Pemerintah Optimal Mengantisipasi Gelombang Ketiga Covid-19

Sabtu, 16 Oktober 2021 | 03:52 WIB
0
43
Pemerintah Optimal Mengantisipasi Gelombang Ketiga Covid-19
Pemerintah Optimal Mengantisipasi Gelombang Ketiga Covid-19

Pemerintah optimal dalam mengantisipasi gelombang ketiga Covid-19 seiring adanya pelonggaran aktivitas masyarakat. Masyarakat pun diimbau untuk selalu mematuhi program-program pemerintah guna mencegah potensi gelombang ketiga Covid-19.

Kita semua ingin pandemi lekas berakhir, karena sudah 2 tahun ini hidup di bawah tekanan psikologis dan bertanya, “Apakah aku pasien Covid berikutnya?” Virus kecil yang memporak-porandakan berbagai sektor kehidupan, tak hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia, menjadi musuh berjamaah. Kita semua bekerja sama agar tidak kena Corona, dan mencegah penularannya.

Di Indonesia, beberapa minggu ini, kasus Covid sedang menurun. Buktinya jumlah pasien Corona sejak awal oktober 2021 tidak sampai 1.000 orang per harinya. Perkembangan positif ini membuat masyarakat lega karena ada harapan baru untuk mengakhiri pandemi lebih cepat. Namun tetap harus waspada karena Corona masih ada dan epidemiolog memprediksi munculnya serangan Covid gelombang ketiga.

Para epidemiolog memprediksi datangnya serangan Corona gelombang ketiga pada akhir tahun 2021, karena sudah membaca pola pasca gelombang pertama dan kedua. Ketika kasus Covid menurun maka biasanya naik lagi, karena ada euforia dan masyarakat mulai beraktivitas hingga ke luar kota. Jika tidak direm maka akan menjadi horor karena jumlah pasien bisa melonjak kembali, seperti pada pertengahan 2021.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan bahwa untuk mencegah munculnya serangan Corona gelombang ketiga maka ada pembatasan mobilitas pada akhir tahun, khususnya saat liburan natal dan tahun baru. Berkaca dari kasus sebelumnya, selalu ada kenaikan kasus pasca hari raya. Sehingga saat akhir tahun mobilitas harus diatur dengan baik, agar januari-februari 2022 keadaannya aman dari Corona.

Pembatasan mobilitas diberlakukan agar memenuhi perintah dari Presiden Jokowi, agar mengubah situasi pandemi menjadi endemi. Dalam artian, jika hanya endemi maka Corona masih tetap ada tetapi penyebarannya terbatas dan bisa dikendalikan. Selain itu, pembatasan mobilitas juga penting karena minimnya pergerakan warga terbukti menurunkan kasus Corona, dan bisa jadi libur akhir tahun dipersingkat.

Dipotongnya liburan akhir tahun jangan membuat masyarakat marah, karena ini demi keselamatan bersama. Misalnya jika hanya ada libur selama 2-3 hari, khususnya pada anak sekolah, maka jangan nekat membolos. Taatilah aturan karena pemerintah menjauhkan kemungkinan anak kecil terkena Corona pasca liburan, karena mereka bisa terpapar dari luar kota. Apalagi mereka yang berusia 12 tahun tentu belum divaksin sehingga imunnya rendah.

Pemerintah dengan ketat memberlakukan peraturan ini untuk mengantisipasi serangan Corona gelombang ketiga. Selain itu, ita wajib berkaca dari kasus di Singapura, ketika ada lonjakan lagi, padahal sebelumnya aman. Pertama, di negeri singa banyak lansia yang kena Corona. Sehingga di Indonesia perlu ada vaksinasi khusus lansia, dan jika ada komorbid perlu ada dokter spesialis agar memeriksa apakah mereka aman diinjeksi vaksin.

Kedua, muncul kasus Corona baru akibat varian Corona yang juga baru. Saat ini virus Covid-19 terus bermutasi dan yang paling baru adalah varian Mu. Meski belum masuk Indonesia, tetapi tidak ada salahnya untuk melindungi diri dari virus hasil mutasi tersebut, dengan meningkatkan imunitas dan menjaga kebersihan lingkungan.

Serangan Corona gelombang ketiga sudah diprediksi oleh para epidemiolog. Ketika pemerintah bekerja keras untuk mencegahnya, maka kita bisa membantu dengan taat peraturan, terutama protokol kesehatan 10M. Selain itu, wajib untuk mengikuti vaksinasi sampai 2 kali dan tetap membatasi mobilitas. Saat liburan akhir tahun diperpendek maka jalani saja dengan ikhlas.

Oleh: Kurnia Sandi (kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini)