Cuma memang pasti akan ada perbedaan alat dan kualitas SDM di masing-masing maupun kemungkinan perbedaan pedoman kerja.
Kementerian Kesehatan adalah sektor yang paling menentukan bagi upaya penanggulangan wabah Covid-19 di wilayah Indonesia.
Sebenarnya sejak Januari lalu Kemrnkes sudah membuat Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi Coronavirus Disease. Pedoman ini tebalnya 75 slides. Lalu direvisi pada Februari menjadi 89 slides.
Juga sudah ada panduan Penatalaksanaan dan Pemeriksaan Spesimen Covid-19. Banyaknya 46 slides. Sebagian saya share isinya di sini.
Semuanya bagus di atas kertas. Tinggal bagaimana melaksanakannya di lapangan dan laboratorium.
Seorang dokter spesialis mikrobiologi klinis yang namanya minta dirahasiakan menulis concernnya kepada saya. Cukup panjang isinya. Begini isinya:
Dalam pemeriksaan laboratorium, prinsipnya ada tiga fase: pre analitik, analitik dan pasca analitik. Terkait dengan diagnosis COVID-19 di negara kita ini, kendala di fase preanalitik masih banyak. Fase preanalitik meliputi mulai dari identifikasi pasien yang masuk kriteria dan perlu diperiksa, pengambilan spesimen, penyimpanan spesimen dan pengiriman spesimen hingga akhirnya spesimen tiba di Litbangkes.
Di Rumah Sakit tempat ia saat ini bekerja saja penentuan pasien apakah perlu diperiksa dan dirawat masih perlu dibenahi, walaupun sudah ada pedoman dari Kemenkes.
Sedangkan untuk pengambilan spesimen, dukungan logistik masih kurang. Dan ini terjadi di berbagai RS yang ditunjuk sebagai RS rujukan.
Spesimen yang diambil oleh pihak RS dikirim ke Litbangkes melalui Dinkes. Kadang tertahan di Dinkes, kadang tertahan di pelabuhan, kadang terhambat di perusahaan kargo/airline. Itu semua menyebabkan keterlambatan spesimen tiba di Litbangkes sehingga memengaruhi kualitas spesimen yang diperiksa.
Jadi kemungkinan laboratory error memang besar, namun tak sepenuhnya ada di pihak lab, malah bisa dibilang lebih dari 50 persen lab error adalah akibat kesalahan di fase pre analitik.
"Saya sebagai clinical microbiologist di RS tempat tugas saya maupun beberapa sejawat clinical microbiologist di Indonesia sih merasa kuatir dengan keadaan real di lapangan," katanya.
Belum lagi persoalan alat pelindung diri (APD)/ PPE yang stoknya memang terbatas di sebagian besar RS rujukan. Itu semua belum terekspose karena memang belum banyak kasus COVID-19 di Indonesia. Namun bila banyak maka risiko tenaga kesehatan Indonesia untuk terkena akan tinggi.
Memang betul jika seandainya bisa di berdayakan kembali jejaring lab untuk flu burung. Saat ini memang baru dirintis upaya ke arah jejaring lab kesehatan. Untuk Covid-19, yang akan dikembangkan adalah BBLK dan BTKL. Tapi BBLK dan BTKL walau di bawah Kemenkes juga berada di dua jalur komando berbeda. BBLK di bawah Litbangkes, seangkan BTKL di bawah Dirjen P2P. (BBLK ; Balai Besar Laboratorium Kesehatan; BTKL : Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit).
Cuma memang pasti akan ada perbedaan alat dan kualitas SDM di masing-masing maupun kemungkinan perbedaan pedoman kerja.
Pernah ada sejawat di salah satu daerah yang share ketika ingin merujuk pasien terduga, tidak diizinkan menggunakan feri oleh pihak pelabuhan. Ambulans mereka disuruh memutar lewat jalan darat melalui salah satu jembatan, sehingga memakan waktu beberapa jam.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews