Penulis Sukses Adalah Mereka yang Terus Menulis

Saya tetap menganggap PENSIUN adalah PEKERJAAN juga, bahkan pekerjaan yang baik. Maka, saya tetap menulis.

Sabtu, 5 September 2020 | 22:33 WIB
0
262
Penulis Sukses Adalah Mereka yang Terus Menulis
Saya menulis di tengah danau (Foto: Dok. pribadi)

Saya sependapat dengan Bonnie Friedman, penulis buku "Writing Past Dark" berusia 62 tahun yang mengatakan, penulis sukses itu bukanlah orang yang menulis kalimat terbaik, melainkan mereka yang terus menulis.

"Mereka adalah orang-orang yang menemukan apa yang paling penting dan teraneh serta paling menyenangkan dalam diri mereka, dan tetap percaya pada nilai pekerjaan mereka, meskipun menghadapi kesulitan," kata Friedman.

Saya tidak meragukan pendapat Bonnie Friedman ini karena saya telah mempraktikkannya dalam keseharian; menulis, menulis dan menulis. Boleh dibilang saya adalah seorang penulis yang terus menulis dan akan tetap menulis, meski langit akan runtuh.

PERCAYA DIRI adalah modal utama menulis. Setiap penulis adalah unik dan keunikan inilah yang harus terus ditawarkan kepada publik dalam bentuk opini, artikel, puisi, drama dan cerita. Tanpa modal percaya diri ini, kamu akan selamanya tersesat dalam kegamangan, terjebak dalam ketidakpastian.

Rumusnya: teruslah menulis, apapun yang kamu tulis, yang sekiranya bermanfaat buat pembaca. Setiap tulisan akan menemukan takdirnya sendiri, kata Pramoedya Ananta Toer.

Dalam "Writing Past Dark", Friedman mengungkap proses kreatif seorang perempuan pengarang Amerika bernama Annie Dillard, penulis yang dikenal dengan gaya "prosa naratif"-nya baik saat menulis fiksi maupun nonfiksi. Washington Post berkomentar, "Dalam semangat 'The Writing Life' karya Annie Dillard, Friedman memberikan nasihat sepenuh hati kepada mereka yang perlu dibujuk ke dalam proses kreatif."

Situs Amazon menulis tentang "Writing Past Dark" karya Friedman sebagai panduan yang sangat diperlukan bagi penulis saat mengeksplorasi sisi emosional dari kegiatan menulis dan menawarkan nasihat yang berwawasan tentang mengatasi hambatan penulis, penundaan, rasa bersalah, dan banyak lagi.

Memetakan sisi emosional kehidupan penulis, "Writing Past Dark" adalah pendamping menulis untuk digapai ketika kamu merasa tersesat dan ingin mendapatkan kembali akses ke kenangan, gambaran, dan ide di dalam dirimu yang menjadi bahan bakar penulisan yang kuat.

Amazon menambahkan, "Writing Past Dark" menggabungkan narasi pribadi dan pengalaman penulis lain, mengeksplorasi berbagai macam emosi dan dilema yang dihadapi penulis —iri hati, gangguan, rasa bersalah, dan penghambat penulis— dan berbagi petunjuk yang dapat membebaskanmu sehingga kamu dapat menulis bukumu sendiri.

Apa yang Bonnie Friedman kemukakan sesungguhnya mewakili kegalauan saya pada masa lalu. Dalam satu titik, saya merasa menulis bukan untuk kehidupan. Ia tidak akan berperan besar dalam menopang hidup, bahkan sekadar menghidupi diri sendiri. Contoh nyata banyaknya penulis yang menderita dan sengsara di masa tuanya, sungguh sangat menghantui pikiran saya saat itu.

Seperti mendapat bimbingan dari langit, tangan-Nya terus mengarahkan saya kepada kertas, kepada mesin tik, kepada buku dan bacaan yang diperlukan sebagai gizi untuk menulis.

Saya teringat perkataan Sommerset Maugham, untuk jadi penulis yang baik, temukanlah pekerjaan yang baik terlebih dahulu. Nah, "pekerjaan" saya saat itu adalah pelajar/mahasiswa, maka saya terus menulis. Ketika pekerjaan saya pustakawan/peneliti, saya terus menulis. Apalagi ketika saya menjadi wartawan, saya wajib menulis.

Bagaimana setelah pensiun dari pekerjaan? Bukankah pensiun itu tanpa pekerjaan? Bagaimana bisa menulis tanpa pekerjaan? Begitu mungkin kamu bertanya. Hemmm.... ini cuma persepsi di otakmu saja atau sekadar permainan hati. Apa yang saya lakukan? Saya tetap menganggap PENSIUN adalah PEKERJAAN juga, bahkan pekerjaan yang baik. Maka, saya tetap menulis.

Pada masa lalu, di kamar kos-kosan bunyi tik-tak tik-tak mesin tik "Brother" bekas pakai menjadi irama malam tersendiri, yang boleh jadi menjadi musik pengiring tidur gadis tetangga yang kerap curi-curi pandang. Saya terus menulis bahkan sampai menembus pergantian hari.

Saya percaya apa kata Pramoedya, setiap tulisan akan menemukan takdirnya sendiri.

Keep writing!

***