"Tangan" Tuhan Di Balik Wabah Corona

Pandemi Corona telah menyatukan orang dan memicu tindakan solidaritas di antara sesama. Manusia saling membantu dengan tak lagi melihat suku, ras, kepercayaan dan batas-batas negara.

Selasa, 7 April 2020 | 07:27 WIB
0
397
"Tangan" Tuhan Di Balik Wabah Corona
pic: style.tribunnews.com , potret langit Jakarta saat warga melakukan gerakan #DiRumahAja

Bisa jadi virus Corona itu ditularkan oleh hewan liar yang dikonsumsi oleh sebagian masyarakat di kota Wuhan, Cina. Bisa jadi virus itu buatan Amerika atau Cina untuk menguasai dunia. Bisa jadi itu pekerjaan orang-orang yang memiliki pengaruh besar dan memainkan peran para pemimpin dunia dengan tujuan yang sama, menjadi penguasa dunia yang sesungguhnya.

Apa pun itu sampai saat ini belum ada bukti otentik yang bisa dipertanggungjawabkan. Menunggu misteri itu terpecahkan barangkali sama halnya menunggu Upin Ipin masuk SMA.

Yang sudah pasti, semua yang terjadi di alam semesta ini adalah "pekerjaan" Tuhan.

"Dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula)" demikian yang tersurat dalam kitab suci Alquran.

Tak ada sesuatu yang diciptakan Tuhan tanpa memiliki maksud dan tujuan. Semua umat beragama pasti meyakini hal ini.

Di balik wabah Corona yang telah membunuh puluhan ribu nyawa dan angkanya terus bertambah dari hari ke hari, ada banyak hikmah apabila kita mau merenungkannya. Hikmah ini rasanya bisa menjadi penyeimbang atau penetralisir berita-berita negatif setiap hari yang dijejalkan ke dalam pikiran kita dan berpotensi melemahkan mental.

Karena itu mari kita coba membaca "pekerjaan" Tuhan yang tanpa sadar muncul seiring datangnya wabah Corona. Siapa tahu dengan berpikir positif, keseimbangan mental dan imunitas tubuh kita terjaga sehingga mampu melawan serangan virus Corona. Syukur-syukur virus itu tidak pernah sampai menyentuh tubuh kita.

Saat ini hampir seluruh penduduk bumi menjalani isolasi baik di rumah sendiri, di rumah sakit maupun di tempat-tempat yang disediakan oleh pemerintah. Dampak dari isolasi ini aktivitas manusia menjadi berkurang sangat drastis. Banyak industri berhenti berproduksi. Jalan raya tak lagi padat oleh kendaraan bermotor yang mengeluarkan karbondisoksida. Namun di balik itu semua, muncul fenomena yang membuat hati kita bertambah lega.

Tanggal 5 April 2020 kemarin saat melihat timeline di facebook, banyak netizen mengabarkan kondisi udara yang bersih di  Jakarta. Padahal biasanya udara di Jakarta nampak kotor dan langit berkabut. Langit pun kembali biru di atas gedung-gedung pencakar langit. Kiranya hal yang sama terjadi di kota-kota besar lainnya di Indonesia dan di negara lain.

Bahkan di luar negeri ada pemberitaan tentang beningnya air yang terpancar di Venesia. Alam seolah ingin memberitahu kita, bahwa kini saatnya bumi menarik nafas sejenak, membersihkan paru-paru dari polusi yang tiada henti sebelum Corona beraksi.

Berita lain datang dari pakar seismologi di seluruh dunia. Mereka mengatakan bahwa getaran muka bumi berkurang karena pandemi Corona dalam satu bulan ini. Para peneliti makin mudah mendeteksi gempa bumi yang gelombangnya kian jelas.

Lain lagi di dunia satwa. Di balik jatuhnya korban akibat virus Corona, satwa-satwa langka di Cina semakin dilindungi dari pembunuhan oleh manusia. Pasca bebas Corona, pemerintah Cina melarang keras menangkap, memperdagangkan dan mengkonsumsi satwa langka seperti trenggiling.

Kabarnya mamalia bersisik ini menjadi hidangan kegemaran sebagian rakyat Cina karena lezatnya. Menurut penelitian, hewan inilah yang disinyalir membawa virus Corona kepada manusia di Wuhan. Langkah pemerintah inilah yang lantas dinilai membantu trenggiling dan spesies lainnya terbebas dari ancaman kepunahan.

Dampak positif lainnya pun bisa kita rasakan sehari-hari : kita menjadi lebih peduli dengan kesehatan, terutama  soal cuci tangan. Dengan isolasi diri di rumah kita menjadi punya banyak waktu bersama keluarga, bisa menjalani hobi yang selama ini tertunda karena kesibukan bekerja di luar rumah.

Baca Juga: Ketika Manusia Seperti Burung Dalam Sangkar; Makan, Mandi, Jemur dan Ngoceh

Pandemi Corona telah menyatukan orang dan memicu tindakan solidaritas di antara sesama. Manusia saling membantu dengan tak lagi melihat suku, ras, kepercayaan dan batas-batas negara.

Demikian mudahnya "tangan" Tuhan mengubah dunia dengan cara-Nya yang tak pernah kita duga, dan juga tak kita inginkan. Tetapi Tuhan maha tahu apa yang terbaik buat hamba-Nya.

Virus Corona telah menyatukan manusia dalam penderitaan yang sama. Tidak peduli negara maju atau negara berflower. Di hadapan Corona semua sama. Menghadapi Corona, dunia menyatu tanpa batas. Seperti yang menjadi impian John Lennon puluhan tahun silam .

You may say I'm a dreamer
But I'm not the only one
I hope someday you'll join us
And the world will be as one

Referensi :  1, 2 , 3 , 4

***