dievakuasi keluar dari Ukraina, terlihat dikelilingi para panasihat utamanya masih berada di Kyiv.

“Pertempurannya di sini; saya butuh amunisi, tidak tumpangan (untuk keluar Ukraina),” kata Zelensky. “Kami semua ada di sini. Tentara kami di sini. Warga negara dan masyarakat ada di sini. Kami mempertahankan kemerdekaan kami, negara kami, dan ini akan terus kami lakukan,” ucap dia.

Hasilnya? Banyak rakyat yang angkat senjata (CNN). Bahkan, mantan presiden Petro Poroshenko (2014-2019) yang dikalahkan Zelensky pada Pemilu 2019 (hanya meraih 24 persen suara) dan ketika itu mengatakan kemenangan Zelensky sebagai awal dari era yang tidak pasti dalam sejarah Ukraina, kini ikut angkat senjata.

SkyNews video, menyiarkan gambar Poroshenko yang mengenakan rompi anti-peluru bergabung dengan pasukan bersenjata mempertahankan Kyiv. “Kami berada di pusat Kyiv, kami di sini untuk melindungi Ukraina. Kami ingin bebas. Kami ingin demokratis. Dan kami ingin mengembalikan negara kami ke keluarga Eropa. Putin membenci Ukraina, dia membenci Ukraina,” kata Poroshenko (The New York Post, 26/2).

Pupuk Bawang

Dalam banyak hal, memang membandingkan antara Putin dan Zelensky, tidak sebanding. Di dunia politik, misalnya, Zelensky bisa dikatakan masih “pupuk bawang” ketika ikut bertarung dalam pemilu presiden di Ukraina pada April 2019. Pada tahun itu, Putin sudah benar-benar seperti yang dikatakan Angus Roxburgh, “The Strongman.”

Ia salah salah satu pemimpin dunia yang paling kuat, berpengaruh, dan sering kontroversial. Kata Angus Roxburgh, Putih adalah seorang demokrat yang tidak mempercayai demokrasi; orang Barat yang pemahamannya tentang Barat kurang dan terbatas; orang yang percaya pada pasar bebas, tetapi pandangan dunianya terbentuk di masa lalu komunis; seorang beragama yang penuh semangat, dengan sikap dingin dan kejam sebagai mantan perwira KGB terhadap ‘musuhnya’.

Namun, satu hal yang menarik: Zalensky walau saat maju dalam pemilu presiden masih seorang novice dalam dunia politik, tetapi dengan mengusung platform anti-korupsi, keras mengritik Rusia, menyerukan agar Ukraina lebih berintegrasi dengan Barat dan menjalin hubungan lebih erat dengan Uni Eropa, berhasil meraih 73 persen suara.

Karir politik Putin, memang sangat lancar, selepas meninggalkan Komitet Gosudarstvennoy Bezopasnosti (Komite Keamanan Negara) Uni Soviet yang lebih dikenal sebagai KGB—badan yang bertanggung jawab atas intelijen, kontra intelijen, dan keamanan internal. Begitu berada di jalur di luar intelijen, dia memecahkan segala macam rekor dalam perjalanannya menuju puncak.

Pada tahun 1997 menjabat sebagai Kepala Direktorat Pengendalian Utama. Pada tahun 1998, ia diangkat sebagai wakil kepala pertama Administrasi Presiden, yang bertanggung jawab untuk daerah. Pada tahun 1998, Putin diperintahkan untuk menjabat sebagai direktur Federal’naya Sluzhba Bezopasnosti Rossiyskoy Federatsi (Russian Federation Federal Security Service) atau FSB. Dan, pada tahun yang sama, diangkat sebagai Sekretaris Dewan Keamanan.

Pada Agustus 1999, Putin diangkat menjadi perdana menteri. Pengunduran diri tak terduga dari Presiden Federasi Rusia Boris Yeltsin pada Malam Tahun Baru 1999, memberi berkah kekuasaan pada Putin: membawanya ke Kremlin. Pada Pemilu 2000, ia menang. Hingga kini, Putin menjadi orang nomor satu di Rusia (sebentar bergeser ke samping, menjadi perdana menteri untuk “ngakali” ketentuan konstitusi; lalu menjadi presiden lagi) hingga kini.

Utara-Selatan

Latar-belakang kedua tokoh ini ibarat kata utara-selatan: sangat berbeda. Zelensky—Volodymyr Oleksandrovych Zelensky—yang lahir pada 25 Januari 1978 di Kryvyy Rih (Krivi Rih.), daerah industri Ukraina selatan, USSR (kini Ukraina) adalah berasal dari keluarga Yahudi sekular. Ayahnya, Oleksand Zelensky, seorang profesor pada Institut Ekonomi di Kryvyi Rih dan ibunya, Rymma Zelenska, seorang insinyur. Keluarga ini pernah tinggal di Erdenet, Mongolia, selama empat tahun ketika Zelensky masih balita.

Sementara Putin—terlahir dengan nama Vladimir Vladimirovich Putin pada 7 Oktober 1952, di Leningrad (sekarang Saint Petersburg) Uni Soviet (Rusia)—berasal dari keluarga buruh. Dalam bukunya, First Person: An Astonishingly Frank Self-Portrait by Russia’s President (Public Affairs, 2000), Putin mengungkapkan bahwa ayahnya, Vladimir Spiridonovich Putin adalah seorang pekerja pabrik, veteran perang yang kakinya cacat terkena bom dalam misi bunuh diri pada PD II ( The New York Times).

Ibunya, Maria Ivanovna Shelomova—yang kehilangan seorang anak karena difteri dan hampir mati kelaparan selama perang—seorang penyapu jalan, membersihkan peralatan laboratorium, dan melakukan pekerjaan sampingan lainnya dengan gaji kecil (The Los Angeles Times). Mereka tinggal di sebuah apartemen bersama dua keluarga lainnya. Meskipun agama tidak diizinkan di Uni Soviet, ibunya diam-diam membaptisnya sebagai seorang Kristen Ortodoks.

Dalam biografi resminya, Putin menulis, ”Saya berasal dari keluarga biasa, dan dalam keluarga ini saya hidup dalam waktu lama, hampir seluruh hidup saya.” Kedua tokoh memiliki gelar akademis yang sama: sarjana hukum. Zelensky dari Institut Ekonomi Kryvyy Rih (2000); Putin dari Univeristas Negeri Leningrad (1975). Setelah lulus perguruan tinggi, Zelensky menekuni karier di dunia teater; dan akhirnya kondang sebagai pemain teater, penyanyi, dan pelawak.

Putin sejak mahasiswa sudah bercita-cita menjadi anggota KGB. Cita-cita itu diwujudkan pada tahun 1975, setelah meraih gelar sarjana hukum, hingga 1991, lalu menjadi penasihat Anatoly Sobchak yang mencalonkan diri sebagai wali kota Leningrad. Tetapi, ujung jalan yang ditapaki kedua tokoh itu sama: kursi presiden! Alasan, misi, dan visi-lah yang membedakan mereka terjun ke dunia politik.

Ketika Zelensky memutuskan untuk terjun ke dunia politik dengan mengibarkan bendera Partai Pelayan Rakyat (Servant of the People Party.) Nama partai ini diambil dari serial televisi sebuah satir politik karya Zelensky, yang mengritik parahnya korupsi di Ukraina. Pada waktu itu, Ukraina benar-benar digerogoti korupsi.

Pada tahun 2012, Ernst & Young memasukkan Ukraina sebagai salah satu dari tiga negara terkorup di dunia—bersama Kolumbia dan Brasil. Lalu pada tahun 2015, koran Inggris, The Guardian menyebut Ukraina sebagai “negara terkorup di Eropa”. Menurut jajak pendapat Ernst & Young tahun 2017, Ukraina adalah negara terkorup nomor sembilan di dunia. Dan, dalam Corruption Perception Index yang dikeluarkan Transparency International, Ukraina berada pada peringkat 117 dari 180 negara. Ini ranking paling rendah kedua di Eropa, setelah Rusia.

Dalam kondisi negeri seperti itu, Zelensky yang “tidak tahu hitam-putihnya” politik menceburkan diri. Ada masa dan budaya ketika politik dianggap sebagai salah satu aktivitas manusia yang paling mulia, yang paling tinggi, dan yang paling penting.

Aristoteles berpendapat bahwa berpartisipasi dalam kehidupan polis, menjadi warga negara yang aktif, berbicara dan bertindak di arena publik, adalah kebaikan tertinggi yang dapat dicita-citakan manusia. Begitulah cara menunjukkan kemampuan mereka. Cicero setuju. Baginya, kebajikan tertinggi manusia terletak pada kepemilikan dan penggunaan pengetahuan dalam urusan praktis (Andrew Gamble, 2019). Mungkin, itu yang ada dalam hati Zelensky. Ada panggilan jiwa untuk menyelamatkan negerinya, walau dipandang sebelah mata.

Sementara, Putin sejak semula sudah tertarik pada dunia politik. Maka, setelah berkuasa hasilnya pun jelas. Sebagai seorang pemimpin, Putin telah membuat langkah besar dalam membawa Rusia keluar dari kekacauan politik dan ekonomi tahun 90-an, menyusul runtuhnya Uni Soviet, yang ia sebut sebagai “salah satu tragedi terbesar abad ke-20.”

Sementara kenaikan harga minyak dan gas alam selama tahun 2000-an berdampak positif terhadap ekonomi Rusia, memungkinkan peningkatan standar hidup, rasa organisasi, disiplin, dan manajemen cekatan kebijakan dalam negeri Putin juga memainkan peran penting dalam pemulihan politik dan ekonomi Rusia. Dan, kini Putin ingin mengembalikan “kejayaan Uni Soviet.”

Barangkali Putin ingin seperti Vladimir I atau yang sering disebut Vladimir Agung (956-1015). Pangeran Agung dari Kiev (Kyiv) dan seluruh Rusia pada masa lalu. Vladimirlah yang mempersatukan wilayah yang sekarang adalah Belarusia, Rusia, dan Ukraina, hingga Laut Baltik. Vladimir inilah yang kemudian disebut Santo Vladimir yang namanya dipakai sebagai nama baptis Putin.

Apa pun cerita tentang Putin, sekarang orang angkat topi pada Zelensky atas keberaniannya melawan Putin dan tentaranya. Hasilnya nanti seperti apa? Semua berharap segera ada perdamaian; dan opus solidaritatis pax, perdamaian adalah buah solidaritas; solidaritas semua bangsa pencinta damai untuk membantu rakyat Ukraina.

***

Catatan: Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "“The Strongman” dan “The Brave Man”",