Agama Bukan Bisnis

Setelah dilakukan semua tersebut di atas, meskipun telah dibangun banyak rumah ibadah, namun, tidak mampu meningkatkan akhlak manusia, yakni manusia yang bajik dan bijak.

Rabu, 11 Maret 2020 | 17:10 WIB
0
198
Agama Bukan Bisnis
Ilustrasi (Foto: rencongpost.com)

Agama kok dibuat seperti bisnis. Terus-menerus berpromosi, beriklan, bahkan mouth by mouth, menyatakan produknya yang terbaik,  tak ada produk lain yang lebih baik,  dan menjamin bisa meraih sorga.

Melulu menjaring dan  mencari pelanggan baru. Berupaya meningkatkan kuantitas umat tanpa menghiraukan kualitas umat.

Menggunakan pedoman bisnis sistem perkalian. Jika satu nasabah/pelanggan berkontribusi laba Rp 1.000,-, maka jika sukses menjaring 1.000 nasabah/pelanggan, maka perusahaan akan beromset Rp 1.000.000,-. Apabila mempunyai nasabah/customer sebanyak 10.000 orang, maka omset menjadi Rp 10.000.000,-. 

Semakin banyak pelanggan semakin besar omsetnya. Omset besar, dananya besar, bisa digunakan untuk investasi dengan membuka cabang dimana-mana untuk menjaring lagi  nasabah/customer baru. Terus tingkatkan omset.

Dalam bahasa Marketing itu melebarkan sayap pemasaran.

Setelah dilakukan semua tersebut di atas, meskipun telah dibangun banyak rumah ibadah, namun, tidak mampu meningkatkan akhlak manusia, yakni manusia yang bajik dan bijak.

Buktinya : penghuni penjara tidak semakin berkurang!

***