Filosofi Korek Api

Marilah kita mengambil hikmah dari banyaknya korban akibat tertular virus Corona. Keluarganya terlantar, anak-anaknya tak terurus, dan masyarakat setempat pun diliputi ketakutan.

Selasa, 8 September 2020 | 07:06 WIB
0
686
Filosofi Korek Api
Ilustrasi korek api (Foto: tempo.co)

Saat ini sedang terjadi kebakaran hebat di negara bagian Amerika Serikat. Ratusan hingga ribuan hektar hutan habis terbakar. Luluh lantak jadi abu. Kerugian materi mencapai ratusan juta dolar atau triliunan rupiah. Itu belum termasuk nyawa yang hilang.
Kuat dugaan kebakaran itu dipicu oleh orang yang membuang puntung rokok.

Ada dugaan kecerobohan alias human error atas kebakaran terdahsyat sepanjang sejarah Amerika Serikat. Bayangkan, hanya sebiji puntung rokok bisa menyebabkan kerugian nyaris tanpa batas karena reboisasi hutan sangat mustahil bisa mengembalikan keaslian ekosistem.

Saat ini, di negara kita juga sedang terjadi kebakaran. Hebat sekali. Sangat teramat hebat. Kerugiannya tak terhitung lagi. Kerugian materi bisa dilihat dari banyaknya perusahaan yang mem-PHK karyawan. Efek domino sangat terasa yang bisa dilihat dari turunnya daya beli masyarakat yang luar biasa. Itu baru kerugian materi.

Kerugian nonmateri pun luar biasa banyaknya. Takkan mungkin bisa dikalkulasi dengan banyaknya duit. Coba hitung, berapa harga nyawa seseorang? Tak terbilang lagi mahalnya sebuah kehidupan. 

Saat ini, nyawa yang hilang sudah lebih dari 8000 orang. Ada 200 ribu orang yang terancam nyawanya. Meski ada yang bisa sembuh, itu belum sepadan dengan jumlah pertambahan angka positif yang mencapai 3000-an orang per hari. Ada yang bisa menghitung jumlah kerugian jika kehilangan nyawa?

Ya, kita sekarang berada dalam situasi yang sangat tidak baik. Sangat mencemaskan. Sangat menakutkan. Di sekeliling kita saat ini, wabah pembunuh itu mengancam siapa pun yang lengah, abai, dan masa bodoh. Ialah ancaman Covid-19.

Korban Corona makin banyak dan terus bertambah banyak. Terlebih daya tampung rumah sakit tak lagi memadai. Jumlah dokter dan tenaga kesehatan makin berkurang karena meninggal dunia akibat virus Corona. Jika dua faktor itu sudah terjadi di depan mata, kiranya kita harus siap menunggu giliran.

Namun, insya Allah, kita bisa menang melawan virus Corona. Kita telah mengetahui, bahwa virus itu menular lewat doplet, kontak fisik, dan sentuhan. Jika kita telah mengetahui metode penularan Covid-19, mengapa kita tidak segera mengikuti protokol kesehatan?

Pakailah masker dimana pun berada dalam situasi apapun. Jaga jarak dan hindari kerumunan. Rajin cuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Semakin sering menyentuh barang harus semakin sering mencuci tangan.

Virus Corona itu ibarat nyala korek api. Kita adalah batangan korek api itu. Api akan terus menjalar kecuali ada batangan korek api yang menjaga jarak. Tanpa adanya kesadaran orang untuk memisahkan diri dari kerumunan itu, kita tinggal menunggu giliran untuk hangus jadi abu.

Marilah kita mengambil hikmah dari banyaknya korban akibat tertular virus Corona. Keluarganya terlantar, anak-anaknya tak terurus, dan masyarakat setempat pun diliputi ketakutan. Buang jauh-jauh ego merasa paling jago. Virus Corona tidak pernah pilih-pilih orang. Mau agamanya, pangkatnya apa, kayanya seberapa. Begitu tertular, habis semuanya. Ayo kita patuhi himbauan dokter, pemerintah, dan ulama agar terhindar dari maut Corona.

Allah berfirman :

"Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya" (QS Al Maidah, 5: 32)

***