Tidak demikian halnya. Media sosial telah membuat kita manusia semua menjadi konspirator bagi dirinya sendiri. Self destruct, istilahnya.
Inilah dahsyatnya media sosial. Sesuatu yg belum pernah dialami oleh generasi-generasi sebelumnya. Dia mempengaruhi alam pikiran manusia sengan skala viral (sangat cepat, mendunia dan nyaris tak dapat di-counter).
Istilah "hoax" nyaris tak mampu mewadahi fenomena yang maha-dahsyat ini. Karena otak manusia sudah dibuat sedemikian rupa ehingga tidak mampu lagi membedakan mana yang hoax dan mana yang bukan hoax. Karena itu, ada istilah "post-truth" (berita yang diciptakan dengan harapan nantinya menjadi kenyataan).
Inilah yang terjadi sekarang dengan virus korona. Beritanya dibesar-besarkan sedemikian rupa sehingga manusia seantero dunia lumpuh. Jadi, apakah adanya letusan (outbreak) covid ini cuma bohong-bohongan saja? Tentu saja tidak, dia memang ada. Tetapi beritanya diamplifikasikan sedemikian rupa sehingga menimbulkan kepanikan global.
Kepanikan global yang mengakibatkan ekonomi dan sosial manusia terkunci (lockdown) adalah bukti nyata kedigdayaan media sosial yang sangat mengerikan. Apakah ini suatu teori konspirasi untuk mengatakan ada sejumlah tangan-tangan yang tak nampak (invisible hands) yang sedang bermain? Tidak demikian halnya. Media sosial telah membuat kita manusia semua menjadi konspirator bagi dirinya sendiri. Self destruct, istilahnya.
Jadi apakah data-data jumlah kasus covid yang berjumlah jutaan itu cuma bohong-bohongan? Apakah data jumlah angka kematian itu cuma bohong-bohongan?
Di sinilah kecanggihan media sosial bermain. Data jumlah kasus covid mungkin tidak direkayasa, tapi tahukah Anda bahwa data jumlah kasus penyakit menular lainnya jauh lebih tinggi daripada covid ini. Seperti HIV AIDS, DBD, TBC.
Soal kematian demikian juga. Semua penyakit menular pasti punya angka kematian. Bahkan penyakit influensa biasa (common cold) juga ada angka kematiannya, yang jutaan jumlahnya seluruh dunia setiap tahunnya.
Akan halnya kematian akibat covid kita bisa bandingkan dengan SARS (2002) dan MERS (2012) karena virus penyebabnya bersaudara dekat (sama-sama coronavirus). Case fatality rate SARS 10 persen dan MERS 35 persen. Sementara covid-10 untuk sementara adalah 6,5 persen.
Baca Juga: PMS [2] - Aspek Karakteristik Media Sosial
Angka ini bisa lebih rendah setelah covid-19 berlalu, karena cukup banyak orang yang meninggal karena kausa lain seperti kanker, penyakit ginjal, diabetes (komorbiditas) dilaporkan sebagai meninggal karena covid-19.
Inilah kengerian dari media sosial. Dia bisa mempengaruhi hidup manusia sampai pada hal yang tidak pernah kita perkirakan sebelumnya. Setelah berminggu-minggu orang dipasung secara ekonomi dan sosial di seluruh dunia, mereka sekarang mulai marah. Mereka berteriak bahwa "semua isu korona ini adalah kebohongan".
Menurut saya, media sosial ini adalah produk manusia yangg amat berbahaya. Dia bisa berbuat apa saja termasuk membuat hidup manusia seperti di dalam neraka.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews