Displin Prokes dan vaksinasi mampu menyukseskan fase adaptasi kebiasaan baru di masa pandemi Covid-19. Ketaatan terhadap imbauan tersebut diharapkan mampu menjaga warga tetap produktif namun aman dari penularan virus Corona.
Apakah Anda sudah lelah dengan pandemi? Memang selama 2 tahun ini, kita tidak hanya harus menjaga fisik dari serangan corona, tetapi juga mental. Penyebabnya karena makin takut untuk kena virus Covid-19 maka tingkat stress juga makin tinggi. Akibatnya, daya tahan tubuh menurun dan ini sangat buruk karena malah bisa tertular, ketika seseorang tidak menaati prokes.
Presiden Jokowi menyatakan bahwa masa pandemi belum tahu kapan berakhirnya, karena virus Covid-19 tidak bisa benar-benar pergi dari seluruh dunia. Oleh karena itu di masa adaptasi kebiasaan baru, semua orang mulai dari dewasa, anak-anak, ibu hamil, dll harus menaati protokol kesehatan dan mendapatkan vaksinasi. Dalam artian, vaksinasi adalah proteksi sehingga kita tidak mudah tertular corona.
Apalagi vaksinasi sudah digratiskan dan berstatus halal MUI, jadi tidak ada alasan untuk menolaknya. Saat akan naik kendaraan seperti pesawat terbang syaratnya harus menunjukkan kartu vaksin di aplikasi Peduli Lindungi. Bukan tak mungkin hal ini juga berlaku saat akan naik bus, angkot, kereta malam, dll. Jadi vaksin adalah kewajiban.
Presiden Jokowi melanjutkan, meski sudah divaksin, masyarakat harus menaati prokes dengan ketat. Dalam kehidupan sehari-hari, prokes ketat menjadi kebiasaan baru. Dalam artian, kita semua sudah terbiasa menjalankan prokes tetapi ada saja yang melanggarnya. Jadi semua orang tertib dan tidak melepaskan masker, agar aman dari serangan virus Covid-19.
Walau sudah divaksin masih harus memakai masker dan menjalani prokes ketat, karena masih ada sedikit kemungkinan untuk tertular, saat kondisi badan tidak fit. Apalagi herd community belum terbentuk karena baru 30% WNI yang divaksin, sementara untuk mendapatkan kekebalan kelompok yang bisa menghalau corona, syaratnya adalah minimal 75%.
Prokes yang dijalankan adalah yang 10M, bukan 3M atau 5M. Jadi selain memakai masker, harus mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari keramaian, menjaga higienitas lingkungan dan imunitas tubuh, mengganti baju, dll. Semua dilakukan agar benar-benar bersih dan bebas corona. Gaya hidup sehat juga dilakukan, seperti lebih sering makan sayur dan buah serta berolahraga.
Menaati prokes ketat juga menjadi kunci suskes PTM (pembelajaran tatap muka). Pemerintah memutuskan untuk memberbolehkan PTM karena para guru sudah divaksin dan berbagai daerah sudah masuk PPKM level 1-3 alias keadaan sudah membaik. Sehingga para murid boleh sekolah seperti biasa dan bersosialisasi dengan lingkungannya.
Namun PTM tentu dengan banyak syarat.Saat anak-anak sudah mulai masuk sekolah maka wajib pakai masker dan membawa hand sanitizer. Mereka juga tidak boleh bergerombol dan bermain seperti biasa. Pembelajaran juga tidak diadakan full, tetapi gantian alias hanya 50% murid yang masuk kelas. Sementara sisanya bergiliran untuk sekolah online.
Pada masa adaptasi kebiasaan baru, PTM juga tidak memperbolehkan kantin dibuka karena takut ada kerumunan siswa, pun penjual makanan di depan sekolah juga harus menjaga jarak. Hal ini dimaksudkan agar semuanya aman dan tidak muncul klaster sekolah.
Vaksinasi adalah cara untuk terhindar dari corona. Ditambah dengan ketaatan mematuhi prokes, maka kita bisa aman dari serangan penyakit mematikan ini. Semua orang wajib meningkatkan kewaspadaan di masa adaptasi kebiasaan baru. Selain itu, PTM sudah diperbolehkan tetapi dengan prokes yang ketat. (Agung Priyatna)
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews