Konflik Palestina-Israel memang nyata, penderitaan rakyat Palestina memang nyata, tapi solusinya bukan dengan retorika teriak-teriak bela agama.
Saya senang sudah ada beberapa blogger yang menulis tentang sejarah konflik Palestine-Israel ini. Inilah yang seharusnya kita lakukan.
Cari tahu sebanyak-banyaknya apa duduk perkaranya. Karena faktanya kita ini nyaris buta tentang sejarah konflik Palestina-Israel yang dimulai tahun 1948. Saat negara Israel didirikan dengan mencaplok wilayah Palestina dan kemudian menggusur penduduk asli di sana.
Belum lagi kalo lini masanya dimundurkan lagi ke belakang, saat bangsa Israel tersebar di berbagai negara Eropa, Rusia yang terkenal dengan sebutan diaspora.
Sebetulnya mereka sudah lumayan terintegrasi pada masing-masing negara yang mereka diami. Meskipun masih dipandang sebagai pendatang. Tapi kemudian datanglah Hitler di Jerman yang ingin memusnahkan orang Yahudi dari muka bumi. Yang disebut dengan holocaust.
Maka tekad orang Yahudi menjadi bulat setelah PD II berakhir untuk kembali ke tanah airnya yang disebut dengan Zionisme. Dan tanah air yang dimaksud itu adalah wilayah Palestina.
Saya senang ada beberapa penulis yang mulai menarasikan sejarah konflik ini, karena ini bisa membuka mata kita tentang apa yang sesungguhnya terjadi. Bahwa tidak ada isu agama di situ. Ini yang perlu kita pahami. Yang ada adalah fihak-fihak yang memanfaatkan sentimen agama untuk menarik support dari masyarakat dunia.
Marilah kita terus membaca segala informasi tentang sejarah konflik Palestina-Israel ini, supaya tidak "dibodohi" orang supaya teriak ini teriak itu, kutuk ini kutuk itu padahal kita cuma diperalat oleh mereka.
Konflik Palestina-Israel memang nyata, penderitaan rakyat Palestina memang nyata, tapi solusinya bukan dengan retorika teriak-teriak bela agama. That is very useless.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews