Hollgemoni, Senjata Terkuat di Dunia

”Hollgemoni” juga menyembunyikan paham sesat bahwa peradaban Barat adalah peradaban paling tinggi. Kita semua harus mengikutinya secara buta.

Selasa, 14 Juli 2020 | 06:28 WIB
0
245
Hollgemoni, Senjata Terkuat di Dunia
Hollywood (Foto: latimes.com)

Kita mengira, nuklir adalah senjata terkuat di dunia. Daya hancurnya bisa melenyapkan satu kota dan menyisakan derita lintas generasi. Pandangan ini salah.

Kita juga mengira, senjata kimia dan biologi adalah senjata terkuat di dunia. Merekalah pembunuh senyap, tanpa suara, tanpa rasa, tetapi amat mematikan. Pandangan ini, juga, salah.

Ada sebuah senjata. Ia tidak berat. Ia bahkan hampir tak punya bobot. Ia tidak menyerang. Ia tidak menghantam. Dalam jangka pendek, ia tidak mematikan, tetapi memberikan kenikmatan. Senjata ini merayu. Ia memikat orang ke dalam pelukannya. Yang ditaklukkan bukanlah tubuh, melainkan hati dan pikiran.

Senjata ini bernama ”Hollywood”. Ia mengeluarkan beragam film dan iklan yang memikat seluruh dunia ke dalam pelukannya, yakni pelukan kepentingan negara adidaya, Amerika Serikat.

Ketika batin dan pikiran takluk, orang akan tunduk dengan sukarela. Tidak ada darah. Tidak ada air mata. Bahkan, orang dijajah sambil tertawa ceria. Di dalam teori-teori sosial, inilah yang disebut sebagai hegemoni. Orang dijajah dan diperas. Namun, ia tetap ceria dan bangga. Ia adalah korban hegemoni.

Film dan iklan mencuci otak penontonnya. Apalagi, jika para penontonnya tak kritis. Mereka mengisap pola pikir sesat yang dilepaskan oleh sinema.  Hollywood menyebarkan lima pola pikir sesat. Kita bisa menyebutnya sebagai ”Hollgemoni”.

Yang ditaklukkan bukanlah tubuh, melainkan hati dan pikiran.

Pertama, ”Hollgemoni” mengajarkan, kekerasan adalah jalan keluar untuk semua persoalan. Tinju, tendang, dan tembak adalah jalan keluar untuk perbedaan pendapat. Dialog dan negosiasi adalah untuk orang lemah. Ini kiranya sejalan dengan politik luar negeri Amerika Serikat: serang dan ancam supaya kepentingan sempitnya terpenuhi.

Dua, ”Hollgemoni” juga mengajarkan, seks itu mudah dan murah. Orang bisa melakukannya kapan pun dan di mana pun, mulai dari kamar tidur sampai pinggir jalan. Ide ini merusak pandangan orang tentang tubuh dan tentang seks. Ujung dari hal ini hanyalah kehampaan dan penderitaan batin belaka.

Tiga, ”Hollgemoni” juga menyampaikan pesan, orang harus punya ambisi besar dalam hidupnya. Mimpi harus dibuat setinggi langit dan orang mengorbankan segalanya guna mencapai mimpi itu. Ambisi itu merusak karena ia sempit dan menciptakan ketegangan batin yang luar biasa besar. Tak heran, banyak orang terjatuh ke dalam stres dan depresi karena tercuci otak oleh ”Hollgemoni” dan hidup tertekan oleh ambisi sempit belaka.

Empat, ”Hollgemoni” juga menyebarkan ide, orang harus diakui oleh sekitarnya. Orang harus berusaha menjadi sukses supaya ia mendapat pengakuan, pujian, dan penghormatan dari masyarakat sekitarnya. Ini juga pola pikir sesat. Selama orang hidup untuk mendapatkan pengakuan, pujian, dan penghormatan dari orang lain, ia akan hidup sebagai budak. Ia tidak akan pernah merasakan kebebasan dan kebahagiaan yang sejati dalam hidupnya.

Lima, di dalam ”Hollgemoni”, hidup haruslah penuh dengan kesenangan. Hidup harus woowww. Hidup biasa dianggap membosankan. Orang pun diajak untuk cari kesenangan sesaat, mulai dari petualangan, seks, makan, sampai narkoba. Orang tidak pernah diajarkan untuk bahagia dan puas dengan apa yang ada di sini dan saat ini.

”Hollgemoni” juga menyembunyikan paham sesat bahwa peradaban Barat adalah peradaban paling tinggi. Kita semua harus mengikutinya secara buta.

Untuk itu, kita harus berpikir kritis. Tak ada jalan lain.

Di dalam film ”Hollgemoni”, Amerika Serikat dan Barat selalu menjadi jagoan yang menyelamatkan. Padahal, dalam kenyataan, mereka yang kerap kali menjadi sumber masalah, mulai dari kerusakan lingkungan sampai dengan kesenjangan ekonomi global.

”Hollgemoni” adalah senjata terkuat di dunia. Ia mencuci otak kita semua. Ia tak terlihat garang, tetapi menusuk dalam, sampai mengubah semua dari dalam. Ia lebih kuat dari senjata nuklir dan senjata kimia. Ia membuat kita semua senang dan bangga dijajah, yakni menjadi ”manusia modern”.

Cara melawan ”Hollgemoni” hanyalah satu, yakni dengan menikmati dan menertawakannya. Kita menikmati sajiannya, sambil tak tertipu dengan pola pikir sesat yang disebarkannya. Untuk itu, kita harus berpikir kritis. Tak ada jalan lain.

(Reza AA Wattimena, Alumnus Hochshule fur Philosophische Fakultat SJ Munchen, Jerman; peneliti dan penulis buku filsafat)

***

Disclaimer: artikel sudah dimuat di Kompas.id dengan judul yang sama.