Pemerintah optimal dalam mengantisipasi gelombang ketiga Covid-19 seiring adanya pelonggaran aktivitas masyarakat. Masyarakat pun diimbau untuk selalu mematuhi program-program pemerintah guna mencegah potensi gelombang ketiga Covid-19.
Kita semua ingin pandemi lekas berakhir, karena sudah 2 tahun ini hidup di bawah tekanan psikologis dan bertanya, “Apakah aku pasien Covid berikutnya?” Virus kecil yang memporak-porandakan berbagai sektor kehidupan, tak hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia, menjadi musuh berjamaah. Kita semua bekerja sama agar tidak kena Corona, dan mencegah penularannya.
Di Indonesia, beberapa minggu ini, kasus Covid sedang menurun. Buktinya jumlah pasien Corona sejak awal oktober 2021 tidak sampai 1.000 orang per harinya. Perkembangan positif ini membuat masyarakat lega karena ada harapan baru untuk mengakhiri pandemi lebih cepat. Namun tetap harus waspada karena Corona masih ada dan epidemiolog memprediksi munculnya serangan Covid gelombang ketiga.
Para epidemiolog memprediksi datangnya serangan Corona gelombang ketiga pada akhir tahun 2021, karena sudah membaca pola pasca gelombang pertama dan kedua. Ketika kasus Covid menurun maka biasanya naik lagi, karena ada euforia dan masyarakat mulai beraktivitas hingga ke luar kota. Jika tidak direm maka akan menjadi horor karena jumlah pasien bisa melonjak kembali, seperti pada pertengahan 2021.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan bahwa untuk mencegah munculnya serangan Corona gelombang ketiga maka ada pembatasan mobilitas pada akhir tahun, khususnya saat liburan natal dan tahun baru. Berkaca dari kasus sebelumnya, selalu ada kenaikan kasus pasca hari raya. Sehingga saat akhir tahun mobilitas harus diatur dengan baik, agar januari-februari 2022 keadaannya aman dari Corona.
Pembatasan mobilitas diberlakukan agar memenuhi perintah dari Presiden Jokowi, agar mengubah situasi pandemi menjadi endemi. Dalam artian, jika hanya endemi maka Corona masih tetap ada tetapi penyebarannya terbatas dan bisa dikendalikan. Selain itu, pembatasan mobilitas juga penting karena minimnya pergerakan warga terbukti menurunkan kasus Corona, dan bisa jadi libur akhir tahun dipersingkat.
Dipotongnya liburan akhir tahun jangan membuat masyarakat marah, karena ini demi keselamatan bersama. Misalnya jika hanya ada libur selama 2-3 hari, khususnya pada anak sekolah, maka jangan nekat membolos. Taatilah aturan karena pemerintah menjauhkan kemungkinan anak kecil terkena Corona pasca liburan, karena mereka bisa terpapar dari luar kota. Apalagi mereka yang berusia 12 tahun tentu belum divaksin sehingga imunnya rendah.
Pemerintah dengan ketat memberlakukan peraturan ini untuk mengantisipasi serangan Corona gelombang ketiga. Selain itu, ita wajib berkaca dari kasus di Singapura, ketika ada lonjakan lagi, padahal sebelumnya aman. Pertama, di negeri singa banyak lansia yang kena Corona. Sehingga di Indonesia perlu ada vaksinasi khusus lansia, dan jika ada komorbid perlu ada dokter spesialis agar memeriksa apakah mereka aman diinjeksi vaksin.
Kedua, muncul kasus Corona baru akibat varian Corona yang juga baru. Saat ini virus Covid-19 terus bermutasi dan yang paling baru adalah varian Mu. Meski belum masuk Indonesia, tetapi tidak ada salahnya untuk melindungi diri dari virus hasil mutasi tersebut, dengan meningkatkan imunitas dan menjaga kebersihan lingkungan.
Serangan Corona gelombang ketiga sudah diprediksi oleh para epidemiolog. Ketika pemerintah bekerja keras untuk mencegahnya, maka kita bisa membantu dengan taat peraturan, terutama protokol kesehatan 10M. Selain itu, wajib untuk mengikuti vaksinasi sampai 2 kali dan tetap membatasi mobilitas. Saat liburan akhir tahun diperpendek maka jalani saja dengan ikhlas.
Oleh: Kurnia Sandi (kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini)
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews