Netizen yang suka membagikan yang tidak jelas
Kadang membagikan yang bermanfaat
Dua sisi yang berbeda namun tetap sama
Netizen Zaman Now
Netizen yang suka memviralkan sesuatu kejadian
Yang merasa bahwa itu harus diviralkan
Dan ternyata semuanya hanya
Hoax belaka
[Menurut Baehaqie (2018:15), dalam bukunya Indonesia Zaman Now].
Kutipan puisi singkat karya Baehaqie tersebut dengan gamblang menjelaskan tentang netizen. Netizen merupakan sebuah nama bagi para pengguna aktif di internet. Mereka sering mengunggah hal-hal yang tidak jelas, tetapi kadang juga membagikan hal-hal yang bermanfaat. Mereka juga suka memviralkan berbagai kegiatan lucu untuk menghibur, membagikan sebuah fenomena dan fakta dari berbagai belahan dunia, tetapi ada juga berita-berita yang tidak benar (hoaks).
Di era digital sekarang ini, semakin banyak pengguna internet serta tingginya frekuensi untuk dapat mengakses informasi dari media sosial, membuat para penggunanya tidak menjamin “kedewasaan” dalam menggunakannya.
Ini dibuktikan dengan semakin maraknya isu-isu hoaks yang beredar di semua kalangan, baik kalangan masyarakat tentang suatu fenomena atau kejadian, artis, hingga pemerintah.
Menurut Mauludi (2014:22), hoaks (hoax) adalah suatu kata yang digunakan untuk menunjukkan pemberitaan palsu atau usaha untuk menipu atau mengakali pembaca/pendengarnya untuk percaya sesuatu yang biasanya digunakan dalam media sosial, misalnya: facebook, tweeter, whatsapp, blog, dll.
Berita-berita hoaks dapat menyebabkan dampak bahaya yang mengakibatkan ketakutan hingga perpecahan. Seperti berita hoaks selama pemilu 2019 beberapa bulan yang lalu. Pertama, Berita Syekh Ali Jaber dukung Jokowi. Faktanya Syekh Ali Jaber memberikan verifikasi bahwa beliau memang berfoto di acara Maulid dengan Jokowi, tetapi tidak sendirian. Beliau bersama orang tua angkatnya, KMS H Abdul Halim.
Beliau juga menjelaskan bahwa dirinya berfoto bukan untuk Pilpres 2019. Kedua, perhitungan hasil Quick Count Pilpres 2019 yang berbeda antara media sosial dan satu di antara stasiun televisi Indonesia lainnya. Ini membuktikan lemahnya literasi digital masyarakat dalam mengolah informasi yang di dapat, sehingga berita hoaks menyebar lebih cepat daripada faktanya.
Indonesia sudah memasuki usia ke-74 tahun. Jika dilihat dari faktor usia manusia, usia ini merupakan usia lanjut yang sudah semakin dewasa dan bijaksana. 74 tahun Indonesia merdeka, sudah semakin banyak perubahan yang terjadi. Baik sistem pemerintahan, dalam hal pendidikan yang semakin diperioritaskan, dalam kesehatan masyarakat, dalam hal pembangunan tiap daerah, dsb. Semuanya sudah mulai mengalami perubahan yang lebih baik.
Meskipun masih banyak yang kurang, tetapi Indonesia sudah berusaha untuk menjadi bangsa yang berkembang dengan pesat.
Dengan setiap perubahan yang terjadi di Indonesia, kiranya setiap masyarakat turut ambil bagian dalam menyukseskan pembangunan serta kepemimpinan nasional 5 tahun ke depan. Di mulai dari diri sendiri untuk memulai literasi digital untuk dapat memfilter setiap berita-berita yang dibaca melalui media sosial yang ada.
Sehingga dapat membantu pemerintah atau organisasi untuk semakin menjadi jawaban atas masalah atau kendala dalam masyarakat. Dengan bergandengantangan dan saling percaya semua masalah dapat diatasi.
Dengan Semangat kemerdekaan 74 tahun Indonesia merdeka, kiranya berita-berita hoaks dapat diminimalisir bahkan tidak ada lagi. Semua ini untuk menyukseskan pembangunan serta kepemimpinan nasional 5 tahun ke depan.
Gunakan internet dengan fasilitas media yang luar biasa ini menjadi sebuah transparansi untuk semua masyarakat bisa mengetahui apa yang akan dan sudah dilaksanakan pemerintah untuk pembangunan bangsa kita khusunya.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews