Vaksinasi nasional menjadi fokus pemerintah pada tahun 2021 dan pada November ini jumlah yang menerimanya sudah lebih dari 85 juta orang. Dengan adanya peningkatan vaksinasi ini maka diharapkan Indonesia cepat keluar dari pandemi Covid-19.
Apakah Anda sudah divaksin? Saat ini hampir semua orang mendapatkan pertanyaan ini, karena vaksinasi Corona adalah sebuah kewajiban. Di masa pandemi, penolakan terhadap vaksinasi sama saja dengan memilih jalan untuk bertemu dengan virus Covid-19, yang belum tentu selamat (kemungkinan terburuknya adalah kematian). Sehingga vaksinasi adalah hal yang memang harus dilakukan agar bisa melewati masa buruk ini dengan aman dan sehat.
Program vaksinasi nasional dimulai bulan maret 2021 dan Presiden Jokowi sendiri yang pertama kali disuntik, untuk menunjukkan bahwa injeksi ini tidak memiliki efek samping. Kini setelah 8 bulan, makin banyak orang yang sudah divaksin. Data dari Tim Satgas Covid-19 menunjukkan bahwa lebih dari 85 juta WNI telah selesai disuntik vaksin 2 kali. Sedangkan yang baru sekali diinjeksi lebih dari 131 juta orang.
Banyaknya WNI yang sudah divaksin membuat hati lega, karena program vaksinasi nasional dianggap berhasil. Jika makin banyak yang mendapatkan vaksin maka diprediksi target Kemenkes akan tercapai, yakni maksimal 12 bulan saja. Vaksinasi memang terus dikejar agar cepat selesai agar herd immunity lekas terbentuk dan status pandemi dianggap selesai.
Jika banyak WNI yang sudah divaksin lengkap (hampir setengah dari jumlah penduduk Indonesia) maka menunjukkan ketertiban mereka dalam melaksanakan program pemerintah. Ketika banyak yang mau diinjeksi maka mereka patut dipuji karena melaksanakannya dengan senang hati.
Banyaknya orang yang mau divaksin menunjukkan bahwa mereka mau taat peraturan, tidak sekadar takut bahwa tanpa vaksin tidak bisa ke mana-mana. Memang sempat ada peraturan untuk naik beberapa jenis kendaraan umum harus menunjukkan kartu vaksin, tetapi akhirnya direvisi karena hanya perlu untuk tes antigen. Namun vaksinasi adalah sebuah kesadaran, bukan karena terpaksa harus melakukannya saat akan bepergian.
Masyarakat lebih percaya pemerintah dan mau divaksin, pertama karena program ini 100% gratis. Bandingkan dengan di Singapura atau negara lain yang harus membayar dan biayanya cukup mahal. Sehingga kesempatan emas ini tidak boleh disia-siakan.
Kedua, mereka tidak percaya akan hoaks yang beredar di media sosial, yang mengatakan bahwa vaksin ini berbahaya. Penyebabnya karena banyak yang sudah divaksin dan kondisinya baik-baik saja. Vaksin juga sudah halal MUI sehingga membuat umat merasa aman.
Apresiasi patut diberikan kepada pemerintah karena bergerak cepat dalam mensukseskan program vaksinasi nasional. Ketika ada vaksin Corona maka pemerintah langsung memesannya sehingga tidak akan kehabisan stok. Pemesanan memang harus dilakukan dengan cepat karena produksi masih agak terbatas, sehingga agak berebut dengan negara lain ketika terlambat sedikit saja.
Selain itu, pemerintah juga memprioritaskan vaksinasi pada tenaga kesehatan, karena para dokter, perawat, dan relawanlah yang berjuang di garis depan untuk melawan Corona dan memiliki resiko tinggi. Setelah nakes, maka giliran para guru dan pekerja di sektor umum lain, yang berkontak dengan banyak orang dan butuh proteksi dari Corona.
Banyaknya WNI yang sudah divaksin membuat kita lega karena kekebalan kelompok akan cepat tercapai, sehingga masa pandemi akan lekas berakhir. Vaksinasi sudah digratiskan, halal, dan aman, sehingga tidak ada alasan untuk menolaknya. Masyarakat Indonesia sudah sadar akan manfaat vaksinasi, sehingga mereka mau diinjeksi dengan sukarela.
Made Raditya, Penulis adalah kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews