Cerita di Balik Pemotretan Presiden Jokowi dan Wapres oleh Darwis Triadi

Suasana pemotretan berlangsung santai. Sebelum pemotretan Darwis melakukan pendekatan dari hati ke hati kepada Presiden Jokowi dan Wapres Kyai Ma’ruf.

Jumat, 18 Oktober 2019 | 09:57 WIB
0
481
Cerita di Balik Pemotretan Presiden Jokowi dan Wapres oleh Darwis Triadi
Presiden Jokowi dan Darwis Triadi (Foto: Facebook/Abi Hasantoso)

Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden K.H. Ma’ruf Amin akan dilantik secara resmi di Gedung MPR RI pada hari Minggu 20 Oktober 2019 petang sebagai pemenang Pilpres 2019 dengan raihan total suara 55,5%.

Presiden Jokowi dan Wapres Kyai Ma’ruf baru saja menyelesaikan sesi foto potret keduanya yang akan dijadikan foto resmi bagi dokumentasi administrasi negara untuk kepentingan berbagai penggunaan sesuai Undang-Undang.

Pemotretan oleh Fotografer Ternama Darwis Triadi dilakukan di Istana Negara.

Suasana pemotretan berlangsung santai. Sebelum pemotretan Darwis melakukan pendekatan dari hati ke hati kepada Presiden Jokowi dan Wapres Kyai Ma’ruf menjelaskan keinginannya untuk mendapatkan hasil pose foto potret yang terbaik.

Bukan perkara mudah bagi Darwis untuk mendapatkan karakter wajah Presiden dan Wakil Presiden yang memancarkan aura sebagai para pemimpin yang siap bekerja, kuat, tangguh, cerdas, dapat dipercaya, berwibawa, punya kharisma, dan merakyat.

Alhamdulillah akhirnya Darwis dapat mewujudkan personifikasi Presiden dan Wakil Presiden yang ideal dalam karakter wajah Presiden Jokowi dan Wapres Kyai Ma’ruf. Kita dapat melihat hasil karya Darwis itu mendekati sempurna.

Bukan sekali ini saja Darwis memotret Presiden Jokowi dan Wapres Kyai Ma’ruf. Ada cerita lucu di balik pembuatan foto keduanya menjelang kampanye pilpres lalu yang dilakukan di Studio Foto Darwis Triadi yang lokasinya tak jauh dari Bundaran Senayan Jakarta.

Saat itu Kyai Ma’ruf menunggu kedatangan Jokowi. Rupanya yang ditunggu belum muncul. “Saya tanya Ajudan Presiden dijawab Bapak Presiden sedang sholat Ashar. Saya yang kyai malah keduluan sholat,” kata Kyai Ma’ruf sembari tertawa.

Dari cerita ini kita dapat mengambil hikmah bahwa orang-orang yang tampak mengaku paling alim-religius tapi selalu memfitnah dan merendahkan ulil amri-nya, presidennya sendiri, adalah orang-orang sesat dan para pengikut pengajian yang memang sudah tidak dapat berpikir normal lagi selain percaya membabi buta dan ikhlas dicocor hidungnya seperti sapi mengikuti semua perkataan ujaran kebencian provokasi guru-guru mengaji mereka yang jauh dari dasar-dasar ajaran Agama Islam yang damai, berakhlak-beradab, mulia, saling menghargai-menghormati, mengajak ke jalan kebaikan-keselamatan, penuh cinta-kasih-sayang, dan menjadi rahmat bagi seluruh alam. 

***