Bukan Kehancuran

Tak ada gunanya memaki kegelapan. Lebih baik bangkit dan segera menyalakan lentera.

Selasa, 3 Maret 2020 | 20:55 WIB
0
186
Bukan Kehancuran
Ilustrasi hubungan anak dan orangtua (Foto: theasianparent.com)

Seingat saya, belum pernah sekalipun keluar ucapan bodoh kamu, goblok kamu, dasar anak idiot dan beragam ucapan cacian. Baik kepada anak kandung maupun murid. Selalu saya katakan, "Di setiap kekurangan pasti ada kelebihan. Sekarang nggak usah lihat kelebihan. Coba perhatikan kekuranganmu. Banyak sekali kan? Mumpung masih ada kesempatan, gunakan sebaik-baiknya."

Hasilnya sungguh sangat mencengangkan. Anak-anak di rumah belajar karena kesadaran. Siswa dan mahasiswa tertantang untuk lebih baik. Dan sore ini tadi, seorang peserta lagi-lagi mengirimkan kabar baik atas kesuksesan yang diraihnya.

Ujian terberat itu bukan kemiskinan, melainkan kekayaan. Ujian terberat itu bukan kebodohan, melainkan kepandaian. Ujian terberat itu bukan tidak bisa apa-apa, melainkan justru bisa berbuat apa-apa.

Selalu berpikir positif seraya mencari jalan keluar dari masalah, itulah kuncinya. Bukan mencaci masalah karena justru akan semakin berat masalah itu. Justru mestinya masalah itu dijadikan amunisi untuk menaklukkan beratnya ujian.

Melalui sosial media, tak terhitung lagi jumlah mantan siswa dan mahasiswa yang mengirimkan kabar suksesnya sekarang. Mereka selalu menyertakan kisah pahit ketika mendapatkan nilai buruk. Awalnya mereka malu, tapi mereka cepat bangkit karena dorongan gurunya. Dukungan dosennya.

Anak-anak dan mahasiswa dengan minim prestasi akademik itu tidak bikin malu, mengapa kita malu mengakuinya? Nilai mereka jelek bukan lantaran mereka bodoh, goblok, atau idiot. Justru mungkin kitalah yang salah memperlakukan mereka. Bukankah anak adalah cerminan ortunya?

Tak ada gunanya memaki kegelapan. Lebih baik bangkit dan segera menyalakan lentera. Anak-anak itu butuh cinta kita, bukan berharap makian kita. Jika memang saat ini nilainya jelek, rangkul dan ajak mereka untuk duduk bersama. Coba mintailah pendapat mereka tentang gaya mendidik kita. Apakah sudah cukup disenangi atau malah bikin mereka ketakutan?

Banyak sedikit atau tinggi rendahnya nilai tidak akan berubah jika kita cuma bisa mencela mereka, bukan mencela diri kita sendiri. Mereka bisa apa tanpa kita karena kitalah yang mestinya mengubah mereka, bukan mencelanya.

I'll stand with them forever..... 

***