Practice Makes Perfect

Cukup sudah. Tester saya adalah si sulung Fakhri. Lidahnya peka. Ternyata keahlian itu memang diperoleh dari latihan yang terus menerus, tak cukup hanya dari teori.

Jumat, 17 April 2020 | 21:04 WIB
0
245
Practice Makes Perfect
Gordon Ramsay (Foto: gordonramsayrestaurants.com)

Tak banyak orang yang punya banyak talenta. Saya tidak termasuk yang tak banyak itu.

Tak perlulah saya pencitraan. Toh, tak ada partai politik yang bakal melirik saya. Tak perlulah menonjolkan diri, toh saya tidak perlu mengambil hati calon mertua, misalnya. Hehehe. Tak perlu takut dicap gagap di wilayah domestik, toh yang lebih tahu urusan domestik adalah keluarga saya.

Catatan saya dengan tinta tebal kali ini adalah tentang sebuah proses pembelajaran. Bahwa tak ada yang bisa menandingi sebuah tekad. Apalagi sebuah tekad membara. Bayangkan kekuatan sebuah magma yang sanggup mengangkat lapisan kulit bumi, hingga akhirnya membentuk lanskap nan elok: gunung berapi, lautan, bukit, dan ngarai.

Dari prolog yang panjang itu, yang mau saya ceritakan adalah: saya tak mahir memasak. Hahaha. Dan selama ini belum tertarik memasak. Mengapa? Nah ini, setiap orang yang tidak menyukai sesuatu akan memiliki seribu alasan menyertainya. Tapi saya akan ceritakan dua saja.

Pertama, saya seorang Ibu pekerja. Maksudnya bukan Ibunya para pekerja, tapi disamping seorang Ibu juga bekerja di luar. Saya berangkat dari rumah jam 6.00 pagi, sampai rumah kembali jam 6 sore. Dengan sisa waktu beberapa jam sebelum anak-anak saya tidur, saya akan menunggui mereka belajar. Praktis tak ada waktu memasak.

Akhir pekan kan bisa? Pasti ada yang berpikir begitu. Yah, itu tadi, niat ingin memasak selama ini baru sebatas niat. Belum menjadi tekad. Dan ndilalahnya, selama ini Bude Jum asisten saya itu mahir sekali memasak. Lengkap sudah alasan saya.

Apa lagi kalau saya mulai masuk dapur dan mulai pegang wajan, panci, dkknya itu dia akan langsung mematahkan niat saya.

"Mba, mau masak apa? Sini saya aja yang masak."

Nah itu.

Tapi sebuah prahara kadang disertai hikmah di belakangnya. Pandemi covid-19 dan Bude Jum pulang kampung dan akhirnya terjebak di kampungnya, membuat saya membulatkan niat tadi menjadi sebuah tekad.

Ya, saya harus mulai memasak. Tak bisa tidak. Toh, tak mungkin harus go food setiap hari. Selain tak ramah untuk kantong, ojek daring dibatasi masuk ke kawasan perumahan kami selama pandemi ini. Tak punya alasan lagi saya.

Dan saya cukup pede untuk memulai memasak. Toh, saya sering nonton acara memasak di TV channel selama ini, pikir saya.

Dari petualangan Gordon Ramsay dalam Gordon Ramsay Uncharted ketika menyusuri wilayah-wilayah belum terpetakan demi menemukan makanan ikonik sebuah negara, hingga petualangan Clarke menyelami lautan-lautan eksotis dalam Fish of The Day, demi menemukan ikan yang dapat dijadikan menu hari itu, menjadi tontonan favorit saya di akhir pekan.

Dalam hati saya, suatu ketika saya akan mulai memasak. Ternyata memasak adalah sebuah seni. Hanya perlu improvisasi dan kreativitas saja. Gampang lah. Saya pelototin cara mereka meracik bumbu dan mengolah bahan. Suatu ketika nanti, tekad saya.

Biarlah si sulung Fakhri sering bertanya heran.

"Bunda seneng banget nonton acara masak. Kapan masaknya?"

Begitulah selama WFH saya mulai memasak di pagi hari. Apakah saya langsung semahir Ramsay? Hari pertama bumbu racikan yang sudah saya gerus tertinggal, olala. Setengah matang, saya masukan bumbu yang tertinggal. Komentar si sulung Fakhri..

"Bun, belum mateng ya?"

Hahaha. Hari kedua, masakan saya kurang garam, anyep kata orang mah. Selama seminggu, ada saja yang kurang. Tapi saya tak patah semangat. Biar saja, kan yang jadi kelincinya anak-anak saya.

Hingga akhirnya, setelah dua minggu berlalu....

"Ayam bakarnya enak banget Bun," puji Fakhri.

"Enakan mana sama yang di resto?"

"Mirip lah" jawabnya kalem.

Cukup sudah. Tester saya adalah si sulung Fakhri. Lidahnya peka. Ternyata keahlian itu memang diperoleh dari latihan yang terus menerus, tak cukup hanya dari teori.

Terima kasih kepada Gordon Ramsay yang sudah menginpirasi saya untuk memasak.

***