Jadi serahkan pandangan tentang virus Corona kepada ahlinya masing-masing. Karena kalau tidak, maka yang terjadi kelucuan dan kebingungan di masyarakat.
"Apabila suatu perkara diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancuran".
Di saat banyak negara berlomba-lomba menemukan obat untuk virus Corona melalui berbagai riset dan uji coba, seorang guru besar dengan mudahnya menemukan obat virus Corona dengan cara di "ruqiyyah".
Siapakah guru besar tersebut?
Guru besar tersebut yaitu Prof. DR. Ahmad Zahro, guru besar Ilmu Fikih Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya. Menurut yang bersangkutan virus Corona bisa disembuhkan dengan cara ruqiyyah. Bahkan yang lebih mengherankan, menurutnya-penyebaran virus Corona melalui campur tangan setan. Hal ini berdasarkan hadist yang ia yakini.
Prof. Ahmad Zahro memang seorang guru besar atau seroang ahli dibidang Ilmu Fikih, bukan seorang guru besar bidang vaksinolog atau seorang dokter spesialis penemu obat virus. Dan ia juga tidak melakukan riset di laboratoriun terkait virus Corona, karena bidang keahliannya di bidang ilmu fiqih. Bukan ahli peneliti virus.
Kalau mau bertanya ilmu agama tentu Prof. Ahmad Zahro seorang ahlinya. Tetapi ia bukan seorang ahli kedokteran atau spesialis virus. Sekalipun gelar akademisinya seorang prof atau guru besar.
Kalau ingin tahu terkait virus Corona, maka ahlinya bukan Ilmu Fikih tetapi dokter spesialis yang sesuai keahliannya dibidang penyakit tertentu.
Seorang guru besar tentunya basis berfikirnya atau pendapatnya didasarkan pada sebuat riset dan data. Bukan asal-asalan. Kalau seorang guru besar saja cara berfikirnya seperti di atas, maka tidak heran kalau masyarakat biasa juga bisa dengan mudah percaya dengan berita bohong atau hoax.
Bahkan pendapat Prof. Ahmad Zahro ini menular kepada ustad UAS yang mana pendapatnya kurang lebih sama terkait virus Corona. Menurut UAS, virus Corona yang menimpa penduduk Wuhan China merupakan tentara atau kiriman Allah. Karena virus Corona sebagai tentara Allah, maka virus tersebut tidak menyebar ke muslim Uighur di Xinjiang.
Faktanya, seperti dilansir berita China-Xinhua 55 orang etnis Uighur positif terkena virus Corona. Artinya tentara Allah sudah mulai menyerang etnis Uighur. Sama saja seperti senjata atau virus makan tuan. Padahal virus Corona hanya diperintahakan untuk menyerang warga Wuhan yang notabene non muslim. Ini kalau mengikuti nalar atau logika UAS. Benar-benar di luar nalar.
Kalau virus Corona benar adalah tentara yang dikirim oleh Allah untuk penduduk Wuhan sebagai imbas perlakuan China terhadap etnis Uighur. Harusnya logika yang sama juga berlaku kepada Kerajaan Arab Saudi yang pernah terkena virus Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus atau yang lebih dikenal MERS-CoV. Kalau mengikuti logika atau nalar UAS, berarti waktu itu Allah juga mengirimkan tentaranya lewat virus MERS-CoV yang menimpa para jemaash haji. Artinya virus MERS itu dikirim untuk membunuh jemaah haji. Masyaallah.
Baik Prof Ahmad Zahro dan DR UAS adalah ahli dalam bidah ilmu fikih dan hadist. Tetapi mereka berdua juga bukan ahli virus atau terkait dunia kedokteran.
Jadi serahkan pandangan tentang virus Corona kepada ahlinya masing-masing. Karena kalau tidak, maka yang terjadi kelucuan dan kebingungan di masyarakat.
Kalau kamu sakit kena virus Corona, maka pilih dibawa ke rumah sakit atau cukup di ruqiyyah? Kalau aku pilih berobat ke rumah sakit.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews