Penulis bukan bermaksud nyinyir atau bahkan menyalahkan kebijakan pemerintah tentang PPKM yang sedang dilaksanakan saat ini, tetapi hanya sekadar "nguda rasa", mengungkapkan perasaan. Penerapan PPKM tentu bertujuan bagus, yang pada dasarnya adalah membatasi kerumunan (sesaat), tetapi kenyataannya hanya memindah atau menunda kerumunan.
Kita bisa belajar dari dua kali peningkatan drastis korban COVID-19, yakni beberapa saat setelah pembatasan mudik Lebaran tahun lalu dan tahun ini. Pembatasan mudik kenyataannya hanya memindah waktu kerumunan, karena masyarakat (meski tidak sebagian besar) tetap mudik setelah pelarangan mudik dicabut atau usai. Selanjutnya berakibat melonjaknya kasus COVID-19.
Penerapan PPKM sebaiknya tidak diberlakukan sesaat dalam tanggal terbatas tetapi diberlakukan seterusnya, setiap saat. Namun dalam hal ini tidak perlu dengan berbagai pembatasan dalam bentuk penyekatan jalan, penutupan area bisnis atau penutupan kantor, singkatnya jangan berlebihan yang justru menimbulkan kepanikan dan kerugian ekonomi. Penyekatan jalan tertentu sesungguhnya hanya memindahkan pergerakan masyarakat melewati jalan lain dan justru berdampak kemacetan dan itu berarti kerumunan. Penutupan kantor atau area bisnis hanya akan memindah kerumunan pada saat kantor atau area bisnis beroperasi lagi.
Penerapan PPKM yang ideal adalah cukup dengan memperketat protokol kesehatan. Setiap orang diwajibkan mengenakan masker saat keluar rumah beraktifitas di masyarakat dan tempat umum serta bekerja. Bagi yang melanggar harus dikenai sanksi administrasi atau sosial yang berat agar ada efek jera dan taat, karena selama ini kalau hanya sekadar himbauan banyak yang tidak taat. Setiap kantor, area bisnis dan prasarana umum wajib menyediakan sarana kebersihan baik dalam bentuk air untuk cuci tangan plus sabun atau bahkan hand sanitizer.
Selanjutnya yang tidak kalah pentingnya adalah penegakan hukum dalam bentuk sanksi pidana bagi siapa pun (termasuk para ustad maupun pemuka agama yang lain) yang dengan sengaja menganjurkan pada umat atau masyarakat untuk tidak mau divaksin atau tidak menaati prokes. Terkait dalam hal ini setiap orang sebaiknya berusaha menghindari orang-orang yang tidak mau mengenakan masker atau prokes yang lain.
Terakhir yang paling penting adalah pemerintah mesti meningkatkan percepatan vaksinasi. Tidak perlu ada lagi pembatasan-pembatasan yang tidak perlu, sehingga setelah tuntas vaksinasi kita bisa menerapkan herd immunity dan COVID-19 ini tidak lagi dianggap sebagai pandemi tetapi endemi. Pemerintah juga dengan serius harus memastikan ketersediaan obat-obat tertentu yang diperkirakan mampu membantu mengobati COVID-19.
Demikian tulisan sederhana ini, sekali lagi, hanya sekadar "nguda rasa" dan tidak bermaksud melawan kebijakan pemerintah yang sudah sangat serius dalam menghadapi pandemi ini. Mari kita saling menjaga diri, saling mengingatkan dan berusaha secara serius meminimalkan efek lokal maupun global dari COVID-19 ini.
***
Solo, Sabtu, 10 Juli 2021. 12:36 pm
'salam sehat penuh cinta"
Suko Waspodo
suka idea
antologi puisi suko
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews