Mau meniru siapa, Eropa, Amerika. Tentu tidak, karena kita bisa belajar dari Malaysia, Singapura, India, Vietnam, yang tanpa jualan isu bisa meredam kematian dan menaikkan kesembuhan.
Covid19 masih terus mewabah, negara-negara dengan prestasi tertinggi dalam persentase kematian adalah sebagai berikut :
1. Perancis 15,5%
2. Italia 14,2%
3. Inggris 14,2%
4. Spanyol 10,2%
5. Amerika Serikat 8,8%
6. Kanada 7,6%
7. Filipina 6,2%
8. Indonesia 6,1%
9. India 2,5%
10. Thaliland 1,8%
11. Malaysia 1,6%
12. Singapura 0,09%
13. DUNIA 6,3%
Dari kasus di atas, kita mau memilih model yang mana, karena Corona belum ada vaksin dan obatnya, maka keberhasilan menekannya hanya disiplin menjalankan menekan penularan. Phsycal dan social distancing cara satu-satunya.
Juara 6 besarnya diduduki Eropa, Amerika Serikat dan Kanada, Filipina dan Indonesia bertengger pada urutan ke 7 dan 8, sementara 3 negara ASEAN lainnya bisa menekan di bawah 2%, dan malah Singapura dibawah 1%.
Dari tingkat kesembuhan Spanyol dan Italia mencapai 67 dan 61%, sementara Inggris hanya bisa menyembuhkan 0,3%, Kanada 52% dan USA hanya 27%.
ASEAN kecuali Indonesia dan Filipina yang hanya mampu mencapai kesembuhan pada kisaran 24%, Thailand 96%, Malaysia 82% dan Singapura 98%, apa kunci suksesnya, lagi-lagi adalah disiplin untuk melakukan phsycal dan social distancing.
India dan Tiongkok adalah dua negara dengan penduduk 5x Indonesia dan Amerika Serikat, kenapa mereka bisa mengendalikan Covid19. Ya karena pemerintahnya satu komando mendisiplinkan warganya, China mengontrol kuat wilayah terdampak, Wuhan adalah contoh nyata, India dengan rotan mengontrol masyarakat yang keluyuran.
Kasus Eropa, Amerika Serikat, Kanada yang melonjak Covid19-nya karena warganya celengekan, sok jagoan.
Bagaimana Indonesia, karakteristik dan penyebaran masyarakat kita berbeda, ribuan pulau ini punya karakteristik masyarakat yang berbeda, budayanya, aturan dan kebiasaannya. Walau kita tau masyarakat urban kita mencapai 60%, tapi 60% populasi ada di Jawa. Covid19 memapar urban area, dan yang terbesar pasti di Jawa.
Dua Minggu lalu saya jalan ke desa di sekitar Pandaan Jatim, ada 7 desa di kecamatan yang sama tidak ada satupun kedengaran yang terdampak Corona, mereka hidup seperti biasa, tanpa masker dan social distancing, tapi hal itu bukan jaminan bahwa mereka akan bebas Corona selamanya, begitu ada carrier masuk maka penularan pasti berjalan.
Contoh lain adalah perumahan di mana kami tinggal, ada 3.000 rumah yang setiap hari sebagian RT belanja pada dua pasar di sana, sampai sekarang Alhamdulillah belum ada yang terpapar Corona, namun sekali lagi tidak ada jaminan besok lusa, masih aman, tergantung ada penular atau tidak disana.
Ada kekhawatiran melanda masyarakat kita, dan kelihatan agak berlebihan. Apalagi melihat masih banyaknya masjid buka dan kemarin shalat idul Fitri masih juga ada, bergerombol d isana sini, bahkan petugas di lawan sampai kewalahan. Yang ngeyelan dari pedagang pasar, dokter, anggota DRPD bahkan Umar yang disebut habib, berkelakuan negatif.
Kalau mau lihat dampak dari hari raya dan belanja, kita lihat 2 minggu ke depan, berapa lonjakan yang bakal terjadi, saya masih optimis kita bisa mengendalikannya, karena menurut survey BPS bahwa 90% masyarakat kita sudah mengikuti aturan dan anjuran pemerintah, kecuali yang merasa jadi asistennya Tuhan. Jadi ingat, penggerombolan yang terjadi sporadis pada wilayah urban, dan aparat kita cukup sigap, begitu ada cluster baru langsung di isolasi dengan ketat.
Jangan panik tapi cerdik, banyak informasi simpang siur, dari mulai tukang sayur sampai dokter yang bicara masalah Corona, masyarakat jadi bingung mau dengar yang mana. Fokus saja pada sumber yang jelas yaitu Gugus Tugas Covid19 yang setiap hari mengupdate progress angka terjangkit, meninggal dan sembuh.
Dari angka kematian dan kesembuhan kita jauh lebih aman dari Eropa dan Amerika Serikat, Kanada, walau kita jauh di bawah keberhasilan negara ASEAN lainnya, tapi penduduk mereka berapa kita berapa, kalau mau di bandingkan, maka kita nyaris sama dengan Amerika yang saat ini korban meninggalnya sudah 100.000an nyawa, tapi bukan berarti kita terus tenang-tenang, karena India dan China adalah contoh di mana Corona benar-benar tidak dianggap sebelah mata.
Kalau ada TV Amerika mengatakan kita bakal terpapar 50% dari penduduk Indonesia pada tiga bulan ke depan, itu adalah analisa mengada-ada, kenapa mereka tidak mengalanisa negerinya yang sekarang sedang menyandang negara terbesar yang gagal menyelamatkan nyawa warganya.
Hal lain yang mereka lupa kita adalah negara khatulistiwa, di mana sinar matahari sepanjang tahun menyinari bumi, beda dengan mereka, sinar matahari dan panasnya udara tidak disukai virus Corona, tapi sekali lagi kita harus waspada.
Terus kita mau meniru siapa, Eropa, Amerika Serikat. Tentu tidak, karena kita bisa belajar dari Malaysia, Singapura, India, Vietnam, yang tanpa jualan isu bisa meredam kematian dan menaikkan kesembuhan.
So, mari waspada bersama, sayangi keluarga, tetangga. Langkahnya sebagai berikut:
- Di rumah saja, tak usah kemana-maba.
- Biarkan yang berkepentingan keluar untuk memutar rodak ekonomi, untuk sama-sama kita nikmati.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews