Kita memasuki era new normal dan seluruh warga bersorak karena boleh beraktivitas lagi di luar rumah. Namun keadaan ini wajib diwaspadai karena ada indikasi serangan virus covid-19 gelombang kedua. Masyarakat masih harus disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan.
Era new normal membuat seluruh rakyat Indonesia bahagia karena boleh keluar rumah. Mereka gembira karena bisa bebas, bagaikan lepas dari penjara di hunian sendiri. Padahal new normal bukanlah keadaan kembali menjadi normal seperti dulu kala. Melainkan tetap harus waspada akan serangan corona lagi, dan mematuhi peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah.
Mengapa kita harus waspada akan serangan virus covid-19 lagi? Penyebabnya karena masih banyak yang salah mengira. New normal bukan berarti kita boleh keluar rumah tanpa perlindungan masker atau face shield. Kita masih harus tetap memakai masker kain atau pelindung wajah ketika bepergian.
Pemakaian masker juga harus diamati, maksimal selama 4 jam harus ganti yang baru dan yang lama dicuci bersih dengan air panas. Jika keluar rumah juga wajib membawa hand sanitizer. Akan lebih baik lagi jika sering mencuci tangan.
Sayangnya masih banyak yang mengabaikan protokol kesehatan ini. Banyak orang yang mulai malas memakai masker dengan alasan gerah atau tidak bisa memperlihatkan kecantikannya. Mereka juga tidak membawa hand sanitizer. Padahal sudah sering ada pembagian masker dan cairan pembersih tangan secara gratis.
Ada pula orang yang malah mengira bahwa new normal berarti bebas corona. Mereka mengira keadaan sudah aman, lalu nongkrong hingga tengah malam di warung kopi. Itupun tanpa perlindungan apa-apa dan tidak pula menjaga jarak. Hal ini yang membuat melonjaknya pasien yang terkena serangan virus covid-19, dan pernah mencapai 1.000 orang per harinya. Hanya karena menyepelekan protokol kesehatan. Padahal aturan itu dibuat untuk keselamatan kita sendiri. Karena memang corona belum ada vaksinnya.
Di beberapa Rumah Sakit, diberitakan bahwa ruang isolasi dari pasien corona sudah penuh. Ad pula RS lain yang membatasi pelayanan, karena banyak tenaga kesehatan yang tertular virus covid-19. Jika ada orang yang terjangkit corona, akan kebingungan, karena butuh perawatan khusus, dan ketika harus opname di luar kota juga malah berbahaya. Jadi jangan sepelekan serangan corona di era new normal. Karena ada saja orang yang menyangkal kehadirannya dan malah berpendapat bahwa itu hanya sebuah teori konspirasi untuk menakut-nakuti rakyat jelata.
Tempat yang sering jadi ajang penularan virus covid-19 adalah pasar dan pusat perbelanjaan lain. Lembaran uang juga bisa menularkan corona, karena terkena droplet dari pembawa virus. Seorang kasir di Medan terkena corona dan nasibnya naas, nyawanya tidak terselamatkan. Supermarket itu akhirnya ditutup karena semua orang tentu takut tertular.
Sementara di pasar tradisional, masih banyak pula orang yang tidak memakai masker dan datang berombongan, mengabaikan aturan physical distancing. Oleh karena itu, kembali digalakkan rapid test di sana dan semua pedagang wajib mengikutinya. Penyebabnya karena mereka sering berkontak dengan banyak pembeli. Jika ada yang positif corona, maka pasar ditutup sementara dan harus disterilkan dengan disinfektan terlebih dahulu. Pedagang yang sakit juga harus diisolasi di ruang perawatan di RS.
Era new normal bukan berarti kita bisa seenaknya membuka masker agar kena udara segar di luar rumah. Namun masih tetap harus waspada, karena khawatir akan ada serangan virus covid-19 gelombang kedua.
Orang-orang juga masih harus mematuhi protokol kesehatan. Jika mereka mengabaikannya, maka jumlah pasien akan makin bertambah dan pandemi ini seakan tiada berakhir. Ayo kita jaga kebugaran dan imunitas tubuh, tetap pakai masker dan mematuhi protokol kesehatan, agar sehat dan tidak terkena corona.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews