Media massa sangat diharapkan memberikan informasi yang edukatif kepada masyarakat agar kemajuan bangsa, persatuan dan kesatuan dapat kita songsong bersama
Komunitas Jurnalisme Warga Kebhinnekaan mengimbau masyarakat dan elite politik bersatu pasca-Pemilu 2019.
Imbauan tersebut dituangkan melalui sebuah diskusi yang mengangkat tema “Pemberdayaan Media Massa dan Masyarakat dalam Rangka Memelihara Persatuan dan Keamanan Pasca Pemilu 2019”.
Diskusi akan digelar di Fatmawati, Jakarta Selatan, Selasa (25/6). Diskusi dihadiri oleh Domuara D. Ambarita (Dewan Redaksi Tribun Network), Tsamara Amany (Pegiat Medsos/Politisi PSI), Adi Prayitno (Dosen FISIP UIN Jakarta), serta Muhammad Rafsanjani (Tokoh Muda NU/Aktivis PB PMII).
Ketua komunitas Kebhinnekaan, Achmad Munawar, mengatakan bahwa kegiatan ini dalam rangka menyatukan masyarakat dan elite politik agar kembali pada persatuan dan kesatuan bangsa serta mengajak baik yang kalah maupun menang, Indonesia harus aman dan damai.
Momentum bulan Syawal atau Idul Fitri selayaknya menjadi inspirasi bagi semua kalangan untuk mengedepankan sikap jiwa besar. Tensi politik yang sempat memanas diharapkan tidak menimbulkan perpecahan di tengah masyarakat.Diusungnya tema pemberdayaan media massa, dikarenakan media massa adalah media informasi yang massif dan pemberitaannya dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini juga merupakan bentuk perlawanan terhadap informasi palsu atau hoax.
Media massa sangat diharapkan memberikan informasi yang edukatif kepada masyarakat agar kemajuan bangsa, persatuan dan kesatuan dapat kita songsong bersama, tambahnya.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews