Penyelenggara Negara Abai Perbaiki Tata Kelola Pemerintahan

Sebaliknya, terlalu kuat negara, kehidupan bangsa terbelenggu otoritarianisme. Terlalu kuat pasar, bangsa jadi tidak berkeadilan. Terlalu kuat komunitas, bangsa jadi statis.

Sabtu, 27 Juli 2019 | 23:53 WIB
0
408
Penyelenggara Negara Abai Perbaiki Tata Kelola Pemerintahan
Raghuram Rajan (Foto: Thewire.in)

Di mana pangkal sengkarut kehidupan negara kita? Pagi ini saya baca ulang buku "The Third Pillar" (2019), karya Raghuram Rajan (Mantan Gubernus Bank Sentral India ke 23 serta Chief Economist dan Direktur Riset IMF; sekarang jadi profesor di The University of Chicago).

Dalam pandangannya, entah berapa banyak hutan ditebang untuk menulis buku yang menggambarkan bahwa daya kembang suatu negara-bangsa ditentukan oleh hubungan bilateral antara pilar "negara" (state) dan "pasar" (market). Wacana dominan seperti itu melupakan peran "komunitas" (aspek sosial dari masyarakat) dlm perkembangan kehidupan bangsa.

Padahal, komunitas itu rahim negara dan pasar. Pada mulanya, kehidupan sosial berpusat di komunitas, di mana segala urusan bersama (politik) dimusyawarahkan bersama melibatkan seluruh anggota komunitas; produksi dikerjakan oleh semua utk kepentingan semua.

Kemudian, otoritas politik berkembang kompleks dengan kekuatan pemaksanya yang melahirkan negara, dengan logika kepentingan dan mekanismenya tersendiri yang terpisah dari komunitas.

Sedangkan institusi ekonomi berkembang jauh mendorong institusi pasar yang bersifat independen, dengan kepentingannya tersendiri yang meninggalkan komunitas. Sejak itulah, peran komunitas cenderung ditinggalkan.

Padahal, komunitas -sebagai ranah pembudayaan tata nilai dan basis sosiabilitas- memiliki peran penting yang tak bisa digantikan oleh negara dan pasar. Membangun negara-bangsa (Sebagai rumah bersama) dengan persatuan dan keadilan menuntut keseimbangan peran negara, peran pasar dan peran komunitas.

Terlalu lemah negara, kehidupan bangsa penuh ketakutan, anarkisme dan apatisme. Terlalu lemah pasar, bangsa jadi tidak produktif. Terlalu lemah komunitas, bangsa mengarah pada oligarki (crony capitalism).

Sebaliknya, terlalu kuat negara, kehidupan bangsa terbelenggu otoritarianisme. Terlalu kuat pasar, bangsa jadi tidak berkeadilan. Terlalu kuat komunitas, bangsa jadi statis. 

Masalah Indonesia: penjaga komunitas abai memupuk tata nilai (akhlak, mental-spiritual), penyelenggara negara abai memperbaiki tata kelola pemerintahan, pasar (dunia usaha) sibuk memperkaya perseorangan, mengabaikan kemakmuran dan kesejahteraan bersama.

***