Ini memang informasi lama. Dan seperti halnya penilaian atas setiap karya sejarah, apa yang terungkap dalam buku ini juga pasti menuai aneka tafsir yang beragam bahkan bisa bertolakbelakang.
Asik juga di bulan Agustus ini baca kembali buku lama dari Frances Gouda (dan Thijs B Zaalberg) ini. Memang tidak ada informasi baru, namun substansinya tetap menarik untuk dibicarakan lagi.
Buku ini menambah perspektif lain dalam memahami faktor-faktor di balik kemerdekaan Indonesia (peran Amerika).
Tafsir sejarah sebelumnya biasanya melihat pada 2 faktor: perjuangan bersenjata (revolusi) atau perjuangan politik para diplomat Indonesia.
Buku ini mengungkapkan bahwa walaupun sejak awal Amerika (bertentangan dengan sikapnya yang pro-dekolonisasi) selalu mendukung kekuasaan Belanda di Indonesia, namun akhirnya berbalik arah pada akhir 1948.
Pada akhir 1948, George F Kennan (analis dan pejabat penting Kemlu AS) mengirim laporan analisisnya kepada Menlu AS, George Marshall: apakah tetap mendukung Belanda dengan konsekuensi Indonesia yang tengah berjuang atas kedaulatannya akan semakin masuk dlm orbit komunisme dan Blok Timur di bawah kendali Kremlin?!
Atau sebaliknya menekan Belanda segera mengakui kedaulatan Indonesia di bawah suatu penerintahan yang pro-Washington dan Blok Barat?
Pilihan terakhir inilah yang diambil AS akhir 1948, dan seterusnya seperti cerita sinetron yang berakhir dgn "happy ending" pada pada Konferensi Meja Bundar (KMB) Desember 1949 di Den Haag, ketika Belanda (atas tekanan AS) terpaksa mengakui kedaulatan Indonesia.
Perubahan sikap AS memang tidak terlepas dari kepentingannya dlm konstelasi internasional saat itu yang tengah memasuki fase awal Perang Dingin, yang ditandai ancaman nyata perluasan pengaruh komunisme di Asia khususnya Asia Tenggara, termasuk (dan yg paling dikhawatirkan) Indonesia.
Kedudukan geopolitik Indonesia yang strategis, jumlah penduduk yang besar, dan potensi kekayaan alam (tentunya termasuk potensi tambang emas di Papua yang sejak lama sudah masuk radar AS), merupakan juga faktor-faktor penting di balik perubahan sikap AS.
(khusus tentang tambang emas di Papua dan kaitannya dgn konstelasi politik AS-Belanda-Indonesia, silahkan baca Greg Poulgrain, THE INCUBUS OF INTERVENTION: Conflicting Indonesia Strategies of John F Kennedy and Allen Dulles, 2015).
Ini memang informasi lama. Dan seperti halnya penilaian atas setiap karya sejarah, apa yang terungkap dalam buku ini juga pasti menuai aneka tafsir yang beragam bahkan bisa bertolakbelakang.
Itu wajar saja. Bukankah kajian sejarah -seperti halnya kajian ilmu-ilmu sosial- adalah "social reconstruction of the reality" (pinjam konsep Berger dan Luckman), dalam hal ini "social reconstruction of the past"?
Sebagai tambahan, mungkin menarik juga baca buku Robert McMahon, COLONIALISM and COLD WAR: The United States and the Struggle for Indonesian Independence, 1945-1949).
Atau versi lain dari Ruth T McVey, "THE SOVIET VIEW OF THE INDONESIAN REVOLUTION"?!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews