"Boleh nggak saya jadi istri kedua bapak?"
Vincentia Tiffani alias Fani mengaku tidak sedang bercanda saat melamar Sandiaga Uno secara terbuka. Menarikya, pernyataan Fani kemudian viral dan jadi materi kampanye. Tanggapan positif lalu bermunculan, Sandiaga Uno yang sejak awal dicitrakan sebagai tokoh yang digandrungi kaum hawa kembali diumbar.
Lantas, apa yang istimewa dari laki-laki muda yang digilai perempuan cantik kaitannya dengan karakter kepemimpinan?
Mengapa perlakuan yang sama tidak diterima oleh Jokowi misalnya, apa seorang Jokowi tidak menarik minat perempuan muda untuk dijadikan sebagai istri kedua. Jangankan tokoh muda seperti Sandiaga Uno yang tampan dan kaya melintir, mereka yang tergolong usur seperti Syekh Puji pun masih diminati ABG usia 12 tahun. Apa lagi seorang presiden.
Bagi Sandiaga Uno yang dikaruniai wajah tampan dan kaya raya tentu anugerah yang harus disyukuri, tapi sikap Fani yang dengan enteng dan tanpa beban menyatakan kesediannya menjadi istri kedua di depan publik menunjukkan rendahnya wibawa Sandiaga Uno di mata Fani.
Tak ada rasa sungkan sedikit pun saat ia melontarkan ucapan yang oleh sebagian masyarakat dianggap tabu. Keberanian Fani tentu bukan tanpa alasan.
Asupan informasi yang ia terima mengenai kehidupan Sandiaga Uno selama ini membuatnya merasa apa yang dilakukannya merupakan hal yang wajar. Bukankah Sandiaga Uno pada banyak kesempatan sering terlihat bersama perempuan-perempuan cantik dan seksi.
Buktinya, kubu Prabowo-Sandiaga Uno sendiri merespon positif seakan sikap Fani menegaskan citra yang dibangun sejak awal tentang sosok Sandiaga Uno yang digandrungi emak-emak.
Lantas, adakah yang salah dengan sikap Fani?
Bagi mereka yang berpikir liberal tentu tidak ada masalah, keberanian Fani mengekspresikan keinginannya tanpa memperdulikan kultur yang mengekang kebebasan perempuan justru perlu diapresiasi. Namun pada sosok dengan gaya hidup sederhana seperti Jokowi, mahasiswa cantik seperti Fani akan berpikir seribu kali meski memendam rasa suka untuk menyatakan kesediaannya jadi istri kedua dihadapan publik.
Jika hal itu sampai terjadi, Fani tentu menyadari sikapnya bisa dianggap kurang ajar dan tidak punya sopan-santun.
Untuk konteks masyarakat Indonesia, seorang perempuan yang bersedia dijadikan istri kedua merupakan isu yang debatable. Namun pada umumnya mereka yang masih memegang teguh kultur tradisional menganggap tindakan Fani tidak sewajarnya dilakukan oleh seorang anak gadis. Seorang nitizen bahkan menuduh Fani tidak punya urat malu.
Catatan ini tidak bermaksud mengadili sikap Fani yang siap menjadi istri kedua Sandiaga Uno. Melainkan mencoba memotret karakter Sandiaga Uno lewat penyataan vulgar Fani.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews