Salah satu yang mungkin bisa dijalani dalam gerakan ini membangun mata rantai usaha baik berupa jasa maupun barang , dibantu oleh tokoh-tokoh yang telah sukses dalam bidangnya masing-masing.
Perantau asal Lampung di Jakarta bisa dibilang sebagai elemen yang tidak bisa dianggap remeh dalam meramaikan dinamika bisnis dan politik tingkat lokal maupun nasional.
Suksesi kepemimpinan di Ibu Kota maupun di tingkat nasional, perantau asal Lampung yang terdiri dari berbagai etnis seperti Jawa, Lampung, Sunda, Bugis/Makkasar, Minangkabau, Bali, dan Batak ini bisa dibilang punya peran yang signifikan.
Menurut Koordinator Paguyuban Masyarakat Lampung di Jakarta (PMLJ), Ery Setyanegara, perantau asal Lampung yang sudah beranak pinak dan ber-KTP Jakarta dan sekitarnya jumlahnya mencapai 300-ribuan orang. Mereka tersebar di berbagai wilayah Ibu Kota dengan aneka ragam profesi.
Selain di Jakarta, perantau asal Lampung juga memenuhi kantung-kantung kehidupan di Banten, Bekasi, Bogor, dan Depok. Mereka berprofesi mulai dari pedagang, buruh pabrik, penjaga toko, karyawan perusahaan, pegawai negeri, polisi, jaksa, pengusaha, politisi, pengacara, pekerja seni, hingga pekerja di sektor rumah tangga.
Dengan jumlah sebesar ini, mereka memiliki potensi besar untuk menjadi penggerak ekonomi. Mereka juga bisa menjadi bagian penting dalam percaturan politik di Ibu Kota dan kawasan sekitarnya.
Dengan potensi ini, sehingga ada gagasan dari PMLJ untuk membuat rembuk perantauan dalam rangka merumuskan sebuah gerakan yang bertujuan meningkatkan kemakmuran bersama.
Paguyuban, menurut Ery, akan mengundang tokoh-tokoh asal Lampung untuk memberi sumbangan pemikiran dan jalan agar gerakan kemakmuran itu bisa terwujud.
Beberapa tokoh seperti Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Negara BUMN Erick Thohir, keluarga besar Bakrie, anggota DPR Habiburokhman, pelatih sepak bola Rahmad Darmawan, Kepala Kejaksaan Tinggi DKI Asri Agung Putra, politisi Andi Arief, mantan Jaksa Agung Muhammad Prasetyo, pengacara Henry Yosodiningrat, Wakil Ketua MPR Zulkifli Hasan, Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup Siti Nurbaya, mantan Kapolda Lampung Brigjen Polisi (Purn.) Edward Syah Pernong, mantan Kapolda Lampung Irjen (Purn) Ike Edwin, mantan Kapolda NTB Irjen Tomsi Tohir Balaw, Duta Besar untuk Kroasia Komjen (Pun) Sjachroedin Zainal Pagaralam, dan ustdaz Gus Miftah akan diundang hadir di tengah-tengah rembuk itu.
Dengan rembuk itu, perantau asal Lampung diharapkan akan memiliki jalan yang lebih konkret dalam rangka mewujudkan kemakmuran. Dengan kemakmuran yang nyata, otomatis akan memberi efek positif kepada keluarga mereka yang tinggal di kampung halaman, Lampung.
Paguyuban yang makmur bisa menjadi jembatan untuk membantu dalam menjalani kehidupan di tanah rantau. Ibarat kata, paguyuban ini menjadi semacam jaring laba-laba yang akan menghubungkan satu subsistem ke subsistem lainnya.
Dengan pola jaring laba-laba, seorang figur lebih dimudahkan mencapai tujuannya di tengah-tengah kompetisi yang kian ketat.
Bagaimana juga, sistem kerja yang berpijak atas kesamaan kampung kelahiran seperti digagas PMLJ ini tidak bisa disangkal lagi. Ikatan emosional atas kedekatan kampug kelahiran masih mengikat kuat di antara sesama warga perantau di mana pun berada.
Bisa dilihat bahwa tokoh-tokoh yang sekarang sukses dalam berbisnis maupun berpolitik selalu punya jejak ikatan dengan warga paguyuban kampung kelahiran leluhur mereka. Oleh karena itu, paguyuban perantau asal Lampung ini ingin membangun sebuah gerakan untuk mencapai kemakmuran bersama dalam segala bidang kehidupan.
Salah satu yang mungkin bisa dijalani dalam gerakan ini misalnya membangun mata rantai usaha baik berupa jasa maupun barang yang dibantu oleh tokoh-tokoh yang telah sukses dalam bidangnya masing-masing. Dengan bantuan tangan tokoh-tokoh yang telah sukses, generasi muda perantau bisa mendapat kesempatan untuk berkontribusi dalam pembangunan di segala aspek kehidupan.
Krista Riyanto, Penulis dan mantan Jurnalis
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews