Tingkat Kematian Mereka yang Divaksin Lima Kali Lebih Rendah

Kita tak pernah tahu kapan giliran kita sendiri, atau keluarga, atau sahabat dekat yang akan terpapar virus corona. Kita tak pernah tahu apakah suatu ketika kita harus pula isolasi mandiri (isoman).

Sabtu, 5 Februari 2022 | 09:54 WIB
0
100
Tingkat Kematian Mereka yang Divaksin Lima Kali Lebih Rendah
Vaksinasi (Foto: kompas.com)

Buku Pedoman Isoman dari Alumni SMAN 1, Jakarta, Angkatan 81

Tips ini paling aman dan sudah teruji oleh hasil riset. Jika kita ingin selamat dari badai pandemi vaksin 19 yang sudah dua tahun, maka segera divaksin. Jika sudah divaksin sekali, buatlah dua kali. Jika sudah divaksin dua kali, upayakan tiga kali, dan seterusnya.

Apakah mereka yang divaksin pasti selamat, tak akan tertular? Tak akan mati jika terkena covid-19? 

Jawabnya tentu saja setiap orang akan mati. Tentu saja potensi tertular covid tetap besar di kalangan yang sudah divaksin sekalipun.

Tapi ini datanya. Mereka yang mati terkena covid-19 bagi yang sudah divaksin, itu lima kali lebih rendah dibandingkan yang belum divaksin. 

Jika 50 orang belum divaksin terkena covid-19 yang parah, 50 persen, atau 25 orang akan mati. Tapi jika hal yang sama terjadi untuk yang sudah divaksin, yang mati hanya 10 persen atau 5 orang.

Yang mati di antara yang sudah divaksin versus yang belum divaksin jika terserang covid-19 yang parah, 10 persen: 50 persen! Satu dibanding lima. Ini sangat signifikan.

Itulah data yang dikeluarkan oleh Our World in Data, edisi November 2021. Judul publikasinya mentereng: How do death rates from COVID-19 differ between people who are vaccinated and those who are not? 

Dengan data di atas, mengapa pula masih ada pihak yang menolak divaksin? Bukankah divaksin itu gratis pula? Tidakkah populasi yang menolak divaksin di era pandemik covid-19 itu adalah sikap yang anti-science? Bukankah ini sikap yang menutup mata dari data, fakta, dan bukti lapangan?

Sikap itu sama seperti ketika ilmu pengetahuan menemukan bukti bumi ini bundar, bulat, mereka tetap percaya bahwa bumi ini datar belaka.

Tentu saja mereka yang sudah divaksin tetap mungkin tertular Covid-19. Di bulan Febuari 2022, varian Omicron terus menaik di kota besar.

Isolasi mandiri kembali dianjurkan bagi yang tertular Covid-19, yang kondisinya tidak parah. 

Tapi bagaimana kita tahu parah atau tak parah? Apa pula itu isolasi mandiri? Bagaimana membedakan kita sebaiknya isolasi mandiri atau diterapi di rumah sakit saja?

Apa yang harus dikerjakan selama isolasi mandiri? Bagaimana soal makanan yang menambah imunitas? Bagaimana jika ada dua atau lebih anggota keluarga perlu isolasi mandiri di rumah?

Ini sumbangan unik dari alumni SMAN 1, angkatan 81, Boedi Oetomo Jakarta. Para alumni ini menyediakan buku panduan teknis, mudah dibaca, komprehensif. 

Buku panduan itu disajikan dengan tabel dan grafis. Gagasan utamanya diringkaskan dalam font besar dan warna warni. Ia sangat mudah dipahami dan penting.

Menurut ketua alumni angkatan 81 Boedoet ini, Mohammad Shobirin, beserta jajarannya sesama alumni 81 Boedoet: Dr. Maya Rusadi, Prof. Dr. dr. Cleopas Martin Rumende, Lydiawati, buku panduan Isoman ini sengaja disebar gratis.

Katakanlah ini derma bersama SMAN 1, Jakarta, angkatan 81 di era pandemik.

Saya juga alumni SMA Boedoet angkatan 81 Jakarta. ketika diminta menulis pengantar singkat buku panduan itu, ini yang saya pikirkan.

Kita tak pernah tahu kapan giliran kita sendiri, atau keluarga, atau sahabat dekat yang akan terpapar virus corona. Kita tak pernah tahu apakah suatu ketika kita harus pula isolasi mandiri (isoman).

Tentu untuk jaga-jaga, kita perlu memiliki buku panduan teknis Isoman itu di lemari khusus rumah kita. Atau buku pdf ini perlu kita simpan secara elektronik di handphone, yang dapat kita baca kapanpun perlu.

Buku panduan itu seperti senjata. Kita juga perlu siapkan senapan jika hidup di dekat hutan. Kapanpun harimau masuk ke rumah kita, senapan siap digunakan untuk pertahanan diri.

Denny JA

***

Link buku Pedoman Isoman