Waspada Leptospirosis Saat Banjir

Segera periksakan diri ke dokter jika ada demam, nyeri kepala, nyeri otot, tidak enak badan, dan Anda ada riwayat kontak dengan lingkungan berpotensi infeksi Leptospira seperti genangan banjir

Jumat, 3 Januari 2020 | 20:03 WIB
0
194
Waspada Leptospirosis Saat Banjir
Leptospirosis (Tribunnews.com)

Jumat pertama di tahun 2020, Pak Guru Doel Kamdi diberondong berita banjir Jakarta. Sebenarnya rada khawatir karena banyak kawan Pak Guru di Jakarta. Semoga warga DKI Jakarta senantiasa diberi keselamatan dan banjir segera berlalu, yang bisa memberi bantuan itu lebih baik.

Jangan rundung gubernurnya terus, kasihan, belum berbuat sudah dirundung duluan. Lagipula, merundung gubernur terus-terusan juga tidak membantu dalam menangani banjir.

Pak Guru suka iseng baca majalah Bobo edisi lawas. Waktu sedang menelusur di perpustakaan, ada artikel tentang leptospirosis, yang menjadi ancaman saat banjir. Penasaran, Pak Guru segera mencari informasi tambahan mengenai penyakit ini, yang dalam artikel disebutkan menjadi ancaman utama saat banjir.

Leptospirosis adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri Leptospira sp. Leptospirosis merupakan zoonosis, yaitu penyakit yang dapat ditularkan hewan ke manusia dan juga sebaliknya. Yang menarik, bakteri Leptospira sp. banyak juga yang strain-nya dinamai dengan nama berbau Indonesia, menunjukkan bahwa bakteri ini sudah lama ada di negara kita.

Bakteri ini ditularkan melalui air. Paling sering penularan bakteri ini adalah melalui urine tikus, yang mana urine organisme yang terinfeksi akan mengandung bakteri dan dapat menularkan melalui air. Paparan dengan banjir merupakan salah satu faktor risiko leptospirosis, dikarenakan air banjir, apalagi di Indonesia, sangat besar kemungkinannya bercampur dengan urine tikus.

Selain itu, pekerjaan sebagai petani atau atlet yang berurusan dengan air (triathlon terutama) juga dapat menjadi faktor risiko leptospirosis.

Yang mesti diwaspadai, leptospirosis ini gejalanya mirip-mirip dengan penyakit lain. Prof. dr. Muhammad Hussein Gasem, Ph.D., Sp.PD-KPTI, ahli infeksi tropik RSUP Kariadi, menyebutkan bahwa seringkali dokter salah mendiagnosis leptospirosis karena hal ini.

Paling sering leptospirosis ini didiagnosis sebagai flu, malaria, atau demam tifoid karena gejalanya yang memang tidak spesifik di fase ringan. Instrumen diagnosis cepat untuk leptospirosis juga belum tersedia di semua fasilitas kesehatan, sehingga makin memperbesar kemungkinan misdiagnosis.

Leptospirosis berat sangat mengancam nyawa. Angka kematian dalam kasus leptospirosis berat mencapai 10-20%. Dengan fakta-fakta seperti yang sudah dipaparkan ini, leptospirosis harus menjadi perhatian khusus, utamanya di musim hujan yang sering banjir begini.

Apabila sudah kebanjiran, yang bisa kita lakukan adalah meminimalkan risiko terinfeksi. Bagi anggota PPSU dan satuan lain yang langsung menanggulangi banjir, APD wajib dikenakan utamanya sepatu boot, baju kerja/overall, dan sarung tangan. Bagi warga biasa, usahakan menyesuaikan mengenakan pelindung diri juga.

Segera periksakan diri ke dokter apabila Anda ada demam, nyeri kepala, nyeri otot, tidak enak badan, dan Anda ada riwayat kontak dengan lingkungan berpotensi infeksi Leptospira seperti genangan banjir, sawah, sungai, olahraga air, dsb. Lebih cepat Anda ditangani profesional, semakin baik harapan ke depannya, insya Allah.

Pak Guru Doel Kamdi, Guru Tanpa Sertipikat

***