Kejeniusan Sukarno dalam Melihat Arah Sejarah

Minggu, 30 Desember 2018 | 06:13 WIB
0
545
Kejeniusan Sukarno dalam Melihat Arah Sejarah
Soekarno (Foto: Tribunnews.com)

Setelah melihat saat-saat ini begitu diperbudaknya bangsa kita oleh modal asing atas nama modernisasi, dibuat tergantung dan melihat bagaimana Pasar Bebas digunakan sebagai alat Kolonialisme bentuk baru maka tak pelaklah saya akan berdiri dan menaruh begitu hormat pada kemampuan Sukarno membaca gejala-gejala.

Antara tahun 1951-1954 Bung Karno bergulat di perpustakaannya yang juga menjadi ruang kerjanya mencari arah ke mana Indonesia seharusnya berjalan. Bung Karno berusaha memecahkan teka-teki sejarah dari sebuah hukum perkembangan masyarakat, dan dengan kejeniusannya ia menemukan bahwa satu-satunya jalan untuk membangun yang bangsa yang besar, terhormat dan makmur adalah melalui revolusi secara terus menerus.

Masyarakat makmur bukan saja masyarakat yang hanya mementingkan perut tapi juga masjarakat yang mementingkan rasa budaya, berkebudayaan. Masjarakat yang berkebudayaan adalah masyarakat yang memahami bahwa kesejarahan sebuah bangsa bisa dibangun dengan terhormat apabila ia pertama-tama menjadi bangsa yang kaya.

APA ITU BANGSA YANG KAYA. Berkali-kali Bung Karno berkata: BANGSA YANG KAYA ADALAH BANGSA YANG BERDAULAT. Berdaulat pada ekonominya, berdaulat pada lahan-lahan ekonominya dan dari daulat itu rakyat berhak atas kehormatannya lewat kemakmurannya dari kekayaan alam bangsa Indonesia dan kecerdasan manusianya.

Persatuan bukanlah menggadai kekayaan bangsa ini, tapi Persatuan adalah secara bersama-sama memikirkan bagaimana kekayaan dikelola dan diarahkan untuk kesejahteraan rakyat. Untuk itulah Pendidikan murah, Kesehatan murah adalah mutlak bagi bangsa yang kaya raya ini.

Pada saat Bung Karno mendengung-dengungkan Neo Kolonialisme dan Neo Imperialisme itu Sukarno dicibiri menciptakan hantu baru, hantu kolonialisme padahal yang dibaca Sukarno adalah sangat jauh ke depan, bagaimana memerdekakan bangsanya sepenuh-penuhnya dan memiliki kemandirian Kapital.

Kemampuan Sukarno membaca gejala-gejala lalu membentuk satu wacana bernama: Neo Kolonialisme dan Imperialisme yang pada waktunya diketawai oleh banyak orang yang mengaku dirinya modernis. Ternyata terbukti Modernisasi yang ditularkan kekuatan politik barat adalah bentuk lain dari Imperialisme.

Negara-Negara berkembang digagalkan membentuk kekuatan kapitalnya sendiri dan ujungnya adalah: BENTUK PENJAJAHAN BARU. Anak-anak orang gedongan yang bisa kuliah di Amerika dan Inggris mengetawai Sukarno hanya sekedar mitos dan membangun perlawanan, bahkan orang seperti Soe Hok Gie menikmati indahnya dunia barat setelah ikut-ikutan mendongkel Bung Karno.

Tapi terbukti sudah ketika Orde Baru berkuasa dan militer Angkatan Darat melakukan kekerasan sipil serta menjadi alat kekuasaan yang terang-terangan menggadaikan kekayaan alam maka kaum Intelektual berubah menjadi pengecut. Tapi nyatanya apa Bung Karno adalah pejuang yang serius dan ternyata Bung Karno yang benar serta kaum Intelektual itu yang keblinger!

Bung Karno paham bahwa Amerika bisa menikmati suasana pembebasannya, suasana liberalnya dan suasana kemerdekaan yang memerdekakan individunya karena Amerika telah memenangkan sejarah, merebut lahan-lahan kapital dan negara tidak diganggu oleh persengkokolan kaum komprador. Indonesia belum merdeka, lahan-lahan kapital masih dikuasai asing dan Bung Karno merebut itu dulu baru membangun kebudayaan otentik diatasnya.

Kini akibat dari kepengecutan kaum Intelektual dan Pengkhianatan kaum Intelektual serta pelacuran-pelacuran yang terjadi di masa Orde Baru dimana Universitas dan Sekolah-sekolah bukan menjadi alat pencerdasan tapi menjadi alat doktrin maka sangat berdosalah mereka kepada apa yang dilakukan Bung Karno.

Bung Karno mengabdikan seluruh hidupnya, bukan saja kerjanya tapi juga mimpi-mimpinya kepada bangsa yang dicintainya, amat dicintainya INDONESIA.

Sukarno berani melawan kekuatan hegemoni barat dan ia mengorbankan dirinya untuk kepentingan sejarah masa depan bangsanya.

Kejeniusan-kejeniusan Sukarno dalam melihat arah Sejarah:

1. Bung Karno tau kunci kemenangan perang kemerdekaan sesungguhnya bukan pada perang total seperti apa yang diinginkan oleh Tan Malaka. Sukarno memahami bahwa proses pembebasan politik harus melalui jalan infrastruktur politik yang kuat dan kunci infrastruktur itu adalah di: -Diplomasi Politik-. Untuk itulah Bung Karno menggunakan jalan Sjahrir.

2. Ketika fase kemerdekaan politik sudah dilalui maka keberlanjutannya adalah kemerdekaan geopolitik, Independensi terhadap segala hal yang membentuk negara mandiri. Negara Mandiri adalah pondasi paling dasar dalam sebuah modal awal berdirinya negara. Disini Bung Karno mengajukan landasan hanya pada tiga hal :

-Mandiri dalam politik
-Mandiri dalam Ekonomi
-Berkebudayaan Otentik.

Tiga hal ini menjadi dasar dalam landasan politik Indonesia yang kuat dan menjadi tujuan besar dari Revolusi Bangsa Indonesia.

ANTON DH NUGRAHANTO

***