Sebuah tujuan besar politik harus diawali dengan rencana rencana besar yang matang, rapi, dan terstruktur. Kita bisa kembali bangkit kalau kita kembali punya strtategi kebangkitan.
Yahudi membantu Vladimir Lenin dan Leon Trotsky untuk menumbangkan Kaisar Nicolas Tsar II tahun 1917.
Kaisar Nicolas adalah Kaisar terakhir dari kekaisaran Romanov yang sudah berkuasa kisaran 500 tahun.
Lenin yang saat terjadi revolusi bolshevik berada diluar negeri, mencari dukungan untuk membantu Trotsky yang sudah dia tunjuk sebelumnya menjadi pimpinan tentara merah untuk melawan Nicolas tsar II.
Yahudi berada di balik Revolusi Bolshevik untuk mendirikan Uni Soviet di bawah Lenin dkk. Makanya hanya bermodalkan 30.000 pasukan merah, Trostsky mampu menumbangkan kekaisaran Rumanov yang jumlah pasukannya 10x lebih banyak dan lebih kuat dibandingkan tentara Lenin.
Kemudian Yahudi membantu Mustafa Kemal Pasya (Attaturk) dalam menumbangkan kekaisaran Turki Utsmani, sebelumnya kekaisaran Ottoman juga sudah terlibat perang dengan kerajaan Rusia yang membuat Turki Utsmani kehabisan tenaga.
Attaturk melakukan konsolidasi total untuk menyingkirkan khilafah Islam di sana, dan pada tanggal 3 maret 1924, Khilafah Utsmaniyah resmi bubar dan khalifah terakhirnya resmi dibuang keluar negeri.
Yahudi sudah memulai proyek ini sejak lama, bahkan sebelum perjanjian Sykes-Picot tahun 1916 yang mendesain pemecahan negara Islam dan membagi bagikannya kepada musuh Islam pasca khilafah bubar.
Setelah itu, Yahudi membantu Abdul Aziz Bin Abdurrahman Al Saud mendirikan negara sendiri dan memisahkan diri dari kesultanan Utsmani.
Abdul Aziz al Saud kala itu memberi nama negaranya dengan Arab Saudi, diambil dari nama dirinya. Arab Saudi sebelumnya bernama Nejd yang merupakan sebuah teritorial di bawah kesultanan Ottoman dibawah Gubernur Syarif Hussein.
Yahudi membantu Abdul Aziz al Saud baik dalam hal dana maupun diplomasi. Setelah itu Yahudi bergerak membantu Saiful Islam untuk mendirikan negara Yaman. Saiful Islam dan Abdul Aziz al Saud sama sama dimentori oleh Yahudi kala itu.
Sebelum Saudi berpisah dari Kesultanan Ottoman, Aljazair lebih dulu memisahkan diri dari kesultanan Ottoman. Karena Aljazair adalah negara Islam pertama yang memisahkan diri dari kesultanan Ottoman dengan dibantu oleh prancis.
Puncak bencana itu adalah bubarnya khilafah Utsmaniyah, dan khilafah itu benar benar hilang dari peta politik dunia sampai detik ini, semua rencana ini diatur matang oleh Yahudi dan semua kaki tangannya.
Yahudi tidak hanya mengincar Islam, tapi Yahudi mengincar kekuasaan seluas luasnya sesuai dengan rencana besar mereka mendirikan Great Israel. Maka dari itu, baik Rusia atau Turki, baik Saudi sampai Yaman, semua mereka bantu melakukan revolusi untuk kepentingan Yahudi jangka panjang.
Tanpa rencana rencana besar yang sudah matang sebelumnya itu, mustahil Teodore Hertzl berani mendeklarasikan kemerdekaan Israel tahun 1948.
Maka wajar, saat Israel medeklarasikan diri menjadi sebuah negara, Soviet adalah termasuk negara negara awal yang langsung mengakui kemerdekaan Israel. Diikuti oleh Mesir dari barisan awal negara Islam yang mengakui negara Yahudi di atas tanah Palestina.
Pelajaran penting, bahwa sebuah tujuan besar politik harus diawali dengan rencana rencana besar yang matang, rapi, dan terstruktur. Kita bisa kembali bangkit kalau kita kembali punya strtategi bangkit sehebat strategi Muhammad al Fatih, Salahuddin dll.
Umat ini jangan buta sejarah, jangan buta politik, jangan buta strategi, jangan awam dunia intelijen, jangan awam dunia media dan dunia militer. Kerena dengan semua modal itu, kita bisa kembali memimpin panggung dunia.
Kita bisa kembali berjaya seperti di masa lalu.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews