Sales harus menghitung hari kerja tiap bulannya, sekalipun akan gajian kalau target belum tercapai, sales tidak bisa sebahagia pegawai lainnya.
Beberapa hari yang lalu saya menulis artikel berjudul "Profesi Ini Selalu Dibayangi Pemecatan Setiap Hari." Dalam tulisan itu sedikit banyak saya menceritakan tantangan yang dihadapi para sales di tengah pandemi seperti sekarang ini.Pada tulisan ini saya ingin menceritakan lagi sisi lain kehidupan para sales.
Umumnya orang bekerja untuk menerima upah atau gaji. Makanya saat interview saya tak muluk-muluk saat ditanya apa motivasi saya bekerja, saya cuman jawab uang. Karena dengan uang saya bisa membantu keluarga.Itu sebab saat tiba hari gajian, para karyawan biasanya mulai mengurangi tensi kerjanya sedari pagi.Atasan tumben-tumbennya agak melunak, cuek dan tak banyak membahas pekerjaan.
Para karyawan perempuan biasanya sudah sibuk merencanakan makan apa dan dimana. Yang punya banyak cicilan cuman bisa mengelus dada karena gaji hanya numpang lewat. Tapi begitupun, sudah pasti semua orang yang menerima gaji akan bahagia.
Kalau ada yang sedih saat menerima gaji itu cuman dua orang, satu orang sakit jiwa, dan satunya lagi profesi yang saya ceritakan ini. Ada banyak jabatan di sebuah perusahaan yang skema gajinya sangat sederhana, bahkan kadang dipukul rata.
Misalnya admin keuangan gajinya UMR (Upah Minimum Regional). Yasudah itulah gajinya.Atau kepala gudang gajinya UMR ditambah uang jabatan sekian rupiah.
Tapi profesi yang saya ceritakan ini, yaitu sales, tidaklah sesedarhana itu. Jika profesi lain menerima gaji dan itu memang haknya setelah satu bulan bekerja, sales juga bisa satu bulan bekerja tapi menerima gaji yang serasa bukan haknya.
Suatu hari saat mengikuti morning briefing atasan saya berkata," Kita itu sales, kita hidup dari bisnis. Setidaknya kita bangga karena kita tidak makan uang rakyat dari anggaran negara."
Lalu kenapa sales bisa menerima gaji tapi merasa itu bukan haknya bahkan sampai merasa malu setiap kali gajian? Itu karena sales hidup dari bisnis.Jika seorang sales tidak bisa menjalankan roda bisnis perusahaan disitulah tanggung jawab moralnya mulai berbicara.Kenapa gaji seorang sales jarang besar?
Bahkan ada yang skema gajinya di bawah UMR, lalu kalau dia bisa menjual di angka tertentu barulah gajinya jadi UMR atau di atas UMR. Itu agar sales tersebut mau mengejar targetnya dengan gigih supaya dapat gaji lebih dan komisinya cair.Lagi pula seorang sales selalu di doktrin agar tidak melihat gaji, karena yang dikejar itu bonusnya.
Nah inilah yang membuat jika ada seorang sales setiap bulan hanya menerima gaji doang, artinya ada yang salah dengan sales itu.Jika dia hanya menerima gaji berarti ada target yang tidak tercapai setiap bulannya.
Itu kenapa jika jabatan lain, seperti manager operasional, admin keuangan, staff-staff yang bersifat administratif, bahagia menerima gaji setiap bulan, sales justru pusing jika tiap bulan hanya menerima gaji. Pasti dibalik layak dia sudah diwanti-wanti akan didepak dari perusahaan jika tidak menunjukkan peningkatan.
Seorang sales harus money oriented.Seorang sales akan sangat kesulitan jika belum bisa berpikir secara money oriented.Seorang sales harus berpikir angka, angka dan angka.
Jika ingin karir naik maka harus membuktikan diri bahwa angka penjualannya bagus. Seorang sales tak bisa naik karirnya hanya modal attitude. Namun biasanya jika attitudenya bagus dalam konteks profesional, pasti angka penjualannya juga bagus.
Makanya saya pernah protes saat kerja sebagai seorang sales, tapi di kantor dilarang memegang hape. Sales itu harus membangun relasi, ketemu orang baru ajak ngobrol, minta nomor hapenya, agar nanti bisa di follow up, lah kalau gak boleh pegang hape, bagaimana cara membangun relasi dengan orang lain?
Ouh mungkin bosnya takut kalau si salesnya malah baca media online, lihat yang viral di instagram atau malah nonton video yang lagi trending di youtube.
Justru itu bagus, karena seorang sales harus tahu isu yang lagi hangat biar nyambung kalau ngobrol sama orang lain.Justru ilmu tek tokan dengan orang yang baru dikenal, tapi suasana bisa cair, adalah skill khusus yang biasanya hanya dimiliki seorang sales.Karena ini soal bagaimana membuat lawan bicara menjadi nyaman.
Kembali lagi bicara soal gaji.Seorang sales bukan hanya malu jika hanya menerima gaji doang, tapi pasti juga ada perasaan ngenest saat melihat teman yang dapat bonus karena mencapai target. Soal makan hati seorang sales sudah biasa.Inilah yang saya salut dari profesi seorang sales, jika ada satu pekerjaan yang indikator kerjanya sangat jelas dan tak bisa dibuat-buat itu adalah sales.
Yang lebih ironis itu begini, katakanlah target untuk mendapatkan bonus itu menjual 50 kartu kredit, lalu kita bisa menjual 49 kartu kredit, hanya karena kurang satu, bonus kita tidak akan cair, karena tidak capai target, walaupun hanya kurang satu. Mau nangis darah itu sudah aturan mainnya, tidak ada toleransi.
Inilah kerasnya kehidupan sales. Akurasinya harus tepat. Jika profesi lain semakin banyak tanggal merah adalah anugerah karena banyak libur, untuk sales sama saja, bahkan bisa jadi petaka. Sales yang menjual produk bank misalnya, kalau bank tutup ya salesnya juga libur.
Dalam arti ya dia tidak ngantor, tapi kalau di luar mau tetap jualan ya tidak apa-apa. Sales harus menghitung hari kerja tiap bulannya, sekalipun akan gajian kalau target belum tercapai, sales tidak bisa sebahagia pegawai lainnya.
Karena jika seorang sales hanya menerima gaji setiap bulannya, dia dianggap makan gaji buta.Jika sales hanya menerima gaji setiap bulannya berarti ada target yang tidak bisa dicapainya.
Semoga tulisan singkat ini bisa bermanfaat.
Penikmat yang bukan pakar.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews