The Dark and Bloody Side of Khilafah

Kamis, 31 Januari 2019 | 11:52 WIB
0
923
The Dark and Bloody Side of Khilafah
Buku karangan Nadirsyah Hosen (Foto: Facebook/Satria Dharma)

“Jika ingin menguasai orang bodoh, bungkuslah kebatilan dengan agama” (Ibnu Rusd).

Sudah baca buku “Islam Yes, Khilafah No” Jilid 2 karya Nadirsyah Hosen? Kalau belum, beli dan bacalah bukunya. Umat Islam perlu mengetahui fakta sejarah kekhilafahan yang sebenarnya dan jangan mau dibodoh-bodohi terus. Bodoh kok dilaminating…! 

Saya berkali-kali menahan napas dan tak mampu meneruskan membaca buku ini. Saya harus berhenti membaca berkali-kali karena kisahnya begitu shocking, mengenaskan dan mengerikan. Saya hampir tidak percaya bahwa kisah yang dituliskan itu nyata dan merupakan fakta sejarah.

Masalahnya ini bukan sekedar sejarah tentang raja-raja dan kaisar tapi ini sejarah kekhilafahan Islam. Onok Islame, Bro…!

Selama ini kekhilafahan Islam digambarkan oleh para pengusung khilafah dengan begitu gemerlap, indah, terberkati oleh Tuhan, satu-satunya solusi dunia, yang ternyata faktanya terbalik 180 derajat Celcius, eh, gak pakai Celcius ding! 

Anjir…! Rasanya saya mau misuhi semua pentolan HTI yang selama ini telah membohongi umat Islam dengan gambaran yang keliru dan menyesatkan dari sistem khilafah yang mereka jajakan. 

Buku pertama “Islam Yes, Khilafah No” juga sebenarnya telah menjelaskan betapa busuk, kejam, dan mengerikannya perebutan kekuasaan yang dilakukan oleh para keluarga dari Dinasti Umayyah. Dinasti Umayyah adalah dinasti yang mengakhiri kekuasaan Ali bin Abi Thalib ra sebagai salah satu dari Khulafaur Rasyidin empat khalifah Islam yang paling diagungkan dalam sejarah Islam.

Sulit dipercaya bahwa umat Islam pada zaman itu bisa begitu kejam dan telengas jika berurusan dengan perebutan kekuasaan. Tapi begitulah faktanya.

Tapi buku kedua yang bercerita tentang Dinasti Abbasiyah yang memiliki 37 khalifah yang berkuasa sejak tahun 750–1258 lebih mengejutkan, mengenaskan, dan mengerikan. Saya sampai tidak percaya bahwa perebutan kekuasaan di antara mereka bisa begitu kejam, ganas, dan tak mengenal belas kasihan.

Mosok umat Islam yang mewarisi ajaran agama yang penuh belas kasih dari Nabi Muhammad seolah manusia-manusia barbar yang tidak pernah mengenal ajaran agama sama sekali? Sampai segitunya…?! Kok rasanya lebih biadab ketimbang kisah "Games of Thrones" ya...?! 

Tapi itulah fakta sejarah yang tidak akan pernah dikisahkan oleh para pengusung khilafah macam HTI. Mereka akan menipu umat Islam seolah sistem khilafah yang mereka tawarkan adalah suci, murni, syar’i, tak punya cacat, dan merupakan perintah Tuhan bagi umat Islam untuk mendirikannya.

Tentu saja ada di antara tokoh mereka yang sudah pernah membaca kisah kelam dari sistem khilafah ini dan tahu bahwa sebenarnya sistem ini bukanlah ajaran Islam yang diwajibkan bagi umat Islam melainkan hanya ijtihad semata. Tapi kalau hati sudah tertutup oleh angan-angan maka semua fakta dan kisah yang ada tidak akan membuat mereka berubah.

Semoga dibukakan hati kalian untuk bertobat. Amin! 

Bahayanya Ideologi HTI

Sejak awal tahun 2003 di Balikpapan saya sudah mencium bau busuk dari propaganda HTI dan sejak itu saya terus aktif menentang mereka baik melalui tulisan mau pun dalam forum diskusi langsung. Tentu saja saya dimusuhi oleh para pengusung dan pendukung HTI ini.

Ada seorang teman yang bertanya dengan setengah menggugat mengapa saya getol sekali menulis tentang bahayanya HTI dan perlunya umat Islam mengenyahkan gerakan mereka dari bumi persada ini. Bahkan ada banyak teman yang dengan terang-terangan membela HTI dan mengecam saya.

Saya bisa mengerti bahwa memang banyak umat Islam yang telah tertipu oleh pemikiran islamisasi negara ala HTI ini. Belakangan ini banyak orang yang baru paham akan bahayanya gerakan Hizbut Tahrir setelah gerakan ini membesar dan terasa benar-benar mengganggu kehidupan berbangsa dan bernegara.

Selama ini kita memang menganggap remeh gerakan berbahaya ini dan meski kemudian tersadar gerakan ini telah begitu menusuk dan merusak pemikiran banyak umat Islam.

Untunglah kemudian Presiden Jokowi melarang gerakan ini mengikuti puluhan negara lain yang juga telah melarang gerakan ini di negara masing-masing. Tapi keterlambatan ini jelas membawa ongkos yang tidak sedikit yang sampai sekarang dan entah sampai kapan masih harus kita bayar. Telah terlalu banyak umat Islam yang tertipu oleh gerakan ini. 

Umat Islam Indonesia memang masih mudah dikecoh dengan segala atribut yang berbau agama. Dan itu sudah disampaikan oleh Ibnu Rusd berabad-abad yang lalu dengan peringatannya, ”Jika ingin menguasai orang bodoh, bungkuslah kebatilan dengan agama.”

Umat Islam sangat mudah dikecoh dengan kemasan yang berbau agama dan itulah yang dilakukan oleh organisasi politik bernama Hizbut Tahrir ini. Meski pun mereka jelas-jelas adalah organisasi politik yang berasal dari Timur Tengah toh sangat banyak umat Islam yang menganggap ini semacam lembaga dakwah Islam yang ingin membawa kemurnian dan kejayaan agama Islam dan menghancurkan kebatilan yang ada di Indonesia.

“HTI selama ini baik-baik saja dan pendukungnya adalah orang-orang yang taat beragama.”, demikian kata teman saya membela HTI. Tentu saja yang pertama-tama mudah ditipu oleh gerakan ini adalah orang-orang yang taat beragama karena memang bungkus yang digunakan adalah agama dengan menggunakan hadist dan ayat-ayat Alquran.. HTI tidak akan mungkin didukung oleh non-muslim atau muslim yang tidak silau dengan atribut agama.

“HTI tidak pernah memberontak seperti PKI,” demikian katanya lagi. Memang belum tapi pasti suatu saat akan memberontak. Tidak mungkin tidak. Seperti juga PKI dulu mereka hanya menunggu kapan mereka siap melakukannya. Dan itu sudah dilakukannya di beberapa negara.

Tahun 1974, Hizbut Tahrir melakukan kudeta dengan membunuh Presiden Anwar Sadat dan mengumumkan berdirinya negara Islam di Mesir di bawah kendali HT. Kudeta ini gagal dan semua pelakunya dihukum mati. HT kemudian dilarang di Mesir. 

Di Yordania, Bangladesh, Pakistan, Irak, dan Suriah mereka pun mencoba melakukan kudeta, dan gagal. Tapi tentu saja informasi kejahatan HT dan pembrangusan organisasi ini di berbagai negara tidak akan pernah disampaikan oleh para pendukung fanatik HTI. Itu akan membuat kedok dan belang mereka terbongkar.

Di Indonesia mereka melakukan cuci otak melalui ceramah dan pengajian supaya bisa mendukung gerakan mereka untuk mendirikan negara Islam. Mereka melakukan ini dengan massif, sistematis, dan terstruktur pada masjid-masjid, kampus-kampus, dan berbagai pengajian dan halaqah yang mereka masuki. Mereka melakukan cuci otak pada umat Islam dengan menggunakan jargon-jargon agama yang tentu saja mereka kuasai dengan sangat baik.

Itulah sebabnya banyak sekali umat Islam yang terkecoh dan mengira bahwa mendirikan negara Islam adalah perintah Tuhan yang wajib ditaati. Mereka akhirnya terbius oleh racun dogma yang menyatakan bahwa negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila adalah negara thagut yang harus diperangi dan harus diganti dengan sistem kekhilafahan ala HTI.

Tapi apa sih sebenarnya bahayanya gerakan HT ini? Jelas sekali bahwa organisasi ini akan merongrong dan menggerogoti kecintaan rakyat pada bangsa dan negaranya.

Umat Islam diajarkan untuk kufur terhadap nikmat kemerdekaan dan berdirinya bangsa dan negara NKRI karena bukan berbentuk khilafah. Bahkan lebih daripada itu, warga muslim Indonesia diajak untuk melakukan makar dan berkhianat pada bangsa dan negaranya sendiri dengan menyatakan bahwa negara Indonesia adalah negara thagut yang tidak layak untuk diikuti dan patut ditentang. Hal ini menyebabkan warga muslim Indonesia kehilangan kepatuhan dan kesetiaannya pada pemerintah, bangsa dan negaranya.

Salah satu metode yang dilakukan oleh orang-orang HTI adalah mereka secara konsisten, sistematis, dan terstruktur mengembangkan kultur negatif pada masyarakat, khususnya umat Islam. Orang-orang HTI memfokuskan dirinya untuk mencari-cari kesalahan pemerintah dan menyebar-nyebarkannya pada semua umat Islam. Mereka fokus mengembangkan psikologi dan kultur negatif pada umat Islam agar mereka membenci pemerintah dan negaranya sendiri yang mereka cap thagut.

Dan semua itu mereka bungkus dengan manipulasi dakwah agama. Mereka secara sistematis berupaya menghilangkan kesetiaan umat Islam pada bangsa dan negara mereka.

Mereka selalu menyatakan bahwa umat Islam yang hidup di negara Indonesia yang thagut akan mati kafir. Padahal mereka sendiri hidup di Indonesia yang mereka tuding sebagai negara thagut yang artinya mereka sendiri akan mati kafir dengan sendirinya. Tak ada sedikit pun kebaikan pemerintah di mata orang-orang HTI.

Sementara itu mereka meninggikan diri mereka dengan mengaku-ngaku menegakkan perintah agama untuk mendirikan khilafah. Merekalah para pejuang agama yang kaffah sedangkan yang tidak ikut mereka adalah umat yang akan mati kafir. Semua orang dan pemerintahan adalah batil kecuali mereka yang berada di jalan perjuangan menegakkan khilafah. Sic…! 

Apa yang paling buruk dari itu? Tentu saja karena mereka menggunakan kedok dakwah dan agama yang mereka selewengkan untuk menipu umat yang tidak sadar akan keburukan yang mereka sebarkan. Mereka menggunakan kedok sebagai organisasi massa padahal apa yang mereka lakukan adalah kegiatan politik untuk mengkhianati perjuangan bangsa demi sebuah ideologi politik dari negara asing yang di negara asalnya pun mereka ditolak dan dilarang.

Khilafah adalah bagian dari produk ijtihad masa lampau dan telah habis masanya pada tahun 1924. Sejarah kekhilafahan faktanya ternyata jauh lebih mengerikan dan biadab ketimbang yang pernah kita tahu dan mungkin tidak pernah disampaikan pada kita. Khilafah juga bukan bagian inti dari ajaran Islam. Ia tidak terdapat dalam rukun iman atau pun rukun Islam.

Semua itu bisa kita ketahui dan pahami jika kita mau membaca buku-buku sejarah tentang kekhilafahan yang terserak. Umat Islam harus cerdas dan paham bahwa mereka selama ini telah dijadikan sasaran dari sebuah ambisi kekuasaan politik yang datang dari Timur Tengah yang bakal menghancurkan sendi-sendi kesetiaan warga kepada negaranya. Dan itu harus dicegah dengan sekuat tenaga kita.

Mari kita bersama melawan pengkhianatan ini.

Surabaya, 30 Januari 2019

***