Ketika Hidup Tak Sesuai Rencana

Seperti pepatah lama, jika satu pintu tertutup, maka pintu lain akan terbuka. Sabar. Hening. Amati. Dan… pergi menuju pintu lain yang sudah terbuka.

Rabu, 9 Juni 2021 | 07:44 WIB
0
162
Ketika Hidup Tak Sesuai Rencana
Ilustrasi Kehidupan (Foto: rumahfilsafat.com)

Tiga kisah nyata di seputar hidup saya. Seorang teman bersemangat berbisnis kuliner. Ia merancang sebuah café yang diharapkan akan menjadi populer. Semua rencana disiapkan. Pinjaman modal sudah didapatkan.

Tanpa diduga, pandemik tiba. Semua batal. Hutang memang mendapat keringanan. Tetapi, ia tetap menjadi beban yang harus dibayar. Café batal. Pemasukan nol, bahkan minus.

Kisah kedua tentang karir. Setelah bekerja begitu lama, ia berharap mendapat promosi yang dijanjikan. Namun, seperti semua tempat di Indonesia, politik kantor mengambil peran. Promosi lenyap di depan mata, karena unsur korupsi, kolusi dan nepotisme di dalam organisasi.

Kisah ketiga tentang hubungan yang kandas di tengah jalan. Menikah adalah sebuah harapan untuk terus bersama. Tantangan dan kebahagiaan dijalani berdua. Namun, seperti segala hal, ia kerap tak sesuai rencana.

Perselingkuhan mengintip di tengah jalan. Kecurigaan menjadi bagian dari keseharian. Pernikahan yang indah berubah menjadi neraka kehidupan. Perpisahan pun akhirnya menjadi satu-satunya jalan.

Rencana oh rencana. Ia selalu tak sesuai harapan. Ada saja yang menunda dan bahkan menghancurkannya. Hidup tak seindah rencana.

Halangan adalah bagian dari kehidupan. Berulang kali, kita mesti mempelajari hal ini. Berulang kali juga, kita gagal. Kecewa, marah dan derita adalah buah yang harus dirasa.   

Dua Pandangan

Pepatah lama mengatakan, buatlah rencana, namun bersiaplah untuk mengubahnya. Membuat rencana tidak seperti memahat di atas batu. Ia lebih seperti mengukir huruf di atas air. Banyak unsur yang mempengaruhinya, dan kita harus siap berubah, ketika keadaan membutuhkan.

Keberhasilan hidup kerap muncul dari kemampuan untuk membuat rencana cadangan. Rencana utama sering dihempas ketidakpastian keadaan. Rencana cadangan pun maju ke depan menjadi rencana utama. Maka, mempersiapkan rencana cadangan adalah jalan penting untuk mencapai keberhasilan.

Sadhana untuk Kekecewaan

Sadhana adalah latihan spiritual. Ia memberikan jalan untuk mengalami Tuhan secara langsung di dalam diri. Ia menjadi dasar keheningan dan kedamaian di dalam diri. Terkait dengan kekecewaan, terutama ketika keadaan tak sesuai rencana, ada enam hal yang penting untuk diperhatikan.

Pertama, ketika rencana dihempas ketidakpastian, kita perlu berhenti di sini dan saat ini. Hentikan semua aktivitas. Hentikan semua analisis. Ketika semua tak sesuai rencana, kita perlu jeda.

Dua, rencana yang batal kerap menciptakan kekecewaan, bahkan kemarahan. Pikiran kacau. Emosi tak stabil. Disini, kita perlu berpegang pada kehidupan.

Kita perlu menaruh perhatian pada ciri-ciri kehidupan di dalam diri, seperti nafas, detak jantung, suara di sekitar, obyek di depan mata atau rasa di kulit dan di lidah.

Lakukan ini selama minimal lima menit. Jika perhatian teralih, kita hanya perlu dengan lembut kembali.

Kehidupan menjadi jangkar yang kuat, ketika emosi kuat berkunjung. Kita tidak lagi hanyut pada perubahan keadaan di dalam diri. Segala perubahan cukup disadari dan diamati. Inilah akhir dari penderitaan.

Tiga, ini terkait juga dengan uraian sebelumnya, yakni menyadari sepenuhnya derita yang datang. Segalanya berubah, termasuk penderitaan dan kebahagiaan. Yang dicari bukanlah kebahagiaan yang sementara, melainkan kebebasan dari derita dan bahagia. Luangkan waktu minimal lima menit untuk sungguh menyadari rasa di dalam diri, bahwa ini pun akan berlalu.

Empat, ketiga Sadhana di atas membantu kita mencapai kejernihan. Setelah itu, kita pun bisa mulai mencari jalan keluar. Kejernihan adalah unsur terpenting dalam pemecahan masalah. Setelah pikiran tenang dan jernih, kita bisa memulai analisis untuk mengungkap akar masalah, dan mencari jalan keluar yang mungkin dilakukan.

Lima, tak semua hal ada jalan keluar. Tak semua masalah harus selesai sekarang. Banyak keadaan memang menghadirkan jalan buntu. Jika itu terjadi, ya sudahlah.

Kita kembali berjangkar pada kehidupan, seperti di poin ketiga. Kita kembali berhenti disini dan saat ini. Kita melebur dalam keadaan, dan memasuk keheningan. Di titik ini, walaupun buntu, kita tetap bisa merasakan kebahagiaan.

Enam, hidup ini rapi dan, seringkali, penuh kejutan. Rencana gagal, namun hal-hal yang mengejutkan terjadi di luar dugaan. Kita hanya perlu mengamati dan bersabar. Berulangkali di dalam hidup, saya mengalami ini.

Jika rencana kita gagal, maka ada rencana lain yang sedang berjalan. Ada kecerdasan lain yang bekerja. Kita bisa menyebutnya kecerdasan kosmik, Tuhan, semesta dan sebagainya. Di titik ini, kita hanya perlu mengamati, berjangkar pada kehidupan dan melakukan hal-hal yang perlu serta bisa dilakukan.

Hidup kerap tak sesuai rencana. Ini juga merupakan hal baik. Jika semua hal berjalan sesuai dengan rencana dan kehendak kita, maka dunia akan hancur. Keinginan dan rencana seringkali hanya bentuk dari ego manusia yang sempit, rakus dan merusak.

Seperti pepatah lama, jika satu pintu tertutup, maka pintu lain akan terbuka. Sabar. Hening. Amati. Dan… pergi menuju pintu lain yang sudah terbuka.

***