Kita Mau Menyamai Siapa?

Mau meniru siapa, Eropa, Amerika. Tentu tidak, karena kita bisa belajar dari Malaysia, Singapura, India, Vietnam, yang tanpa jualan isu bisa meredam kematian dan menaikkan kesembuhan.

Selasa, 26 Mei 2020 | 08:56 WIB
0
183
Kita Mau Menyamai Siapa?
Korban covid-19 (Foto: sukabumiupdate.com)

Covid19 masih terus mewabah, negara-negara dengan prestasi tertinggi dalam persentase kematian adalah sebagai berikut :

1. Perancis 15,5%
2. Italia 14,2%
3. Inggris 14,2%
4. Spanyol 10,2%
5. Amerika Serikat 8,8%
6. Kanada 7,6%
7. Filipina 6,2%
8. Indonesia 6,1%
9. India 2,5%
10. Thaliland 1,8%
11. Malaysia 1,6%
12. Singapura 0,09%
13. DUNIA 6,3%

Dari kasus di atas, kita mau memilih model yang mana, karena Corona belum ada vaksin dan obatnya, maka keberhasilan menekannya hanya disiplin menjalankan menekan penularan. Phsycal dan social distancing cara satu-satunya.

Juara 6 besarnya diduduki Eropa, Amerika Serikat dan Kanada, Filipina dan Indonesia bertengger pada urutan ke 7 dan 8, sementara 3 negara ASEAN lainnya bisa menekan di bawah 2%, dan malah Singapura dibawah 1%.

Dari tingkat kesembuhan Spanyol dan Italia mencapai 67 dan 61%, sementara Inggris hanya bisa menyembuhkan 0,3%, Kanada 52% dan USA hanya 27%.

ASEAN kecuali Indonesia dan Filipina yang hanya mampu mencapai kesembuhan pada kisaran 24%, Thailand 96%, Malaysia 82% dan Singapura 98%, apa kunci suksesnya, lagi-lagi adalah disiplin untuk melakukan phsycal dan social distancing.

India dan Tiongkok adalah dua negara dengan penduduk 5x Indonesia dan Amerika Serikat, kenapa mereka bisa mengendalikan Covid19. Ya karena pemerintahnya satu komando mendisiplinkan warganya, China mengontrol kuat wilayah terdampak, Wuhan adalah contoh nyata, India dengan rotan mengontrol masyarakat yang keluyuran.

Kasus Eropa, Amerika Serikat, Kanada yang melonjak Covid19-nya karena warganya celengekan, sok jagoan.

Bagaimana Indonesia, karakteristik dan penyebaran masyarakat kita berbeda, ribuan pulau ini punya karakteristik masyarakat yang berbeda, budayanya, aturan dan kebiasaannya. Walau kita tau masyarakat urban kita mencapai 60%, tapi 60% populasi ada di Jawa. Covid19 memapar urban area, dan yang terbesar pasti di Jawa.

Dua Minggu lalu saya jalan ke desa di sekitar Pandaan Jatim, ada 7 desa di kecamatan yang sama tidak ada satupun kedengaran yang terdampak Corona, mereka hidup seperti biasa, tanpa masker dan social distancing, tapi hal itu bukan jaminan bahwa mereka akan bebas Corona selamanya, begitu ada carrier masuk maka penularan pasti berjalan.

Contoh lain adalah perumahan di mana kami tinggal, ada 3.000 rumah yang setiap hari sebagian RT belanja pada dua pasar di sana, sampai sekarang Alhamdulillah belum ada yang terpapar Corona, namun sekali lagi tidak ada jaminan besok lusa, masih aman, tergantung ada penular atau tidak disana.

Ada kekhawatiran melanda masyarakat kita, dan kelihatan agak berlebihan. Apalagi melihat masih banyaknya masjid buka dan kemarin shalat idul Fitri masih juga ada, bergerombol d isana sini, bahkan petugas di lawan sampai kewalahan. Yang ngeyelan dari pedagang pasar, dokter, anggota DRPD bahkan Umar yang disebut habib, berkelakuan negatif.

Kalau mau lihat dampak dari hari raya dan belanja, kita lihat 2 minggu ke depan, berapa lonjakan yang bakal terjadi, saya masih optimis kita bisa mengendalikannya, karena menurut survey BPS bahwa 90% masyarakat kita sudah mengikuti aturan dan anjuran pemerintah, kecuali yang merasa jadi asistennya Tuhan. Jadi ingat, penggerombolan yang terjadi sporadis pada wilayah urban, dan aparat kita cukup sigap, begitu ada cluster baru langsung di isolasi dengan ketat.

Jangan panik tapi cerdik, banyak informasi simpang siur, dari mulai tukang sayur sampai dokter yang bicara masalah Corona, masyarakat jadi bingung mau dengar yang mana. Fokus saja pada sumber yang jelas yaitu Gugus Tugas Covid19 yang setiap hari mengupdate progress angka terjangkit, meninggal dan sembuh.

Dari angka kematian dan kesembuhan kita jauh lebih aman dari Eropa dan Amerika Serikat, Kanada, walau kita jauh di bawah keberhasilan negara ASEAN lainnya, tapi penduduk mereka berapa kita berapa, kalau mau di bandingkan, maka kita nyaris sama dengan Amerika yang saat ini korban meninggalnya sudah 100.000an nyawa, tapi bukan berarti kita terus tenang-tenang, karena India dan China adalah contoh di mana Corona benar-benar tidak dianggap sebelah mata.

Kalau ada TV Amerika mengatakan kita bakal terpapar 50% dari penduduk Indonesia pada tiga bulan ke depan, itu adalah analisa mengada-ada, kenapa mereka tidak mengalanisa negerinya yang sekarang sedang menyandang negara terbesar yang gagal menyelamatkan nyawa warganya.

Hal lain yang mereka lupa kita adalah negara khatulistiwa, di mana sinar matahari sepanjang tahun menyinari bumi, beda dengan mereka, sinar matahari dan panasnya udara tidak disukai virus Corona, tapi sekali lagi kita harus waspada.

Terus kita mau meniru siapa, Eropa, Amerika Serikat. Tentu tidak, karena kita bisa belajar dari Malaysia, Singapura, India, Vietnam, yang tanpa jualan isu bisa meredam kematian dan menaikkan kesembuhan.

So, mari waspada bersama, sayangi keluarga, tetangga. Langkahnya sebagai berikut:

- Di rumah saja, tak usah kemana-maba.
- Biarkan yang berkepentingan keluar untuk memutar rodak ekonomi, untuk sama-sama kita nikmati.

***