Benarkah yang ditudingkan warga Kudu itu terkait dengan manipulasi data, sayangnya saat mau dikonfirmasi, Sujarwanto sudah mengakhiri WhatsAps-nya.
Suasana di SMA Kosgoro 2 Kudu di Jl. Tugu Nasional No. 3A Kudubanjar, Kudu, Jombang, Kamis (21/11/2019) jelang tengah hari, tidak begitu tampak aktivitas belajar-mengajar. Sepi. Tidak seperti aktivitas sekolah pada umumnya, ramai.
Padahal, seperti penuturan Kepala SMA Kosgoro 2 Kudu Sujarwanto, SPd, jumlah siswanya saat ini 76 orang. Tapi, dalam prakteknya, “Muridnya yang sering ada (masuk) paling sekitar 15 sampai 20 orang saja,” ungkap seorang warga Kudu.
Dan, guru yang mengajar pun hanya tiga orang saja. “Tadi baru kita cek ke sana,” lanjutnya. Muridnya tiap hari yang masuk paling banyak 10 sampai 20 siswa. Itupun tak ada di dalam kelas. “Hari ini saja cuma 7 orang yang masuk. Paling lama 1 jam saja, pulang,” lanjut warga tadi.
Bagi murid yang sekolah di SMA Kosgoro 2 Kudu, yang penting mereka memperoleh Ijazah. Meski tak pernah masuk sekolah, mereka tetap bisa ikut Ujian Nasional. “Dulunya tidak ada murid. Dia cari anak putus sekolah dijadikan murid,” ujarnya.
Sujarwanto mengakui, jumlah siswa di sekolahnya memang tergolong kecil. Ini juga karena SMA Kosgoro 2 termasuk sekolah kecil. “Malah terkesan kecil,” katanya. “Ini kan sekolah hanya untuk anak-anak nakal dan miskin,” lanjut Sujarwanto.
“Gurunya saja ndak pakai honor. Sekolah ini sebetulnya mau tutup di tahun 2000. Karena, muridnya kelas 1 sampai dengan 3 cuma 15 anak. Jumlah guru 18 orang. Jadi, kalau usaha begitu berarti minusnya terlalu jauh,” ungkap Sujarwanto.
Menurutnya, pada 2004 sekolah ini mulai dipegang Sujarwant, dengan komitmen guru tidak berbobot. Cuma dapat honor. Akhirnya siswanya secara bertahap meningkat dari 15 menjadi 40 orang, tahun berikutnya 55, selanjutnya sampai pada 97 siswa.
Tapi, pada akhir-akhir ini menurun, sebab ada SMK baru di Kecamatan Kabuh dengan jarak sekitar 1,5 km dari SMA Kosgoro 2 Kudu. Sekarang ini muridnya tinggal 76 orang. “Sekolah kami berdiri tahun 1983,” tutur Sujarwanto.
Meski sudah termasuk lama, tapi kembang kempis. Untuk dana operasional gurunya yang 18 orang itu sebelumnya nol. “Kalau dulu nol. Setelah ada BOS (bantuan operasional sekolah) baru ada transpor. Sekarang ini hanya mengandalkan BOS reguler.
“Alhamdulillah ada tambahan BOS Daerah. Biasa disebut BPOPP,” ujar Sujarwanto. Untuk BOS reguler, setiap anak mendapat sekitar Rp 1.400.000 per tahun. “Sama dengan sekolah lain. Seingat saya segitu. Lupa nominalnya. Itu BOS reguler,” lanjutnya.
Kalau BOSDA nilainya berapa? “BOSDA program baru masih pengajuan RSKS dan milik saya masih revisi,” ujar Sujarwanto. BOS reguler seperti ini untuk ukuran SMA Kosgoro 2, menurut Sujarwanto, jelas tidak cukup.
“Ndak cukup. Dari sekolah hancur berarti untuk mengikuti teknologi kita tetap harus dapat mengikuti. Jadi, tetap mepet,” ungkap Sujarwanto menjelaskan bagaimana kondisi yang ada di SMA Kosgoro 2 Kudu.
Dari jejek digital Smakosgoro2.blogspot.com, Selasa (17/11/2015), SMA Kosgoro 2 Kudu itu ada di bawah naungan Yayasan Bhakti Tri Dharma Kosgoro. Terakreditasi NIS: 3 0 0 1 0; NSS: 3 0 4 0 5 0 4 1 1 0 2 9; NPSN: 2 0 5 4 0 2 6.
Program yang ditawarkan adalah Program Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Program Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Saat itu sedang Membuka Pendaftaran Peserta Didik Baru Tahun Pelajaran 2015/2016.
Disebutkan, tuntutan masyarakat global akan kualitas manusia Indonesia, sehingga Lembaga Pendidikan dituntut untuk menghasilkan sumber daya manusia yang professional , siap, dan tanggap terhadap perubahan dan kebutuhan yang semakin cepat berubah.
SMA Kosgoro 2 Kudu telah mengembangkan sistem pendidikan yang dapat mengembangkan dan memenuhi tuntutan profesional. Visinya: Mencetak Peserta Didik yang berpengetahuan, trampil, berakhlak mulia, berwawasan kebangsaan, berjiwa wirausaha, dan mandiri.
Misi yang ditawarkan: Mengembangkan pendidikan yang berkualitas untuk menghasilkan lulusan yang kompetitif, mengembangkan pendidikan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Mengembangkan pendidikan cinta tanah air, memberikan keterampilan usaha sehingga mempunyai daya saing tinggi dan mandiri.
Fasilitas yang disiapkan: Ruang kelas yang memadai, jauh dari kebisingan; Ruang praktek komputer; Ruang praktek bahasa asing (Conversation); Lapangan olahraga; Tempat parkir yang menunjang keamanan dan kenyamanan selama proses belajar mengajar.
Juga pemberian beasiswa bagi siswa berprestasi dan siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu; Bagi siswa baru diberikan satu baju seragam khusus; Ektra kurikuler Seni dan Pertukangan; dan Praktik menjahit.
SMA Kosgoro 2 Kudu juga membuat Program Kemitraan. Melakukan program kemitraan dengan instansi terkait untuk tujuan pemberian bekal agar siswa mempunyai pengalaman, langsung dalam dunia kerja.
Untuk menuju pendidikan yang berkualitas, maka pendidikan di SMA Kosgoro 2 Kudu juga dipandu oleh tenaga–tenaga pendidik yang semuanya berpendidikan S-1, profesional, dan berpengalaman dalam bidangnya.
Namun, sayangnya, dalam kenyataannya di sekolah yang lokasi sebelumnya itu dipakai SMP 10 Nopember, tidak tampak kegiatan belajar-mengajar seperti sekolah pada umumnya. Sepi. Hanya tampak beberapa guru saja, murid yang masuk kisaran 15-20 siswa saja.
“Cukup lama abal-abalnya. Dulu tidak ada muridnya. Dia cari anak putus sekolah, dijadikan murid. Tapi, jarang masuk, bahkan tidak pernah masuk sekolah. Intinya dapat ijazah. Guru yang ngajar pun cuma 3 orang,” tutur warga Kudu tadi.
Kabarnya, sebelumnya di lokasi yang sama pula berdiri SMK PGRI Kudu. Namun, rupanya sekolah kejuruan ini tidak jalan, sehingga diganti dengan SMA Kosgoro 2 Kudu. Bahkan, di sini pula sebelumnya berdiri SMP 10 Nopember Kudu.
Menurut warga Kudu tadi, selama ini Sujarwanto dikenal sebagai Kepala Sekolah “jagonya” menipulasi data. “SMK PGRI Kudu itu sebagai kamuflase saja. Sebenarnya Sujarwanto itu menggunakan SMA Kosgoro 2 Kudu,” ungkapnya.
Tujuannya, supaya dana bantuan untuk pembangunan dua ruang kelas bisa turun. “Pengajuan dengan menggunakan SMA Kosgoro 2 Kudu,” ujar warga yang enggan disebutkan namanya itu. “Di sinilah dia memanipulasinya,” tambahnya.
Benarkah yang ditudingkan warga Kudu itu terkait dengan manipulasi data, sayangnya saat mau dikonfirmasi, Sujarwanto sudah mengakhiri WhatsAps-nya.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews