Mendung di Besipa'e

Kamis, 14 Mei 2020 | 05:12 WIB
0
676
Mendung di Besipa'e
Suatu hari di Besipa'e

I. Besipa'e

Langit mendung diam-diam
Hujan turun pelan-pelan
Daun berguguran satu-satu


Tanah menangis
Bukit-bukit terkikis
Pohon-pohon ter-iris

Saya hanya terdiam
Membaca gelagat yang terpendam
Sambil menguyah luka dan dendam

Ditanah penuh bukit dan karang
Para pejabat hanya bisa lalu lalang
Mencibir mama-mama yang telanjang


Empati menghilang
Moral entah kemana
Cinta tak kunjung datang

Kecuali sumpah serapah yang menyerang: Bertubi-tubi.


Rumah biru, Mey 2020

Honing Alvianto Bana

II. Menolak lupa

Bertahun-tahun kita dipaksa
mengunyah janji dan harapan
yang katanya dapat mengkristalkan air mata dan duka.

Nyatanya,
Pohon-pohon cendana hanya jadi lambang diseragam dinas.

Nyatanya,
Bukit marmer dan mangan hanya jadi tengkorak bersejarah.

Nyatanya,
Istana sapi dan pohon apel hanya jadi slogan dan kenangan.

Nyatanya,
Kita adalah penyumbang TKI dan TKW terbanyak.

Nyatanya,
Kita pendongkrak angka busung lapar dan stunting tertinggi.

Nyatanya,
Trofi daerah termiskin dan terbelakang tetap kita pikul sejak dulu kala.

Seharusnya kita berkaca,
Bukan pada janji yang lalu lalang
Tapi pada sejarah yang terpampang.

Rumah biru, Mey 2020

Honing Alvianto Bana