Ketika seluruh rakyat Indonesia menikmati kemerdekaan dari penjajahan dan mensyukuri keberkahan dan rahmat yang dilimpahkan oleh Allah SWT selama ini, sebagian kecil umat Islam ada yang merasa tidak puas, tidak mensyukuri, dan bahkan mengingkari nikmat tersebut. Mereka mengkufuri nikmat Tuhan tersebut dan merasa bahwa apa yang diperoleh oleh umat Islam di Indonesia adalah bala bencana dan apa yang diberikan oleh Allah tersebut adalah sesuatu yang mungkar dan harus diperangi.
Orang-orang yang berpikir demikian adalah orang-orang yang tergabung dalam kelompok Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Umat Islam yang tidak mensyukuri nikmat kemerdekaan dari Tuhan ini ada di berbagai negara dan mengganggu kepemerintahan di mana pun mereka tinggal sehingga dilarang bahkan di negara di mana pemikiran ini berasal.
Apa sebenarnya yang terjadi dengan orang-orang ini? Mengapa mereka tidak bersyukur dengan nikmat kemerdekaan bangsa Indonesia dan ingin menjadikan negara Indonesia sebagai negara kekhilafahan sebagai mana Islam di zaman dulu? Itu karena mereka terjebak dengan angan-angan dan asumsi sesat mereka yang mengira bahwa sebuah negara Islam haruslah berbentuk kekhalifahan dan tidak boleh berbentuk lain.
Sebuah negara yang berbentuk selain kekhilafahan menurut mereka adalah negara kufur, pemimpinnya kufur, hukumnya kufur, warganya juga kufur sehingga jika mati dianggapnya mati kufur. Jika umat Islam mati kufur maka jelaslah mereka masuk neraka. Lu mau masuk neraka…?! Tahu neraka nggak..?!
Oleh sebab itu menurut mereka umat Islam harus berupaya untuk mengembalikan bentuk negaranya menjadi negara kekhilafahan sebagaimana umat Islam hidup berabad-abad lamanya dulu. Umat Islam tidak boleh bergerak ke depan. Mereka harus kembali ke abad permulaan Islam berdiri dulu. Di depan sono ada neraka khusus bagi orang-orang yang kufur pada kekhilafahan yang telah mereka ciptakan dalam imajinasi mereka.
Dan anehnya ada banyak umat Islam yang percaya dan takut pada neraka buatan HTI tersebut. Mereka lebih suka mengkufuri nikmat kemerdekaan yang telah dilimpahkan oleh Allah pada mereka karena takut masuk neraka buatannya HTI. Mereka ini hidup di Abad 21 tapi pemikiran mereka terjebak di zaman kekhalifahan yang telah berlalu berabad-abad lamanya.
Orang-orang ini sungguh aneh dan musykil. Bangsa Indonesia ini sama sekali tidak pernah mengalami hidup dalam zaman kekhilafahan tapi mereka menganggap bahwa zaman kekhilafahan adalah zaman yang ideal dan wajib diperjuangkan dengan seluruh jiwa dan raga. Tak ada satu pun sejarah kekhilafahan yang pernah berlalu di Indonesia tapi mereka bisa berilusi dan berimajinasi akan keindahan, kebesaran, dan kesyar’ian sistem khilafah ini.
Kalau yang berilusi dan berimajinasi seperti ini bangsa Turki, bangsa Arab, bangsa Iran, maka kita bisa mengerti karena mereka pernah mengalami masa-masa pemerintahan kekhilafahan. Mereka pernah menikmati kejayaan sistem khilafah selama berabad-abad lamanya. Tetapi tidak satu pun dari negara tersebut yang kepincut untuk kembali ke abad-abad kejayaan mereka.
Turki yang pernah menjadi negara kekhilafahan yang besar dan berkuasa di dunia selama lima abad justru sekarang berbalik arah menjadi negara sekuler dan bahkan tidak menjadikan Islam sebagai agama negara.
Mengapa Turki setelah menjadi republik tidak merindukan kembali sistem kekhilafahan yang pernah membuatnya besar dulu? Padahal Turki memiliki sejarah kekhilafahan yang ratusan tahun panjangnya sehingga paham benar apa dan bagaimana itu sistem khilafah.
Mengapa Dinasti Saud di Saudi Arabia tidak tertarik untuk mengembalikan sistem pemerintahannya menjadi sistem khilafah seperti semula? Bukankah sistem khilafah yang pernah ada berasal dari jazirah Arab? Apakah Dinasti Saud tidak tertarik untuk mengembalikan kejayaan sistem kekhilafahan yang dulunya berasal dari tanah Arab?
Tentu saja Turki, negara-negara Arab, dan Persia tidak ingin kembali ke zaman kekhalifahan. Itu sama dengan mundur berabad-abad lamanya. Jelas mereka menganggap bahwa hanya orang bodoh yang ingin kembali ke zaman dulu dengan mengorbankan apa yang dimilikinya sekarang dan masa depan yang membentang di hadapannya. Itu sama dengan orang yang hidup di zaman internet dengan berbagai fasilitasnya dan kemudian merindukan zaman mengirim surat cinta menggunakan kertas berbau wangi untuk si dia.
Sama dengan orang yang hidup di zaman pesawat terbang berbiaya murah pingin balik lagi ke zaman naik kuda yang tampak gagah. Apakah Anda merindukan masa ketika surat cinta masih dikirim via Pak Pos dengan sepeda kumbangnya dan Anda menunggu surat itu diserahkan oleh Pak Pos dengan penuh khidmat?
Itu namanya romantis tapi sungguh menggelikan dan mengherankan jika Anda mengajak teman-teman Anda untuk mengubah dunia dan kembali ke zaman tersebut. Tonton saja film dan tetaplah hidup di zamanmu saat ini. Tak perlu terjebak dalam angan-angan dan romantisme masa lampau.
Jadi bagaimana ceritanya ada umat Islam Indonesia yang tiba-tiba kepincut dengan sistem khilafah ala HTI tersebut?
Tentu saja karena ada orang-orang tertentu yang memasukkan dogma-dogma ke dalam pikiran umat Islam awam dan menakut-nakuti mereka dengan bungkus agama. Agama memang selalu dipakai bungkus untuk memasukkan hal-hal bathil pada orang bodoh.
Apakah semua orang pemimpi kekhilafahan itu bodoh? Ada juga sebagian yang sebenarnya pintar tapi tertipu oleh angan-angan mereka sehingga mengira bahwa ilusi mereka itu adalah sebuah kebenaran ajaran agama yang harus diperjuangkan. Mereka terjebak dalam pemikiran berabad-abad lamanya dan mereka kemudian juga mengajak orang lain terjebak. Mereka adalah orang-orang yang terjebak dan tidak tahu bahwa mereka terjebak.
Sebagian lainnya adalah para pemimpi yang merasa kalah di dunia saat ini dan berharap zaman akan kembali ketika umat Islam masih jaya dan menguasai dunia dan bangsa-bangsa lainnya masih tiarap merangkak di hadapan mereka. Mereka merindukan zaman tersebut dan berharap jika sistem kepemerintahan dunia Islam diubah menjadi sistem khilafah maka merekalah yang gantian akan berjaya, kaya raya, menguasai dunia, mati masuk surga.
Nantinya bangsa dan umat lain akan melata dan merayap di hadapan mereka mencari belas kasihan mereka sebagaimana di zaman kekhalifahan berabad-abad yang lampau.
Sungguh sebuah mimpi zaman keemasan yang indah, berbungkus agama pula…!
***
Surabaya, 23 Januari 2019
Satria Dharma
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews