Pelajaran tentang tenggang rasa, tanggung jawab, tata krama, ramah tamah dan saling hormat melalui PMP semoga bisa cepat kembali ke lingkungan belajar anak SD.
Zaman memang berkembang sangat cepat, kini kita berada padap era digital, Gadget dan keterbukaan informasi publik, berita dan kabar apa saja dengan cepat bisa kita dapatkan baik lewat media media mainstream ( cetak / televisi ) dan juga media sosial seperti facebook, Twiter, Instagram, Whatsap dll.
Positifnya zaman memang semakin maju, berbagai kemudahan dapat kita nikmati, kita mulai tertarik dan terlena akan fitur fitur yang ditampilkan ditiap aplikasi yang menghipnotis kita tahan berjam jam menggemgam smart phone masing - masing, bahkan jika sesaat saja tanpa keberadaan smart phone rasanya dunia ini tidak hidup.
Namun tanpa kita sadari kita telah benar benar lupa bahwa hal itu juga mempunyai sisi negatif yang bisa mendatangkan sebuah bencana dan malapetaka untuk persatuan negeri ini manakala kita tidak benar benar jeli , hati hati dan teliti dalam menyikapi era keterbukaan informasi publik ini terutama untuk anak anak sebagai generasi bangsa Indonesia.
Baca Juga: Hidupkan Kembali Penataran P4 untuk Membumikan Pancasila
Seperti saat ini, bisa dibilang dunia atau khususnya bangsa Indonesia sudah masuk dalam darurat hoaks ( berita bohong ) dengan mudah orang orang yang punya kepentingan tertentu memanfaatkan situasi dengan kemajuan tehnologi untuk mencapai tujuan mereka.
Bagaimana akhir akhir ini kita melihat dunia maya di republik ini disuguhkan dengan berbagai berita hoax yang dengan cepat menyebar melalui smart phone tiap tiap orang yang mampu merubah pemikiran dan menggiring opini publik bahwa seolah olah berita itu benar adanya.
Dengan mudah orang orang akan saling menghujat, menghina, mencaci dan mengejek akibat mendapatkan berita berita yang tidak bisa dipertanggung jawabkan dan tidak tau pasti kebenarannya, akhirnya media sosial hampir penuh dengan ujaran ujaran kebencian yang dapat menimbulkan perpecahan.
Apa yang terancam dengan hal itu? Jelas ideologis bangsa Indonesia terancam, kini dengan mudah menuduh orang lain seorang PKI ( Ormas terlarang yang sudah dibubarkan ) dan orang orang yang tidak paham akhirnya terpengaruh dan ikut ikutan bahkan mereka tidak tahu sejarah PKI itu seperti apa.
Apa yang kita lakukan untuk menangkal itu semua? Sementara kita tidak mungkin mampu menghentikan kemajuan zaman? Saya jadi teringat pada zaman saya SD dulu, dengan memakai baju putih dan celana merah dan sepatu yang harus warna hitam yang meninggalkan banyak kenangan.
Kenangan yang paling relevan diingat untuk dihubungkan pada situasi saat ini adalah selain olah raga SKJ dulu pada hari jumat supaya raga sehat jiwapun sehat yang paling membekas adalah belajar mata pelajaran PMP (Pendidikan Moral Pancasila).
Apa isi mata pelajaran PMP itu, seingat saya waktu itu bahan pelajarannya cuma tentang penerapan nilai nilai moral pancasila dalam bernegara, menyadari bahwa bangsa indonesia terdiri dari beberapa suku, ras, agama yang disebut bhineka tunggal ika, yang tetap bersatu meski berbeda beda, belajar tentang apa itu tanggung jawab menjaga persatuan, belajar apa yang dimaksud dengan tenggang rasa, bagaimana menerapkan tata krama bahkan sampai yang paling simpel, yaitu belajar tentang keramah tamahan.
Mungkin waktu SD dan SMP mata pelajaran PMP terkesan biasa saja, bukan mata pelajaran yang menantang dan berpengaruh diperguruan tinggi dan hidup kedepan seperti matematika atau IPA. Namun sekarang kalau lihat fenomena sosial masyarakat indonesia, saya sadar betul atau juga masyarakat Indonesia lainnya sadar bahwa ternyata PMP itu adalah mata pelajaran paling penting melebihi matematika dan teman-temannya.
Saat ini, Indonesia sudah seperti kehilangan karakter masyarakatnya. Dulu orang asing atau negara negara luar mengenal kita dengan keramah tamahannya. Dulu warga kita selalu bahu membahu menolong untuk sesama. Dan singkat kata, Indonesia kini sangat jauh dari ungkapan Masyarakat Yang Madani.
Sesuai dengan namanya, PMP adalah pelajaran tentang moral bukan mata pelajaran yang berbasis keilmuan, jadi yang dibangun adalah moral kita. Dari sinilah awal pembentukan karakter masyarakat indonesia. Patut di garis bawahi, pendidikan PMP ini ditanamkan sejak usia dini yakni SD seperti pada saat kami menimba ilmu waktu SD dulu. Dari sinilah nantinya cikal bakal masyarakat yang paham tenggang rasa, bertanggung jawab, dan memiliki tata krama sesuai dengan karakter masyarakat Indonesia.
Baca Juga: Milenial, Ideologi Pancasila dan Media Sosial
Miris kini PMP semakin terlupakan, generasi sekarang tidak banyak yang tahu tentang PMP ini. Walaupun Sekarang mereka kenal dengan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) tapi ada pancasila yang dihilangkan dari situ, Bila merujuk pada mata pelajaran pengganti PMP waktu itu yaitu PPKn, PPKn dulu masih ada kata Pancasila sebagai salah satu bahan pelajaran.
Sekarang entah dimana kata “Pancasila” nya? Apakah faktor kesengajaan atau kelalaian? Siapakah yang patut disalahkan ?Apakah pendidikan Kewarganegraan lebih penting dari pada pelajaran pengamalan nilai-nilai pacasila? anak-anak SD jaman sekarang banyak yang hanya sekedar hapal pancasila karena sering di bacakan di Upacara bendera hari senin, tapi tidak paham maknanya. Efeknya Pancasila hanya sebagai simbol tanpa tahu makna dan pengamalannya.
Bila melihat anak-anak SD zaman sekarang sudah akrab dengan gadget dan sepatu bermerek, yang melebarkan jurang status sosial di antara mereka. Mereka tidak lagi di ajarkan arti tenggang rasa dan persamaan status sosial seperti SD zaman dulu melalui kewajiban sepatu wajib warna hitam.
Sekarang para orangtua berlomba-lomba memberikan anaknya barang barang bermerek kelas atas agar dipandang tinggi status sosial anak mereka. Walaupun untuk membeli sepatu itu, dibela-belain memaksakan diri. Jujur sebagai putera bangsa Indonesia yang pernah belajar PMP sangat rindu masa-masa kebersamaan dan belajar SD zaman dulu yang kini membuatku begitu mencintai bangsa dan negaraku serta setia pada Pancasila.
Pelajaran tentang tenggang rasa, tanggung jawab, tata krama, ramah tamah dan saling hormat menghormati melalui pelajaran PMP ini semoga bisa cepat kembali ke lingkungan belajar anak SD zaman sekarang, karena masa depan bangsa Indonesia ke depan kelak ada dipundak mereka.
Luber Sitanggang
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews