Media sosial telah dimanfaatkan sebagai cara baru bagi kelompok radikal untuk menyebarkan benih-benih ideologi ekstrimis. Facebook, YouTube, Twitter, blog hingga aplikasi layanan pesan gratis seperti WhatsApp kini menjadi alat yang ampuh bagi kelompok radikal bahkan teroris untuk melakukan propaganda, mendapatkan pengaruh, dan menjaring keanggotannya di jejaring sosial (warganet).
Di era digital seperti sekarang, dunia maya telah menjadi kekuatan nyata yang menghubungkan soliditas dan militansi kelompok radikal hingga ke lintas negara. Keberadaannya menawarkan kemudahan dalam berinteraksi dan pengorganisasian. Karena itu, kemunculan mereka di jejaring virtual turut mengubah strategi dan pola teror.
Bahkan pada dekade kedua abad ke-21 ini muncul kecenderungan kelompok radikal meningkatkan interaksi dan propagandanya. Dengan memanfaatkan laman-laman tertentu untuk menyebarkan ide dan gagasan kebencian, pemahaman radikal.
Di era disrupsi informasi seperti sekarang ini, di mana segala hal berubah dengan cepat, warganet harus dibekali dengan kemampuan literasi digital baik dalam rangka melawan hoax maupun penyebaran paham radikal.
Karenanya, sejak dini, pendidikan literasi digital harus digalakkan guna membangun pondasi pendidikan karakter yang selaras dengan perkembangan zaman. Mengingat, kehidupan mereka pasti akan senantiasa bersinggungan dengan jagat digital yang serba online.
Literasi digital bisa menjadi sarana tepat dalam upaya menangkal budaya konsumsi informasi secara instan yang menyebabkan banyak masyarakat dan warganet masih terjebak dalam berita hoaks.
Melalui pendidikan literasi digital, tradisi membaca di dunia maya akan terbangun, sehingga mereka mampu memilih informasi tepat, dan membangun informasi yang bersifat membangun, bukan menyulut kemarahan dan kebencian yang bwrujung terseret arus radikalisme untuk selanjutnya bertindak kekerasan.
Maka warganet akan terbiasa menemukan beragam perbedaan pendapat yang mungkin ia temukan dari bacaan yang dibaca. Sehingga, terbangunlah pemahaman bahwa toleransi bermanfaat untuk menyuburkan pengetahuan dan perdamaian, sementara intoleransi menumbuhkan kebencian dan permusuhan.
Hal ini karena warganet mampu mengkonstruksi hal baik dan buruk dalam pikiran mereka. Model perilaku seperti ini tentu saja sangat dibutuhkan untuk menghindarkan diri dari ideologi radikal yang merusak kedamaian dan ketentraman NKRI.
Untuk itu mari manfaatkan media sosial guna kepentingan yang bermanfaat melalui penyebaran dan posting konten konten positif yang menumbuhkan optimisme antar anak bangsa.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews