Dakwah Mahasiswa IAIN Metro pada Masyarakat

Kamis, 1 Desember 2022 | 10:54 WIB
0
78
Dakwah Mahasiswa IAIN Metro pada Masyarakat
Dakwah Mahasiswa IAIN Metro

Bentuk kegiatan dakwah yang dikenal luas oleh umat  melalui tigal yaitu dakwah ceramah, dakwah dengan perbuatan dan dakwah dengan tulisan. Kehidupan keagamaan di banyak desa agaknya dihadapkan pada berbagai keterbatasan. Salah satunya adalah keterbatasan sumber daya manusia yang ahli dan menjadi panutan dan tempat bertanya di desa. Keadaan ini sudah dirasakan untuk waktu yang lama, terutama desa yang lokasinya terpencil dan susah dijangkau karena keterbatasan sarana transportasi. Masyarakat muslim di desa yang bersangkutan merasakan keterbatasan itu, namun belum  membuat program terencana untuk mengatasinya. Padahal, pesan Al-Qur’an sangat jelas. Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya (at-Taubah/9: 122). Respons terhadap pesan ini di banyak tempat umumnya dilakukan secara individual, oleh keluarga tokoh agama, atau bukan organisasi. Ormas keagamaan besar sudah melakukan program pengiriman mubalig ke berbagai daerah, tetapi jangkauannya sangat terbatas dibandingkan dengan kebutuhan. Selain ceramah, dakwah dalam bentuk komunikasi orang  ke orang atau face to face telah lama dikembangkan. Umat Islam yang mengembara ke berbagai negeri untuk mencari nafkah juga memperkenalkan Islam kepada orang-orang yang mereka temui. Mereka menyampaikan pesan Islam secara lisan, berdialog, dan menampakkannya dalam bentuk praktik ibadah, muamalah dan tingkah laku yang terpuji. Metode ini juga menjadi pilihan bagi seorang juru dakwah yang baru pertama kali mengunjungi sebuah kampung atau kota yang penduduknya umumnya bukan muslim. Setelah beberapa orang terketuk hatinya untuk memperleh hidayah Allah, barulah kegiatan dalam bentuk ceramah di rumah dan mushalla dilaksanakan. Hingga waktu sekarang, dakwah dalam bentuk ini masih tetap berkembang. Beberapa mualaf menuturkan pengalaman mereka bersentuhan dengan Islam melalui komunikasi dengan teman kerja dan sahabat mereka yang menganut agama Islam kemudian tertarik untuk mempelajarinya lebih lanjut.

         Sebaliknya, keluarga muslim di Indonesia juga sering dikunjungi oleh penyiar agama profesional bukan muslim. Lewat kunjungan itu, terjadi dialog yang tidak seimbang, yakni dari seorang yang lebih tinggi pendidikannya dan pengetahuannya di bidang agama dengan warga kota atau desa yang terbelakang dari segi pendidikan dan umumnya dari kalangan ekonomi tidak mampu. Melalui pertemuan yang berulang kali, akhirnya ada satu dua orang penganut agama Islam berpindah ke agama lain. Oleh karena itu, penguatan iman di kalangan muslim terutama mereka yang kurang aktif ke masjid, termasuk kaum perempuan yang tidak aktif di kegiatan majelis taklim perlu didekati dengan dakwah face to face. Hanya saja ini bukan perkara gampang. Dibutuhkan tenaga terampil dan punya semangat dedikasi yang tinggi.

Salah satu fungsi laboratorium dakwah bagi mahasiswa adalah mengasah keterampilan mereka dalam berpidato. Keterampilan ini didasarkan pada pengetahuan tentang cara-cara menyampaikan pidato dalam berbagai aspeknya dan pengetahuan tentang substansi ajaran agama Islam yang akan disampaikan kepada audiens. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah pemahaman tentang masyarakat atau golongan yang menjadi sasaran dakwah. Dalam kaitan ini, kajian anthropologis, sosiologis, psikologis, kesejarahan lokal, dan ilmu komunikasi perlu dimiliki oleh juru dakwah. Kombinasi dari berbagai unsur itu menjadi bekal yang baik bagi juru dakwah. Lab dakwah menjadi sarana yang efektif untuk mengenalkan profil juru dakwah yang berhasil. Banyak orang yang menjatuhkan pilihan hidup sebagai juru dakwah profesional. Sebagian di antara mereka ditugaskan dengan kontrak untuk jangka waktu tertentu oleh organisasi kemasyarakatan Islam. Mereka ini ditugaskan di daerah tertentu yang belum mengenal Islam atau membutuhkan bimbingan keagamaan Islam. Hasilnya sangat besar, antara lain, ditandai dengan keberhasilan membimbing banyak orang menjadi mualaf. Salah seorang juru dakwah profesional yang penulis temui di suatu daerah minoritas muslim menuntun sekitar 360 mualaf dalam rentang waktu tiga puluh tahun. Semangat, strategi, dan metode dakwah yang dikembangkan juru dakwah berprestasi perlu ditularkan kepada mahasiswa Perguruan Tinggi Keagamaan Islam, terutama jurusan keagamaan.Praktik dakwah di masyarakat juga perlu ditayangkan dan dibahas di lab dakwah. Di bawah arahan dan penjelasan dosen pembimbing mahasiswa dapat mengidentifikasi cara-cara menyampaikan pesan keagamaan yang baik untuk ditiru dan yang tidak tepat untuk dijauhi. Dengan bekal itu, pratik dakwah mahasiswa sendiri ditampilkan dan dibahas agar ditingkatkan. Hal lain yang perlu ditanamkan sedalam-dalamnya adalah ceramah agama dibuat sedemikian rupa agar audeins tertarik utnuk mendengarkan dengan penuh perhatian, menambah pengetahuan dan wawasan mereka, membawa kesan di hati mereka dan terekam dalam ingatan serta menimbulkan kesadaran untuk memperbanyak amal saleh. Lebih dari itu, kegiatan diskusi di lab dakwah diharapkan agar memicu lahirnya berbagai produk yang dibutuhkan, seperti peta dakwah lokal, buku bimbingan keagamaan, hasil-hasil kajian sosial di bidang dakwah.