Dalam iklan SIDAQ (Selamatkan Indonesia dengan Al Quran), UAS menyatakan kemajuan teknologi di Indonesia (justeru) membuat kejahatan makin meningkat. Maka dari itu, Indonesia harus diselematkan dengan melalui ajakan untuk menghafal Alquran.
Sebuah ajakan yang normatif bagus, meski dengan ketentuan dan syarat berlaku, yakni mari beramai-ramai menyumbang, mengumpulkan uang. Karena sebuah ajakan tidak afdol tanpa ngomongin dan ngumpulin duit.
Meski sesungguhnya, 'menyelamatkan Indonesia dengan menghafal...' itu kayaknya kalah afdol dengan 'menyelamatkan Indonesia dengan mempraktikkan...'
Tapi, ya tak apalah. Namanya juga usaha. Walaupun kalau ditilik-tilik, benarkah kemajuan teknologi membuat kejahatan makin meningkat?
Bukankah teknologi juga memberikan kesempatan yang sama, bagi orang agama untuk bisa jualan rekaman Alquran komplit dalam sebuah speaker kecil yang praktis, bisa menyimpan dakwah banyak ustadz?
Bukankah teknologi juga membuat orang beragama bisa memakaimedia youtube sebagai syiar agama, juga beriklan untuk fund-rising? Dan seterusnya?
Termasuk tentunya, teknologi juga bisa dipakai untuk kejahatan, karena teknologi adalah media, sebagaimana youtube adalah media, bahkan sekolah, agama, buku, mobil mewah, dan lain-lain?
Karena urutan logikanya, ilmu adalah sekumpulan gugusan teoritik untuk memahami sesuatu, hingga dari sana bisa menjadi pengetahuan untuk menguasai sesuatu, dan bisa jadi dikembangkan untuk munculnya sarana dan prasarana, alat, atau teknologi untuk mengatasi dan mengembangkan sesuatu.
Di mana agama? Di sana kita bisa memahami atau memaknai nilai-nilai kehidupan, meski hal itu juga bukan satu-satunya, karena ada filsafat dan seni yang juga bisa menuntun kehidupan menjadi kaya makna dan nilai.
Tak ada mutlak-mutlakan, karena satu sama lain saling menopang, sebagai sarana kehidupan itu sendiri. Karena, senyatanya, dengan keyakinan agama pula orang bisa berbuat kejahatan, dengan lebih canggih. Di mana salahnya?
Di kecenderungan manusia melalukan eksploitasi, bukannya eksplorasi. Lebih banyak yang suka menciptakan ketergantungan liyan daripada memerdekakan. Itu akibatnya segala macam iptek dan imtaq, bisa menjadi salah diposisikan.
Kalau Ali bin Abi Thalib mengeluh karena mengenali kebusukan manusia, Kanjeng Nabi Muhammad shallallahu' alaihi wasallam pernah ditanya, apa yang terberat dalam perjuangan? Menjadi moderat, jawab beliau.
Apalagi memoderasi di tengah nafsu mutlak-mutlakan, yang jika bukan berisi claiming mulu jatuhnya ke bullying.
Terus, kapan appreciating, kissing, huging, laughing, making love?
@sunardianwirodono
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews