Merdeka Zaman Now

Dengan Semangat kemerdekaan 74 tahun Indonesia merdeka, kiranya berita-berita hoaks dapat diminimalisir bahkan tidak ada lagi.

Minggu, 18 Agustus 2019 | 11:54 WIB
0
261
Merdeka Zaman Now
ILustrasi anti hoax (Foto: Suara.com)

Netizen yang suka membagikan yang tidak jelas
Kadang membagikan yang bermanfaat
Dua sisi yang berbeda namun tetap sama
Netizen Zaman Now

Netizen yang suka memviralkan sesuatu kejadian
Yang merasa bahwa itu harus diviralkan
Dan ternyata semuanya hanya
Hoax belaka 

[Menurut Baehaqie (2018:15), dalam bukunya Indonesia Zaman Now].

Kutipan puisi singkat karya Baehaqie tersebut dengan gamblang menjelaskan tentang netizen. Netizen merupakan sebuah nama bagi para pengguna aktif di internet. Mereka sering mengunggah hal-hal yang tidak jelas, tetapi kadang juga membagikan hal-hal yang bermanfaat. Mereka juga suka memviralkan berbagai kegiatan lucu untuk menghibur, membagikan sebuah fenomena dan fakta dari berbagai belahan dunia, tetapi ada juga berita-berita yang tidak benar (hoaks).

Di era digital sekarang ini, semakin banyak pengguna internet serta tingginya frekuensi untuk dapat mengakses informasi dari media sosial, membuat para penggunanya tidak menjamin “kedewasaan” dalam menggunakannya.

Ini dibuktikan dengan semakin maraknya isu-isu hoaks yang beredar di semua kalangan, baik kalangan masyarakat tentang suatu fenomena atau kejadian, artis, hingga pemerintah.

Menurut Mauludi (2014:22), hoaks (hoax) adalah suatu kata yang digunakan untuk menunjukkan pemberitaan palsu atau usaha untuk menipu atau mengakali pembaca/pendengarnya untuk percaya sesuatu yang biasanya digunakan dalam media sosial, misalnya: facebook, tweeter, whatsapp, blog, dll.

Berita-berita hoaks dapat menyebabkan dampak bahaya yang mengakibatkan ketakutan hingga perpecahan. Seperti berita hoaks selama pemilu 2019 beberapa bulan yang lalu. Pertama, Berita Syekh Ali Jaber dukung Jokowi. Faktanya Syekh Ali Jaber memberikan verifikasi bahwa beliau memang berfoto di acara Maulid dengan Jokowi, tetapi tidak sendirian. Beliau bersama orang tua angkatnya, KMS H Abdul Halim.

Beliau juga menjelaskan bahwa dirinya berfoto bukan untuk Pilpres 2019. Kedua, perhitungan hasil Quick Count Pilpres 2019 yang berbeda antara media sosial dan satu di antara stasiun televisi Indonesia lainnya. Ini membuktikan lemahnya literasi digital masyarakat dalam mengolah informasi yang di dapat, sehingga berita hoaks menyebar lebih cepat daripada faktanya.

Indonesia sudah memasuki usia ke-74 tahun. Jika dilihat dari faktor usia manusia, usia ini merupakan usia lanjut yang sudah semakin dewasa dan bijaksana. 74 tahun Indonesia merdeka, sudah semakin banyak perubahan yang terjadi. Baik sistem pemerintahan, dalam hal pendidikan yang semakin diperioritaskan, dalam kesehatan masyarakat, dalam hal pembangunan tiap daerah, dsb. Semuanya sudah mulai mengalami perubahan yang lebih baik.

Meskipun masih banyak yang kurang, tetapi Indonesia sudah berusaha untuk menjadi bangsa yang berkembang dengan pesat.

Dengan setiap perubahan yang terjadi di Indonesia, kiranya setiap masyarakat turut ambil bagian dalam menyukseskan pembangunan serta kepemimpinan nasional 5 tahun ke depan. Di mulai dari diri sendiri untuk memulai literasi digital untuk dapat memfilter setiap berita-berita yang dibaca melalui media sosial yang ada.

Sehingga dapat membantu pemerintah atau organisasi untuk semakin menjadi jawaban atas masalah atau kendala dalam masyarakat. Dengan bergandengantangan dan saling percaya semua masalah dapat diatasi.

Dengan Semangat kemerdekaan 74 tahun Indonesia merdeka, kiranya berita-berita hoaks dapat diminimalisir bahkan tidak ada lagi. Semua ini untuk menyukseskan pembangunan serta kepemimpinan nasional 5 tahun ke depan.

Gunakan internet dengan fasilitas media yang luar biasa ini menjadi sebuah transparansi untuk semua masyarakat bisa mengetahui apa yang akan dan sudah dilaksanakan pemerintah untuk pembangunan bangsa kita khusunya.

***