Para pewarta ateisme mutakhir ini, mendiang Hawking dan Hitchean serta yang gigih Harris dan Dawkins, menurut Gray merupakan penganut ateisme kontemporer yang menganjurkan "penerbangan dari dunia tanpa Tuhan."
Apakah ateisme itu sebuah agama? Atau, kompartemen kompetitor agama (baru)?
Sejak kapan ateisme tumbuh? Pertanyaan ini bukan menjawab hakikat ateisme sebagai suatu ideologi dan kepercayaan(faith). Ateisme adalah keniscayaan sejarah. Ia tumbuh seiring tumbuhnya teisme. Hanya saja, sejarah ateisme mutakhir berkembang sejak mitos dengan kekuatan rasio(logos) disingkirkan dari sejarah kosmosentris.
Ketika antroposentis telah memandu sejarah peradaban melalui kampiun logosentrisme Yunani, terlebih dari kalangan Stoicism di antaranya Thales dan Phitagoras di abad ketiga sebelum masehi. Produk rasio antroposentris ini via era Stoisisme langsung mengusung dua kampiun rasionalisme, Plato dan Aristoteles.
Dari keduanya, potensi ateisme berkembang memasuki produk utama dan mutakhir dari antroposentris: scire, scientia, science(sains).
Sejak itu, sains menjadi maskot dan kompas peradaban yang diadopsi di timur(Alexandria) dan di Barat(Eropa).
Menelisik jauh dalam sejarah sains, dari John Gray bisa ditahbiskan bahwa ateisme adalah anak kandung sains.
Meski populasi penganut ateisme di bawah 10% dari 83% penganut teisme(Fuentes,2018), rata-rata para ateisme itu dianut para sainstis dengan populasi dunia di bawah 0,3% atau bahkan di Indonesia tumbuh di bawah 2%. Sebut saja di antara para kampiun penganut Marx, Nietzsche, Mill, Freud, Russel hingga Sartre, Rand dan milenial-21 ini terkenan dengan nama-nama Hawking, Hitchean, Harris, Dawkins(four horseman).
Para pewarta ateisme mutakhir ini, mendiang Hawking dan Hitchean serta yang gigih Harris dan Dawkins, menurut Gray merupakan penganut ateisme kontemporer yang menganjurkan "penerbangan dari dunia tanpa Tuhan."
Karna itu, buku Gray ihwal 7 tipe ateisme ini bukan sebagai kritik atas paham ateisme. Tapi, sebagai "kisi-kisi" bagaimana membangun dialog dengan kalangan teisme yang umumnya penuh masalah, konflik dan perseteruan dalam apa yang disebut oleh seorang gnostik, Karen Armstrong, sebagai "religious violence" dalam "Fields of Blood"(2018).
Ringkas cerita, bukankah ateisme ancaman bagi bagi kedaulatan manusia? Tapi, teisme organisasional dan institusionallah yang secara "legal formal" masih menyimpan -- meminjam istilah ahli sains agama, Bernard Lewis -- "roots of rage" (akar-akar keganasan) teologisme.
Gratia Atheos.
a.k.a ReO Fiksiwan
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews