Ulama su' dan ulama plat merah yang memilih uang dan kursi akan selalu terhina dimata umat islam betapapun kerajaan dan kekuasaan melindunginya.
Tidak ada angin tidak ada hujan, tiba tiba salah satu ulama arab saudi Aidh al Qarni menyerang Presiden Turki Erdogan via medsos.
Dalam siaran di medsos tanggal 22 febuari 2020 tersebut, Al Qarni secara membabi buta menyerang Erdogan dengan sebutan penipu, dan kalimat kasar lainnya dst.
Kenapa dan ada apa dengan ulama saudi yang pernah menulis Buku La Tahzan ini? Mari kita lihat Faktanya.
Pertama:
Harus dipahami bahwa, serangan dan fitnah ini berlangsung hanya satu pekan lebih pasca diumumkannya Erdogan sebagai satu satunya pemimpin muslim paling berpengaruh di dunia Islam mengalahkan Raja Saudi dll Oleh lembaga survei kredibel dunia Gallup. Saudi kebakaran jenggot.
Kedua:
Al Qarni saat ini adalah ulama kerajaan saudi yang ditugaskan membela raja saudi dalam segala kondisi. Salah juga harus dibela.
Ketiga:
Al Qarni tahun 2018 lalu telah berbaiat kepada raja Saudi dan diperintahkan meninggalkan politik lalu fokus mengajar agama saja. Jangan ikut ulama "Radikal". Dalam istilah kerajaan saudi.
Keempat:
Al Qarni melakukan baiat kepada raja saudi untuk menghindari nama dia masuk dalam daftar ulama radikal versi Saudi, dimana dalam daftar itu ada nama ulama semisal Salman Audah, Yusuf Al Qardhawi dan 75 ulama lainnya.
Kelima:
Al Qarni adalah ulama plat merah saudi yang ditugaskan membela raja Saudi atas keterlibatan Saudi dalam kudeta Mursi di Mesir tahun 2013 dan kudeta Erdogan di Turki 2016.
Keenam:
Al Qarni saat ini berdiri satu shaf dengan ulama plat merah lain semisal Abdurrahman al Sudais untuk membela kejahatan Arab Saudi di Yaman, dan membela kerjasama Saudi dengan zionis juga AS dalam "the deal of the century" yang digagas Trump dan dibiayai Saudi.
Ketujuh:
Al Qarni dan As sudais berkali kali membela keputusan raja Saudi dalam misi sekulerisasi Saudi, sampai bulan lalu, penari erotis sudah boleh manggung di saudi atas dasar keinginan raja dan izin dari ulama plat merah.
Kedelapan:
Al Qarni, As Sudais dkk berkali kali menyebut bahwa Donald Trump adalah pemimpin yang adil dan pemimpin yang menciptakan perdamaian dunia dan saudi akan selalu mendukungnya.
Kesembilan:
Ulama ulama plat merah Saudi ini juga membela kerajaan saudi atas kejahatannya menbunuh jurnalis Jamal Khasoghi dengan cara mutilasi di kedutaan saudi di turki dua tahun lalu, yang sampai sekarang masih terus disidik oleh Erdogan.
Kesepuluh:
Al Qarni, As Sudais dkk diperintahkan untuk menyerang semua ulama yang selama ini mengkritik kerajaan Saudi termasuk Salman Audah dan Puluhan ulama lain yang kritis terhadap kejahatan Saudi.
Jadi hal ini tidaklah mengherankan sama sekali, al Qarni dkk memang sedang bekerja untuk majikannnya dengan upah jutaan bahkan miliaran riyal.
Kekalahan pamor Saudi di depan dunia Islam membuat Saudi kehilangan akal untuk menjelekkan nama Turki di depan dunia Islam.
Kekalahan pamor Saudi karena saat ini Turki menjadi kiblat umat Islam baik di PBB atau di forum forum dunia lain yang digagas Erdogan.
Semisal forum KTT Istanbul 2017 dan KTT Malaysia 2019, dimana Arab Saudi dkk tidak mau hadir di sana, padahal KTT ini untuk membela negara muslim, baik Palestina atau lainnya.
Kekalahan pamor Saudi di mata dunia Islam membuat Saudi kehilangan muka dan kehilangan kepercayaan muslim, sebagai penggantinya Turki yang naik panggung.
Ini hanya soal iri dengki dan hasad hasud kepada Turki dengan semua data data politik yang ada di lapangan. Karena Turki semakin berpengaruh dan Saudi semakin redup dan namanya semakin jelek didepan umat Islam yang paham masalah.
Arab Saudi marah karena Erdogan bersama Qatar berdiri satu shaff dalam membantu Palestina, membantu Ikhwanul Muslimin dll yang dianggap oleh Saudi adalah jaringan teroris.
Arab Saudi juga marah karena sekarang hampir semua negara islam kecuali mesir dan emirat. Semua berdiri bersama Turki dan melakukan banyak kerjasama megaproyek jangka panjang.
Arab Saudi iri karena saudi tidak mampu membendung kebangkitan dan kemajuan Turki dan juga tidak mampu berperang dengan Turki. Jadi fitnah adalah jalan yang ditempuh untuk membusukkan nama Turki dan Erdogan lewat lisan ulama plat merah.
Yang saat ini masih membela saudi hanya segelintir ulama plat merah semisal al Qarni dan as sudais. Selebihnya mayoritas ulama justru mendukung Turki dan menolak Saudi.
Yang masih mendukung Arab Saudi saat ini hanya sisa ulama ulama al Azhar Mesir yang pro kudeta mursi dan pro jenderal kudeta as sisi, semisal Syeikh Ali Jumah dkk nya. Ditambah sebagian kaum liberal dan sebagian kaum salafi abal abal yang masih berkeliaran dan disuruh bela arab saudi.
Semua skenario menyerang Erdogan ini telah direncanakan lama, tapi saat ini mungkin waktu yang tepat, terutama saat Saudi sedang di titik nadir lemah namanya didepan umat Islam.
Sebenarnya sangat kasihan melihat al Qarni, mau menjual nama besarnya dengan tindakan konyol begini, maka lihatlah di medsos nya Al Qarni, gara gara dia menyerang dan memfitnah Erdogan. Al Qarni saat ini dihujat dari seluruh dunia dengan kalimat kalimat kasar di akun medsosnya juga di media.
Ulama su' dan ulama plat merah yang memilih uang dan kursi akan selalu terhina dimata umat islam betapapun kerajaan dan kekuasaan melindunginya.
Saya sendiri prihatin melihat al Qarni, sampai sampai setelah dia menghina dan memfitnah Erdogan kemarin di medsos, setelah itu banyak ulama di dunia dan para intelektual ikut mengkritik al Qarni dan mendoakan al Qarni agar dapat hidayah dan kembali ke jalan yang benar biar tidak suul khotimah.
Tengku Zulkifli Usman.
Analis Politik Dunia Islam Internasional.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews