Ketika Profesor Mengatakan Obat Virus Corona Adalah "Ruqiyyah"

Jadi serahkan pandangan tentang virus Corona kepada ahlinya masing-masing. Karena kalau tidak, maka yang terjadi kelucuan dan kebingungan di masyarakat.

Rabu, 19 Februari 2020 | 17:21 WIB
0
328
Ketika Profesor Mengatakan Obat Virus Corona Adalah "Ruqiyyah"
Ahmad Zahro (Foto: energibangsa.id)

"Apabila suatu perkara diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancuran".

Di saat banyak negara berlomba-lomba menemukan obat untuk virus Corona melalui berbagai riset dan uji coba, seorang guru besar dengan mudahnya menemukan obat virus Corona dengan cara di "ruqiyyah".

Siapakah guru besar tersebut?

Guru besar tersebut yaitu Prof. DR. Ahmad Zahro, guru besar Ilmu Fikih Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya. Menurut yang bersangkutan virus Corona bisa disembuhkan dengan cara ruqiyyah. Bahkan yang lebih mengherankan, menurutnya-penyebaran virus Corona melalui campur tangan setan. Hal ini berdasarkan hadist yang ia yakini.

Prof. Ahmad Zahro memang seorang guru besar atau seroang ahli dibidang Ilmu Fikih, bukan seorang guru besar bidang vaksinolog atau seorang dokter spesialis penemu obat virus. Dan ia juga tidak melakukan riset di laboratoriun terkait virus Corona, karena bidang keahliannya di bidang ilmu fiqih. Bukan ahli peneliti virus.

Kalau mau bertanya ilmu agama tentu Prof. Ahmad Zahro seorang ahlinya. Tetapi ia bukan seorang ahli kedokteran atau spesialis virus. Sekalipun gelar akademisinya seorang prof atau guru besar.

Kalau ingin tahu terkait virus Corona, maka ahlinya bukan Ilmu Fikih tetapi dokter spesialis yang sesuai keahliannya dibidang penyakit tertentu.

Seorang guru besar tentunya basis berfikirnya atau pendapatnya didasarkan pada sebuat riset dan data. Bukan asal-asalan. Kalau seorang guru besar saja cara berfikirnya seperti di atas, maka tidak heran kalau masyarakat biasa juga bisa dengan mudah percaya dengan berita bohong atau hoax.

Bahkan pendapat Prof. Ahmad Zahro ini menular kepada ustad UAS yang mana pendapatnya kurang lebih sama terkait virus Corona. Menurut UAS, virus Corona yang menimpa penduduk Wuhan China  merupakan tentara atau kiriman Allah. Karena virus Corona sebagai tentara Allah, maka virus tersebut tidak menyebar ke muslim Uighur di Xinjiang.

Faktanya, seperti dilansir berita China-Xinhua 55 orang etnis Uighur positif terkena virus Corona. Artinya tentara Allah sudah mulai menyerang etnis Uighur. Sama saja seperti senjata atau virus makan tuan. Padahal virus Corona hanya diperintahakan untuk menyerang warga Wuhan yang notabene non muslim. Ini kalau mengikuti nalar atau logika UAS. Benar-benar di luar nalar. 

Kalau virus Corona benar adalah tentara yang dikirim oleh Allah untuk penduduk Wuhan sebagai imbas perlakuan China terhadap etnis Uighur. Harusnya logika yang sama juga berlaku kepada Kerajaan Arab Saudi yang pernah terkena virus Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus atau yang lebih dikenal MERS-CoV. Kalau mengikuti logika atau nalar UAS, berarti waktu itu Allah juga mengirimkan tentaranya lewat virus MERS-CoV yang menimpa para jemaash haji. Artinya virus MERS itu dikirim untuk membunuh jemaah haji. Masyaallah.

Baik Prof Ahmad Zahro dan DR UAS adalah ahli dalam bidah ilmu fikih dan hadist. Tetapi mereka berdua juga bukan ahli virus atau terkait dunia kedokteran.

Jadi serahkan pandangan tentang virus Corona kepada ahlinya masing-masing. Karena kalau tidak, maka yang terjadi kelucuan dan kebingungan di masyarakat.

Kalau kamu sakit kena virus Corona, maka pilih dibawa ke rumah sakit atau cukup di ruqiyyah? Kalau aku pilih berobat ke rumah sakit.

***